26.1 C
Jakarta
Thursday, March 20, 2025

Faktor Psikologis di Balik Perselingkuhan: Apa Kata Para Ahli?

PROKALTENG.CO – Perselingkuhan, sebuah kata yang mampu meruntuhkan fondasi kepercayaan dalam sebuah hubungan, masih menjadi fenomena yang kompleks dan menarik untuk ditelaah. Mengapa seseorang memilih untuk mengkhianati pasangannya?

Apa yang mendorong mereka untuk mencari kebahagiaan di luar ikatan yang telah dibangun? Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali menghantui benak banyak orang, baik yang pernah mengalaminya secara langsung maupun yang sekadar ingin memahami dinamika hubungan antarmanusia.

Psikologi perselingkuhan menawarkan lensa yang menarik untuk memahami fenomena ini. Alih-alih menyederhanakannya sebagai masalah moral semata, psikologi mencoba mengurai faktor-faktor psikologis yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Faktor-faktor ini bisa beragam, mulai dari masalah komunikasi dalam hubungan, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, hingga karakteristik kepribadian individu.

Satu di antara sumber yang membahas topik ini secara mendalam adalah artikel berjudul “Why Do People Cheat? Experts Reveal the Top Causes of Infidelity in a Relationship” dikutip dari Brides.com. Artikel ini menyajikan pandangan para ahli tentang penyebab utama perselingkuhan dalam sebuah hubungan.

Artikel tersebut menjelaskan bahwa perselingkuhan bukanlah sekadar tindakan fisik, tetapi juga melibatkan dimensi emosional yang kompleks. Seseorang bisa merasa terhubung secara emosional dengan orang lain di luar hubungan resminya, bahkan tanpa adanya kontak fisik. Koneksi emosional ini, jika dibiarkan berkembang, bisa menjadi pintu gerbang menuju perselingkuhan yang lebih jauh.

Baca Juga :  Empat Alasan Utama Mengapa Mungkin Merasa Takut Memulai Hubungan Baru

Satu di antara karakteristik orang yang cenderung selingkuh adalah kurangnya kepuasan dalam hubungan yang sedang dijalani. Ketidakpuasan ini bisa berupa kurangnya keintiman emosional, komunikasi yang buruk, atau konflik yang tidak terselesaikan. Ketika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam hubungan, seseorang mungkin mencari pemenuhan di luar hubungan.

Selain itu, faktor internal individu juga berperan penting. Orang dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah atau kebutuhan validasi yang tinggi mungkin lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan. Mereka mungkin mencari pengakuan dan validasi dari orang lain untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Impulsivitas juga merupakan satu di antara karakteristik yang perlu diperhatikan. Orang yang impulsif cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Mereka mungkin tergoda untuk berselingkuh tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap hubungan mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada profil pasti dari seorang pelaku selingkuh. Setiap individu dan setiap situasi unik. Perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial.

Baca Juga :  Tumbuh dengan Orang Tua yang Bercerai? Ini 8 Perilaku yang Akan Anda Miliki di Masa Dewasa

Memahami psikologi di balik perselingkuhan bukan berarti membenarkan tindakan tersebut. Sebaliknya, pemahaman ini dapat membantu kita mencegah perselingkuhan dan membangun hubungan yang lebih sehat dan langgeng.

Dengan memahami akar permasalahan dan faktor-faktor risiko, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperkuat ikatan dengan pasangan. Komunikasi yang terbuka dan jujur, pemenuhan kebutuhan emosional, dan upaya bersama untuk menyelesaikan konflik adalah kunci untuk mencegah perselingkuhan.

Lebih lanjut, penting untuk diingat bahwa setiap hubungan membutuhkan usaha dan komitmen dari kedua belah pihak. Mengabaikan kebutuhan pasangan atau membiarkan masalah berlarut-larut dapat menciptakan celah yang rentan dimanfaatkan oleh pihak ketiga.

Oleh karena itu, membangun hubungan yang sehat dan kuat membutuhkan kesadaran dan upaya berkelanjutan dari kedua belah pihak. Komunikasi yang efektif, empati, dan saling pengertian adalah fondasi penting untuk mencegah perselingkuhan dan membangun hubungan yang langgeng.

Dengan memahami kompleksitas psikologi perselingkuhan, kita dapat lebih bijak dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan harmonis. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Perselingkuhan, sebuah kata yang mampu meruntuhkan fondasi kepercayaan dalam sebuah hubungan, masih menjadi fenomena yang kompleks dan menarik untuk ditelaah. Mengapa seseorang memilih untuk mengkhianati pasangannya?

Apa yang mendorong mereka untuk mencari kebahagiaan di luar ikatan yang telah dibangun? Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali menghantui benak banyak orang, baik yang pernah mengalaminya secara langsung maupun yang sekadar ingin memahami dinamika hubungan antarmanusia.

Psikologi perselingkuhan menawarkan lensa yang menarik untuk memahami fenomena ini. Alih-alih menyederhanakannya sebagai masalah moral semata, psikologi mencoba mengurai faktor-faktor psikologis yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Faktor-faktor ini bisa beragam, mulai dari masalah komunikasi dalam hubungan, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, hingga karakteristik kepribadian individu.

Satu di antara sumber yang membahas topik ini secara mendalam adalah artikel berjudul “Why Do People Cheat? Experts Reveal the Top Causes of Infidelity in a Relationship” dikutip dari Brides.com. Artikel ini menyajikan pandangan para ahli tentang penyebab utama perselingkuhan dalam sebuah hubungan.

Artikel tersebut menjelaskan bahwa perselingkuhan bukanlah sekadar tindakan fisik, tetapi juga melibatkan dimensi emosional yang kompleks. Seseorang bisa merasa terhubung secara emosional dengan orang lain di luar hubungan resminya, bahkan tanpa adanya kontak fisik. Koneksi emosional ini, jika dibiarkan berkembang, bisa menjadi pintu gerbang menuju perselingkuhan yang lebih jauh.

Baca Juga :  Empat Alasan Utama Mengapa Mungkin Merasa Takut Memulai Hubungan Baru

Satu di antara karakteristik orang yang cenderung selingkuh adalah kurangnya kepuasan dalam hubungan yang sedang dijalani. Ketidakpuasan ini bisa berupa kurangnya keintiman emosional, komunikasi yang buruk, atau konflik yang tidak terselesaikan. Ketika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam hubungan, seseorang mungkin mencari pemenuhan di luar hubungan.

Selain itu, faktor internal individu juga berperan penting. Orang dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah atau kebutuhan validasi yang tinggi mungkin lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan. Mereka mungkin mencari pengakuan dan validasi dari orang lain untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Impulsivitas juga merupakan satu di antara karakteristik yang perlu diperhatikan. Orang yang impulsif cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Mereka mungkin tergoda untuk berselingkuh tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap hubungan mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada profil pasti dari seorang pelaku selingkuh. Setiap individu dan setiap situasi unik. Perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial.

Baca Juga :  Tumbuh dengan Orang Tua yang Bercerai? Ini 8 Perilaku yang Akan Anda Miliki di Masa Dewasa

Memahami psikologi di balik perselingkuhan bukan berarti membenarkan tindakan tersebut. Sebaliknya, pemahaman ini dapat membantu kita mencegah perselingkuhan dan membangun hubungan yang lebih sehat dan langgeng.

Dengan memahami akar permasalahan dan faktor-faktor risiko, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperkuat ikatan dengan pasangan. Komunikasi yang terbuka dan jujur, pemenuhan kebutuhan emosional, dan upaya bersama untuk menyelesaikan konflik adalah kunci untuk mencegah perselingkuhan.

Lebih lanjut, penting untuk diingat bahwa setiap hubungan membutuhkan usaha dan komitmen dari kedua belah pihak. Mengabaikan kebutuhan pasangan atau membiarkan masalah berlarut-larut dapat menciptakan celah yang rentan dimanfaatkan oleh pihak ketiga.

Oleh karena itu, membangun hubungan yang sehat dan kuat membutuhkan kesadaran dan upaya berkelanjutan dari kedua belah pihak. Komunikasi yang efektif, empati, dan saling pengertian adalah fondasi penting untuk mencegah perselingkuhan dan membangun hubungan yang langgeng.

Dengan memahami kompleksitas psikologi perselingkuhan, kita dapat lebih bijak dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan harmonis. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru