HIV
adalah virus yang menyerang dan mengubah sistem kekebalan, meningkatkan risiko,
dan dampak infeksi serta penyakit lain. Tanpa pengobatan, infeksi ini dapat
berkembang ke stadium lanjut yang disebut AIDS.
Dilansir
dari Medical News Today, Ahli HIV AIDS dari Connecticut Amerika Serikat, dr.
Michael Virata, Minggu (1/10), mengtakan, karena kemajuan medis, orang dengan
HIV sangat jarang bisa berkembang menjadi AIDS setelah mereka mulai menggunakan
terapi pengobata. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri mengatakan HIV telah
menjadi kondisi yang dapat ditangani, dan banyak orang dengan HIV memiliki umur
panjang dan sehat.
Harapan
hidup orang dengan HIV saat ini lebih panjang dengan terapi obat antiretroviral
(ARV) secara berkelanjutan. Pada 2019, sekitar 68 persen orang dewasa dan 53
persen anak dengan HIV di seluruh dunia menerima pengobatan seumur hidup.
Apakah
HIV itu?
HIV
adalah singkatan dari ‘human immunodeficiency virus’, dan menyerang sel
kekebalan yang disebut sel CD4. Ini adalah jenis sel T atau sel darah putih
yang bersirkulasi, mendeteksi infeksi di seluruh tubuh dan kelainan serta
kelainan pada sel lain.
HIV
menargetkan dan menginfiltrasi sel CD4, menggunakannya untuk membuat lebih
banyak salinan virus. Dengan melakukannya, HIV menghancurkan sel dan mengurangi
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan penyakit lain. Namun, beberapa
orang mengidap HIV seringkali tak merasa gejala apa pun. HIV adalah penyakit
seumur hidup, tetapi pengobatan dan strategi tertentu dapat mencegah penularan
virus dan perkembangan infeksi.
Apakah
AIDS itu?
AIDS
adalah infeksi HIV stadium lanjut. Para dokter mengidentifikasi AIDS memiliki
jumlah CD4 kurang dari 200 sel per milimeter kubik. Ketika seseorang dengan HIV
tidak menerima pengobatan, kemungkinan besar AIDS akan berkembang, karena
sistem kekebalan tubuh secara bertahap melemah. Namun, kemajuan dalam
pengobatan antiretroviral telah membuat AIDS semakin berkurang. Pada 2018, ada
lebih dari 1,1 juta orang yang hidup dengan HIV di Amerika Serikat dan 6.000
kematian terkait AIDS.
Penularan
dan Penyebab
HIV
dapat ditularkan ketika cairan tubuh yang mengandung virus bersentuhan dengan
penghalang permeabel dalam tubuh atau kerusakan kecil di jaringan lembab di
area seperti alat kelamin. Secara spesifik, HIV dapat ditularkan melalui cairan
sperma, cairan vagina, cairan rektal, ASI. Virus tidak dapat menular melalui
air liur, sehingga seseorang tidak dapat tertular HIV melalui ciuman dengan
mulut terbuka, misalnya.
Salah
satu penyebab utama penularan HIV di AS adalah hubungan seks anal atau vagina.
Agar penularan terjadi, masyarakat tidak boleh menggunakan pelindung
penghalang, seperti kondom, atau menggunakan profilaksis pra-pajanan (PrEP),
pengobatan yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV di antara orang-orang
dengan faktor risiko yang diketahui.
Penyebab
utama penularan HIV lainnya adalah berbagi jarum suntik seperti narkoba dan
transfusi darah. HIV hanya dapat ditularkan melalui cairan yang mengandung
virus dalam jumlah tertentu.
Gejala
Awal HIV
Sebagian
besar, infeksi lain dengan bakteri, virus lain, jamur, atau parasit menyebabkan
gejala HIV yang lebih jelas. Beberapa orang dengan HIV tidak menunjukkan gejala
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah tertular virus.
Sebagian karena ini, 1 dari 7 orang dengan HIV tidak tahu bahwa mereka mengidapnya.
Meskipun
orang tanpa gejala kemungkinan kecil tidak akan mencari perawatan, masih ada
risiko penularan yang tinggi. Sementara itu, sekitar 80 persen ODHA mengalami
gejala mirip flu sekitar 2-6 minggu setelah tertular infeksi.
Gejala-gejala
ini secara kolektif disebut sindrom retroviral akut. Gejala awal HIV mungkin
termasuk demam, berkeringat, terutama pada kelenjar yang membesar pada malam
hari atau kelenjar getah bening yang membengkak, ruam yang menyebar, rasa
sakit, lemah, termasuk nyeri sendi, nyeri otot, sakit tenggorokan, demam, atau
infeksi jamur, penurunan berat badan yang tidak disengaja.