30.5 C
Jakarta
Monday, October 7, 2024

Sering Capek Tiba-tiba? Awas, Bisa Jadi Gejala Penyakit Mematikan Ini

PROKALTENG.CO – Penyakit jantung kini mulai mengarah pada usia
muda, salah satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penyakit ini disebabkan
oleh 5 faktor risiko yakni diabetes, hipertensi, genetik, kolesterol, dan juga
obesitas.

Mengacu Data Kementerian
Kesehatan, angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) selama 2013 –
2018 meningkat sampai 34 persen di Indonesia. Sejak 2015, data tersebut
menunjukkan, bahwa empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan dan
kematian adalah stroke, penyakit jantung iskemik, kanker dan diabetes mellitus
(DM).

Dokter spesialis jantung Siloam
Hospitals Sriwijaya, dr. Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist menjelaskan
Penyakit Jantung Koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung
(arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Lemak semakin bertumpuk, arteri
akan semakin menyempit.

“Efeknya membuat aliran darah ke
jantung berkurang,” katanya dalam Webinar Health Talk tentang pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung koroner (PJK) baru-baru ini.

Baca Juga :  5 Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan

Dia menjelaskan, seiring
berkurangnya aliran darah ke jantung, akan memicu gejala PJK, seperti nyeri
dada, dan sesak napas. “Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri
akan tersumbat sepenuhnya sehingga memicu serangan jantung,” ungkap Arief.

Penyakit Jantung Koroner
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada 2015, tercatat
lebih dari 7 juta orang meninggal karena penyakit ini. Sedangkan di Indonesia,
lebih dari 2 juta orang terkena penyakit ini di 2013.

Lalu apa gejalanya? Ternyata
sering kelelahan bisa juga jadi gejala awal. Berikut ini adalah tanda-tanda PJK
:

1. Sering merasa capek atau
kelelahan tanpa sebab

2. Gampang merasa goyah atau
pusing saat berdiri atau melakukan aktifitas seperti biasa.

3. Nyeri dada (angina). Selain
pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan, leher, rahang atau
punggung.

4. Keringat dingin dan mual.

Baca Juga :  Iuran BPJS Meninkgkat, Menkes Terawan Jamin Kualitas Layanan Meningkat

Diagnosis PJK

Penyakit Jantung Koroner dapat
didiagnosis melalui beberapa metode, yaitu Elektrokardiogram (EKG), akan
terlihat perubahan dari gambar EKG. Lalu Ekokardiogram (Echo), USG jantung,
fungsinya kita dapat melihat kekuatan pompa jantung apakah akan menurun, akibat
kerusakan otot jantung. Kemudian ada pula Stress Test (TMT).

Untuk mendeteksi kinerja dan
kemampuan jantung, butuh dilakukan treadmill. Katerisasi Jantung (Cath),
diteropong pembuluh darahnya apakah masih bisa diberikan obat atau harus dibuka
dengan dipasang kateter agar aliran yang tersumbat dapat terbuka.

“Tindakan yang dapat dilakukan
yaitu dengan dilakukan pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang
menyempit. Juga bisa dilakukan bedah koroner seperti operasi bypass jantung
yang merupakan pengobatan yang paling umum untuk penyakit jantung koroner.
Dokter juga dapat melakukan angioplasty jika diperlukan. Maka itulah mengapa
pentingnya melakukan deteksi dini,” tutup Arief.

PROKALTENG.CO – Penyakit jantung kini mulai mengarah pada usia
muda, salah satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penyakit ini disebabkan
oleh 5 faktor risiko yakni diabetes, hipertensi, genetik, kolesterol, dan juga
obesitas.

Mengacu Data Kementerian
Kesehatan, angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) selama 2013 –
2018 meningkat sampai 34 persen di Indonesia. Sejak 2015, data tersebut
menunjukkan, bahwa empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan dan
kematian adalah stroke, penyakit jantung iskemik, kanker dan diabetes mellitus
(DM).

Dokter spesialis jantung Siloam
Hospitals Sriwijaya, dr. Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist menjelaskan
Penyakit Jantung Koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung
(arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Lemak semakin bertumpuk, arteri
akan semakin menyempit.

“Efeknya membuat aliran darah ke
jantung berkurang,” katanya dalam Webinar Health Talk tentang pencegahan dan
penanggulangan penyakit jantung koroner (PJK) baru-baru ini.

Baca Juga :  5 Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan

Dia menjelaskan, seiring
berkurangnya aliran darah ke jantung, akan memicu gejala PJK, seperti nyeri
dada, dan sesak napas. “Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri
akan tersumbat sepenuhnya sehingga memicu serangan jantung,” ungkap Arief.

Penyakit Jantung Koroner
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada 2015, tercatat
lebih dari 7 juta orang meninggal karena penyakit ini. Sedangkan di Indonesia,
lebih dari 2 juta orang terkena penyakit ini di 2013.

Lalu apa gejalanya? Ternyata
sering kelelahan bisa juga jadi gejala awal. Berikut ini adalah tanda-tanda PJK
:

1. Sering merasa capek atau
kelelahan tanpa sebab

2. Gampang merasa goyah atau
pusing saat berdiri atau melakukan aktifitas seperti biasa.

3. Nyeri dada (angina). Selain
pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan, leher, rahang atau
punggung.

4. Keringat dingin dan mual.

Baca Juga :  Iuran BPJS Meninkgkat, Menkes Terawan Jamin Kualitas Layanan Meningkat

Diagnosis PJK

Penyakit Jantung Koroner dapat
didiagnosis melalui beberapa metode, yaitu Elektrokardiogram (EKG), akan
terlihat perubahan dari gambar EKG. Lalu Ekokardiogram (Echo), USG jantung,
fungsinya kita dapat melihat kekuatan pompa jantung apakah akan menurun, akibat
kerusakan otot jantung. Kemudian ada pula Stress Test (TMT).

Untuk mendeteksi kinerja dan
kemampuan jantung, butuh dilakukan treadmill. Katerisasi Jantung (Cath),
diteropong pembuluh darahnya apakah masih bisa diberikan obat atau harus dibuka
dengan dipasang kateter agar aliran yang tersumbat dapat terbuka.

“Tindakan yang dapat dilakukan
yaitu dengan dilakukan pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang
menyempit. Juga bisa dilakukan bedah koroner seperti operasi bypass jantung
yang merupakan pengobatan yang paling umum untuk penyakit jantung koroner.
Dokter juga dapat melakukan angioplasty jika diperlukan. Maka itulah mengapa
pentingnya melakukan deteksi dini,” tutup Arief.

Terpopuler

Artikel Terbaru