30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Minum Jamu biar Sehat Boleh-boleh Saja, Tapi ada Syaratnya

Anda
boleh-boleh saja meminum obat herbal atau jamu yang diklaim bagus untuk menjaga
kesehatan termasuk meningkatkan sistem imun dan mencegah terkena infeksi
tertentu, tetapi jika jamu itu sudah diizinkan beredar oleh BPOM.

“Sebenarnya
obat herbal atau jamu yang sudah punya izin edar BPOM dan punya klaim memelihara
kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh itu memang bisa dipakai, boleh saja
untuk meningkatkan imunitas tubuh kita,” ujar Ketua Umum Perkumpulan Dokter
Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania,
dalam diskusi via daring, seperti dikutip dari Antara.

Tania
mengingatkan, Anda jangan sampai termakan klaim yang berlebihan apalagi
menyesatkan. Di masa pandemi Covid-19 saat ini misalnya, belum lama beredar
informasi mengenai obat herbal yang manjur untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
“Kan harus dicek dulu apalagi sampai saat ini di Indonesia belum ada uji
klinisnya. Yang kami lakukan di wisma atlet juga belum selesai. Intinya kritis
saja dan jangan berharap secara berlebihan dulu,” kata dia.

Baca Juga :  Sering Marah Tanpa Alasan, Mungkin Ini 4 Penyebabnya

Uji
klinis obat kimia konvensional dan herbal untuk Covid-19 masih dalam
penelitian. Tim peneliti dari LIPI, UGM bersama PDPOTJI, Kalbe Farma,
Balitbangkes bersama tim di Wisma Atlet masih menunggu hasil intervensi dengan
produk uji hingga nantinya menyimpulkan apakah dua produk uji herbal
imunomodulator yang diteliti bisa berhasiat secara signifikan atau bermakna
dibandingkan plasebo.

Tania
dan tim berharap bahan herbal dengan sifat imunomodulator yang mereka uji bisa
memodulasi sistem imun tubuh sehingga respon imun bisa lebih optimal. “Kita
berharap memang bisa bermanfaat untuk mencegah Covid-19. Tapi kalau klaimnya
yang spesifik mencegah Covid-19 harus dibuktikan lewat uji klinis juga. Jadi
bukan hanya yang mengobati, tapi mencegah Covid-19 secara spesifik juga harus
ada pembuktiannya melalui uji klinis,” kata dia.

Selama
belum ada pembuktian berdasarkan hasil uji klinis, menurut Tania obat herbal
sekadar bisa meningkatkan imunitas tubuh. “Ada banyak, misalnya kunyit, jahe,
meniran, sambiloto, sirsak juga termasuk, kulit manggis. Banyak sekali herbal
yang bisa bersifat meningkatkan imunitas tubuh,” demikian tutur Tania.

Baca Juga :  Obat Statin Penurun Kolesterol Turunkan Tingkat Kematian Pasien Korona

Tentang
obat herbal buatan Hadi Pranoto

Mengenai
informasi obat herbal buatan Hadi Pranoto sebagai obat Covid-19, Tania menilai
ini berlebihan. Menurut dia, produk milik Hadi didaftarkan ke BPOM sebagai jamu
dengan klaim memelihara kesehatan, menjaga daya tahan tubuh.

“Harusnya
dia patuh dengan klain yang sudah disetujui BPOM, tidak membuat klaim secara
berlebihan produknya ini bisa mencegah atau mengobati Covid-19, karena
sebenarnya kan belum diuji klinis,” kata Tania.

Tania
mempertanyakan pengakuan produk Hadi sudah diteliti, hingga testimoni dari
orang-orang yang sudah mencoba produknya. Hadi seharusnya membuktikan
penelitiannya apakah sudah disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan, BPOM
hingga Kemenristek.

Testimoni
harus diverifikasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan dan tidak ada rekayasa.
“Pembuktikan apakah memang sembuh karena produk dia. Bisa saja sembuhnya karena
orang tersebut juga mengonsumsi herbal lain, atau kalau Covid-19 nya ringan dia
bisa sembuh sendiri juga tanpa bantuan atau konsumsi produknya dia,” tutur
Tania. (*)

Anda
boleh-boleh saja meminum obat herbal atau jamu yang diklaim bagus untuk menjaga
kesehatan termasuk meningkatkan sistem imun dan mencegah terkena infeksi
tertentu, tetapi jika jamu itu sudah diizinkan beredar oleh BPOM.

