26.8 C
Jakarta
Wednesday, January 22, 2025

Sejarah Angpau dalam Tradisi Imlek: Jadi Simbol Keberuntungan dan Harapan

BERDASARKAN kalender Masehi, perayaan Imlek 2025 akan jatuh pada hari Rabu, 29 Januari. Tahun ini, menurut kalender Lunar, akan memasuki Tahun Ular Kayu.

Saat Imlek tiba, tradisi berkumpul bersama keluarga menjadi momen yang tak terlewatkan. Persiapan untuk merayakan pun dimulai.

Salah satu tradisi yang sudah ada sejak lama dan menjadi ciri khas perayaan Imlek adalah pemberian angpau dengan amplop merah.

Tradisi ini selalu dinantikan oleh banyak orang, khususnya bagi mereka yang merayakan Imlek.

Menurut informasi dari Binus University yang dikutip JawaPos pada Rabu (22/1), angpau adalah pemberian uang tunai yang biasanya diberikan kepada anak-anak atau generasi muda yang belum menikah.

Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah dianggap sebagai simbol keberuntungan. Oleh karena itu, pemberian angpau diharapkan membawa kebahagiaan dan berkah bagi penerimanya.

Pemberian angpau memiliki makna yang mendalam dan aturan khusus yang perlu diperhatikan. Salah satu aturan penting adalah tidak memberikan uang dengan nominal ganjil, karena dianggap berhubungan dengan kematian.

Baca Juga :  Dukung Pelestarian Adat dan Budaya Daerah

Selain itu, pemberian uang yang jumlah totalnya mengandung angka empat juga sebaiknya dihindari, karena angka tersebut dianggap melambangkan kematian.

Sekarang kita akan mengulas lebih lanjut mengenai sejarah di balik tradisi pemberian amplop merah ini.

Sejarah Pemberian Angpau

Pemberian angpau sudah ada sejak zaman Dinasti Qin (sekitar 221-206 SM). Pada masa itu, angpau berupa koin berlubang yang diikat dengan benang merah, dan disebut ‘yā suì qián’, yang berarti uang keberuntungan untuk mengusir roh jahat.

Orang tua memberikan ‘yā suì qián kepada anak-anak mereka dengan harapan agar terhindar dari kesialan. Tradisi ini umumnya dilakukan saat anak-anak akan meninggalkan rumah.

Seiring waktu, koin dan benang merah itu berubah menjadi uang yang dimasukkan dalam amplop merah atau angpau. Tradisi memberikan angpau pada saat Imlek sebenarnya bermula dari sebuah legenda tentang iblis jahat bernama Sui.

Baca Juga :  Zodiak Pekerja Keras yang Tidak Pernah Kehabisan Berkah dan Keberuntungan

Dalam cerita tersebut, Sui muncul pada malam Tahun Baru untuk menyakiti anak-anak. Jika kepala seorang anak yang sedang tidur tersentuh oleh Sui, anak tersebut akan jatuh sakit dan bisa meninggal dunia.

Untuk menghindari hal tersebut, orang tua meletakkan koin yang terikat benang merah di dekat tempat tidur anak mereka.

Koin itu kemudian berubah menjadi cahaya terang yang berasal dari peri. Iblis Sui, yang tidak menyukai cahaya terang, akhirnya menghindar dan tidak mengganggu anak-anak lagi.

Meskipun angpau seringkali diberikan saat perayaan Imlek, tradisi ini juga berlaku pada momen-momen lain seperti ulang tahun, kelulusan, atau pernikahan.

Angpau dipercaya membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan keselamatan bagi penerimanya. Warna merah pada angpau melambangkan energi positif yang membawa perlindungan serta pencerahan.(jpg)

BERDASARKAN kalender Masehi, perayaan Imlek 2025 akan jatuh pada hari Rabu, 29 Januari. Tahun ini, menurut kalender Lunar, akan memasuki Tahun Ular Kayu.

Saat Imlek tiba, tradisi berkumpul bersama keluarga menjadi momen yang tak terlewatkan. Persiapan untuk merayakan pun dimulai.

Salah satu tradisi yang sudah ada sejak lama dan menjadi ciri khas perayaan Imlek adalah pemberian angpau dengan amplop merah.

Tradisi ini selalu dinantikan oleh banyak orang, khususnya bagi mereka yang merayakan Imlek.

Menurut informasi dari Binus University yang dikutip JawaPos pada Rabu (22/1), angpau adalah pemberian uang tunai yang biasanya diberikan kepada anak-anak atau generasi muda yang belum menikah.

Bagi masyarakat Tionghoa, warna merah dianggap sebagai simbol keberuntungan. Oleh karena itu, pemberian angpau diharapkan membawa kebahagiaan dan berkah bagi penerimanya.

Pemberian angpau memiliki makna yang mendalam dan aturan khusus yang perlu diperhatikan. Salah satu aturan penting adalah tidak memberikan uang dengan nominal ganjil, karena dianggap berhubungan dengan kematian.

Baca Juga :  Dukung Pelestarian Adat dan Budaya Daerah

Selain itu, pemberian uang yang jumlah totalnya mengandung angka empat juga sebaiknya dihindari, karena angka tersebut dianggap melambangkan kematian.

Sekarang kita akan mengulas lebih lanjut mengenai sejarah di balik tradisi pemberian amplop merah ini.

Sejarah Pemberian Angpau

Pemberian angpau sudah ada sejak zaman Dinasti Qin (sekitar 221-206 SM). Pada masa itu, angpau berupa koin berlubang yang diikat dengan benang merah, dan disebut ‘yā suì qián’, yang berarti uang keberuntungan untuk mengusir roh jahat.

Orang tua memberikan ‘yā suì qián kepada anak-anak mereka dengan harapan agar terhindar dari kesialan. Tradisi ini umumnya dilakukan saat anak-anak akan meninggalkan rumah.

Seiring waktu, koin dan benang merah itu berubah menjadi uang yang dimasukkan dalam amplop merah atau angpau. Tradisi memberikan angpau pada saat Imlek sebenarnya bermula dari sebuah legenda tentang iblis jahat bernama Sui.

Baca Juga :  Zodiak Pekerja Keras yang Tidak Pernah Kehabisan Berkah dan Keberuntungan

Dalam cerita tersebut, Sui muncul pada malam Tahun Baru untuk menyakiti anak-anak. Jika kepala seorang anak yang sedang tidur tersentuh oleh Sui, anak tersebut akan jatuh sakit dan bisa meninggal dunia.

Untuk menghindari hal tersebut, orang tua meletakkan koin yang terikat benang merah di dekat tempat tidur anak mereka.

Koin itu kemudian berubah menjadi cahaya terang yang berasal dari peri. Iblis Sui, yang tidak menyukai cahaya terang, akhirnya menghindar dan tidak mengganggu anak-anak lagi.

Meskipun angpau seringkali diberikan saat perayaan Imlek, tradisi ini juga berlaku pada momen-momen lain seperti ulang tahun, kelulusan, atau pernikahan.

Angpau dipercaya membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan keselamatan bagi penerimanya. Warna merah pada angpau melambangkan energi positif yang membawa perlindungan serta pencerahan.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/