TREN busana pengantin terus berkembang. Tahun ini, desainer busana asal Surabaya, Lia Afif, mencatat adanya pergeseran selera calon pengantin dalam memilih warna.
Tak lagi terpaku pada warna putih atau pastel, kini banyak yang melirik warna-warna bold seperti navy blue, terakota, hingga coklat.
“Kalau untuk pengajian nikah memang tetap dominan warna putih, ivory, dan cream. Tapi untuk resepsi pengantin, permainan warna sedang tren. Banyak yang berani tampil beda,” ujar Lia saat ditemui di butiknya di kawasan Semolowaru, Surabaya, Kamis (29/5).
Tak hanya warna, sentuhan payet masih menjadi primadona, khususnya pada kebaya pengantin.
Desain pun dibuat menyesuaikan konsep pernikahan yang diinginkan oleh pasangan calon pengantin.
“Kalau kebaya tetap main di payet. Ada juga yang memilih dress muslim untuk acara pengajian, dipadukan dengan detail payet agar tetap anggun,” tuturnya.
Menurut Lia, pesanan busana pengantin paling banyak masuk setelah Hari Raya Idul Fitri.
Saat ini, ia sedang menyelesaikan busana untuk para tamu undangan dan seragam among tamu. Sementara baju akad dan resepsi sebagian besar sudah rampung.
“Untuk baju pengantin itu tidak bisa dadakan. Biasanya kita diskusi dulu soal konsep, warna, sampai detail busananya. Rata-rata prosesnya bisa makan waktu hampir satu tahun,” jelasnya.
Menariknya, meski butiknya berada di Surabaya, customer Lia banyak berasal dari luar kota. “Dari Jakarta, Palembang, sampai Kendari juga ada,” tambahnya.
Lia mengaku harus fokus saat mengerjakan satu busana pengantin. Terutama untuk bagian bordir dan payet yang membutuhkan ketelitian dan waktu cukup lama.
“Menjahitnya sih sehari dua hari sudah bisa selesai. Tapi kalau payet itu bisa seminggu lebih, apalagi kalau full payet. Tidak bisa disambi,” ungkapnya.
Meski begitu, Lia tetap melayani pesanan mendadak untuk busana pesta, terutama dari luar kota. Ia bahkan menyiapkan stok batik khusus untuk memenuhi permintaan mendadak.
“Contohnya kemarin dari Jakarta ada yang minta cepat. Karena bahan dan konsep sudah ada, saya bisa selesaikan dalam dua-tiga hari,” ujarnya.
Busana pengantin khas daerah juga masih banyak diminati. Misalnya dari Palembang yang masih mempertahankan kain songket sebagai elemen utama.
“Pakem daerah tetap jadi pilihan. Kalau dari Palembang ya pakai songket Palembang. Itu membuat busana pengantin lebih berkarakter dan punya nilai budaya,” pungkasnya. (sam/nur/jpg)