“Sebenarnya
obat herbal atau jamu yang sudah punya izin edar BPOM dan punya klaim memelihara
kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh itu memang bisa dipakai, boleh saja
untuk meningkatkan imunitas tubuh kita,” ujar Ketua Umum Perkumpulan Dokter
Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania,
dalam diskusi via daring, seperti dikutip dari Antara.

Tania
mengingatkan, Anda jangan sampai termakan klaim yang berlebihan apalagi
menyesatkan. Di masa pandemi Covid-19 saat ini misalnya, belum lama beredar
informasi mengenai obat herbal yang manjur untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
“Kan harus dicek dulu apalagi sampai saat ini di Indonesia belum ada uji
klinisnya. Yang kami lakukan di wisma atlet juga belum selesai. Intinya kritis
saja dan jangan berharap secara berlebihan dulu,” kata dia.

Baca Juga :  Sering Marah Tanpa Alasan, Mungkin Ini 4 Penyebabnya

Uji
klinis obat kimia konvensional dan herbal untuk Covid-19 masih dalam
penelitian. Tim peneliti dari LIPI, UGM bersama PDPOTJI, Kalbe Farma,
Balitbangkes bersama tim di Wisma Atlet masih menunggu hasil intervensi dengan
produk uji hingga nantinya menyimpulkan apakah dua produk uji herbal
imunomodulator yang diteliti bisa berhasiat secara signifikan atau bermakna
dibandingkan plasebo.

Tania
dan tim berharap bahan herbal dengan sifat imunomodulator yang mereka uji bisa
memodulasi sistem imun tubuh sehingga respon imun bisa lebih optimal. “Kita
berharap memang bisa bermanfaat untuk mencegah Covid-19. Tapi kalau klaimnya
yang spesifik mencegah Covid-19 harus dibuktikan lewat uji klinis juga. Jadi
bukan hanya yang mengobati, tapi mencegah Covid-19 secara spesifik juga harus
ada pembuktiannya melalui uji klinis,” kata dia.

Selama
belum ada pembuktian berdasarkan hasil uji klinis, menurut Tania obat herbal
sekadar bisa meningkatkan imunitas tubuh. “Ada banyak, misalnya kunyit, jahe,
meniran, sambiloto, sirsak juga termasuk, kulit manggis. Banyak sekali herbal
yang bisa bersifat meningkatkan imunitas tubuh,” demikian tutur Tania.

Baca Juga :  Obat Statin Penurun Kolesterol Turunkan Tingkat Kematian Pasien Korona

Tentang
obat herbal buatan Hadi Pranoto

Mengenai
informasi obat herbal buatan Hadi Pranoto sebagai obat Covid-19, Tania menilai
ini berlebihan. Menurut dia, produk milik Hadi didaftarkan ke BPOM sebagai jamu
dengan klaim memelihara kesehatan, menjaga daya tahan tubuh.

“Harusnya
dia patuh dengan klain yang sudah disetujui BPOM, tidak membuat klaim secara
berlebihan produknya ini bisa mencegah atau mengobati Covid-19, karena
sebenarnya kan belum diuji klinis,” kata Tania.

Tania
mempertanyakan pengakuan produk Hadi sudah diteliti, hingga testimoni dari
orang-orang yang sudah mencoba produknya. Hadi seharusnya membuktikan
penelitiannya apakah sudah disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan, BPOM
hingga Kemenristek.

Testimoni
harus diverifikasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan dan tidak ada rekayasa.
“Pembuktikan apakah memang sembuh karena produk dia. Bisa saja sembuhnya karena
orang tersebut juga mengonsumsi herbal lain, atau kalau Covid-19 nya ringan dia
bisa sembuh sendiri juga tanpa bantuan atau konsumsi produknya dia,” tutur
Tania. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru