Orang-orang yang memiliki empati secara dalam tetapi mereka kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain. Sering kali, mereka terlahir memiliki jiwa penyabar namun miskin dalam hal koneksi hingga cenderung telah melalui kejadian-kejadian formatif tertentu.
Berikut 5 pengalaman pribadi seseorang yang memiliki jiwa empati tinggi namun sulit bersosialisasi dengan orang baru, seperti dilansir dari laman Geediting.
- Mengalami kesulitan secara emosional
Masa kanak-kanak sering kali dianggap sebagai masa yang bebas dari kekhawatiran, tetapi bagi sebagian orang, masa kanak-kanak jauh dari itu. Mereka yang menjadi individu yang sangat berempati mungkin pernah mengalami kesulitan emosional di usia muda.
Kesulitan ini dapat berupa krisis keluarga, kehilangan pribadi, atau bahkan pergolakan yang tak terduga. Hal ini membuat mereka menghadapi kenyataan hidup yang pahit sejak dini, dan menumbuhkan kemampuan mereka untuk berempati secara mendalam dengan orang lain.
Namun, paparan dini ini juga dapat menciptakan keterputusan. Mereka telah melihat sisi kehidupan yang keras dan memahami rasa sakit dengan baik, tetapi terhubung dengan orang lain yang belum memiliki pengalaman serupa dapat menjadi tantangan.
Mereka seperti berbicara dalam bahasa emosi yang berbeda. Empati mendalam mereka berasal dari pengalaman yang mungkin tidak dipahami sepenuhnya oleh orang lain, yang menyebabkan kesulitan dalam menjalin hubungan.
- Lebih sering sendiri
Orang-orang ini sering menikmati kesendirian, lebih suka percakapan mendalam daripada basa-basi, dan butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang tenaga.
Mereka dapat berempati dengan orang lain secara mendalam karena mereka menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan perasaan mereka dan memahami berbagai perspektif.
Namun, sifat menyendiri ini juga dapat menghambat kemampuan mereka untuk terhubung dengan orang lain.
Mereka mungkin merasa pertemuan sosial melelahkan dan kesulitan menyesuaikan diri dengan norma sosial yang kasual, yang menyebabkan rasa keterputusan meskipun mereka sangat memahami emosi orang lain.
- Takut menimbulkan rasa sakit terhadap orang lain
Bagi orang yang sangat berempati, pikiran untuk menyakiti orang lain bisa jadi tak tertahankan. Mereka telah begitu sering berada di posisi orang lain sehingga mereka mengerti betapa menyakitkannya kata-kata.
Mereka sering kali sangat berhati-hati dengan apa yang mereka katakan dan lakukan, karena takut secara tidak sengaja menyebabkan orang lain tertekan. Kewaspadaan yang terus-menerus ini dapat menciptakan penghalang, sehingga sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
Ini adalah tindakan perlindungan, yang lahir dari cinta yang mendalam kepada orang lain, tetapi juga menghalangi mereka untuk menjalin hubungan yang bermakna.
Karena terkadang, interaksi yang tidak sempurna, kesalahpahaman dan rekonsiliasi kecil, yang benar-benar memperdalam hubungan kita dengan orang lain.
- Menjadi diri sendiri
Orang yang sangat berempati sering kali lebih menyukai keaslian. Mereka lebih menghargai emosi yang tulus dan pembicaraan yang nyata daripada interaksi yang dangkal. Preferensi ini berasal dari pemahaman mendalam mereka tentang emosi dan keinginan mereka untuk terhubung pada tingkat yang bermakna.
Mereka dapat merasakan ketika seseorang bersikap tidak tulus dan hal itu dapat menciptakan keterputusan. Keinginan mereka untuk berinteraksi secara tulus terkadang dapat membuat mereka sulit terhubung dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari, di mana obrolan ringan dan interaksi santai merupakan hal yang biasa.
Pencarian mereka akan keaslian adalah hal yang mulia, tetapi sering kali membuat mereka merasa terisolasi di dunia yang menghargai hubungan yang dangkal.
- Memiliki beban berat
Dunia bisa menjadi tempat yang sangat membebani bagi individu yang sangat berempati. Mereka merasakan penderitaan orang lain, ketidakadilan masyarakat, dan tragedi dunia dengan begitu tajam sehingga bisa menjadi sangat membebani.
Kondisi kepekaan yang terus-menerus meningkat ini dapat membuat mereka kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka begitu peka terhadap penderitaan di dunia sehingga hal itu dapat mengaburkan hubungan pribadi mereka.
Ingat, perjuangan mereka untuk terhubung tidak mengurangi kapasitas mereka untuk mencintai dan memahami. Itu hanya cerminan seberapa dalam mereka merasakan dan memahami dunia di sekitar mereka.(jpc)