Masa kecil adalah periode penting yang membentuk kepribadian seseorang. Setiap pengalaman, baik itu penuh cinta, tantangan, atau bahkan pujian, memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan karakter.
Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana orang yang terlalu sering dipuji di masa kecil sering kali menunjukkan pola kepribadian tertentu saat mereka tumbuh dewasa. Pujian memang memberikan rasa percaya diri, tetapi jika diberikan secara berlebihan tanpa keseimbangan, efeknya bisa berbeda.
Dilansir dari laman Geediting.com pada Sabtu (28/12) berikut adalah tujuh ciri kepribadian yang sering muncul pada orang yang mengalami hal ini.
- Terlalu Percaya Diri
Orang yang terlalu sering dipuji di masa kecil sering kali tumbuh dengan kepercayaan diri yang tinggi, bahkan terkadang berlebihan.Mereka mungkin merasa bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan keinginan mereka karena itulah yang terbiasa mereka dengar saat kecil.
Namun, terlalu percaya diri juga bisa menjadi pedang bermata dua. Mereka cenderung mengambil risiko tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, merasa bahwa mereka tidak mungkin gagal.
Meskipun ini bukan kesombongan, persepsi mereka tentang kemampuan diri sering kali terdistorsi oleh harapan tinggi yang ditanamkan melalui pujian terus-menerus.
- Takut Gagal
Ironisnya, meskipun mereka terlihat percaya diri, banyak dari mereka justru memiliki ketakutan besar terhadap kegagalan. Saat kecil, pujian yang berlebihan mungkin membuat mereka percaya bahwa mereka harus selalu sempurna.
Akibatnya, pikiran untuk membuat kesalahan bisa sangat mengintimidasi. Gagal bukan hanya sekadar kesalahan kecil bagi mereka; itu adalah ancaman terhadap citra diri yang selama ini dipupuk oleh pujian.
Hal ini bisa membuat mereka ragu untuk mencoba hal-hal baru atau mengambil langkah yang berisiko.
- Kesulitan Menerima Kritik
Pujian tanpa henti dapat membuat seseorang merasa tidak siap menghadapi kritik di kemudian hari.
Dalam kehidupan dewasa, orang yang terlalu sering dipuji di masa kecil cenderung merespons kritik dengan defensif atau bahkan menolaknya sepenuhnya.
Mereka mungkin merasa kritik adalah serangan pribadi, bukan kesempatan untuk belajar. Dalam hubungan profesional atau pribadi, ini dapat menjadi tantangan karena mereka kurang terbuka untuk memperbaiki diri atau mengakui kesalahan.
- Perfeksionis
Kepribadian perfeksionis juga kerap muncul pada orang yang terlalu sering dipuji di masa kecil. Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri dan berusaha memenuhi ekspektasi tersebut secara terus-menerus.
Ketika hasil tidak sesuai dengan harapan, mereka sering kali merasa kecewa, bahkan menyalahkan diri sendiri.
Perfeksionisme ini tidak hanya memengaruhi kehidupan mereka, tetapi juga orang-orang di sekitar mereka karena mereka cenderung menuntut kesempurnaan yang sama.
- Ketergantungan pada Validasi
Selalu menerima pujian saat kecil bisa membuat seseorang terbiasa mencari validasi dari luar untuk merasa berharga.Ketika dewasa, mereka cenderung sangat membutuhkan pengakuan atas apa yang mereka lakukan.
Apakah itu pujian dari atasan, teman, atau keluarga, mereka merasa kurang percaya diri tanpa adanya pengakuan tersebut.Ini bisa menjadi tantangan ketika mereka tidak mendapatkan apresiasi yang sama seperti yang mereka terima di masa kecil.
- Kesulitan dengan Konflik
Orang yang terlalu sering dipuji di masa kecil sering kali tumbuh dengan harapan bahwa mereka selalu disukai atau disetujui oleh orang lain.
Akibatnya, ketika menghadapi konflik atau ketidaksetujuan, mereka merasa tidak nyaman. Konflik dapat terasa seperti ancaman terhadap identitas mereka sebagai “orang yang sempurna”.
Hal ini sering membuat mereka menghindari konfrontasi atau kesulitan mengungkapkan pendapat yang berbeda, yang dapat berdampak pada hubungan mereka.
- Imposter Syndrome
Salah satu ciri kepribadian yang mungkin mengejutkan adalah kecenderungan mengalami imposter syndrome.Meskipun mereka telah mencapai banyak hal hebat, mereka sering merasa bahwa kesuksesan mereka hanyalah keberuntungan, bukan hasil dari kemampuan mereka sendiri.
Mereka merasa seperti penipu yang suatu saat akan “terbongkar” karena tidak sekompeten yang orang lain kira.Perasaan ini muncul karena, di balik pujian yang mereka terima saat kecil, mereka mungkin tidak diajarkan bagaimana menghadapi kegagalan atau kekurangan dengan realistis.
Memahami pola ini bukan tentang menyalahkan masa lalu, tetapi tentang mengenali bagaimana pengalaman tersebut membentuk diri kita hari ini. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam menerima diri sendiri maupun mendampingi generasi berikutnya.(jpc)