PROKALTENG.CO – Orang tua sering berhadapan dengan tantangan untuk mengelola emosi anak-anak mereka, salah satunya adalah menghadapi tantrum.
Banyak anak yang tiba-tiba meledak emosinya, menangis histeris, bahkan berguling-guling di lantai. Hal ini membuat orang tua khawatir dan kebingungan untuk menghadapinya.
Pada dasarnya, menghadapi anak tantrum memerlukan kesabaran dan strategi yang tepat.
Untuk itu, pemahaman dan penanganan yang tepat terhadap tantrum sangat penting untuk perkembangan emosi dan sosial anak.
Mengapa Anak Mengalami Tantrum?
Melansir Mayo Clinic, keputusan anak untuk meluapkan emosinya dalam bentuk tantrum seringkali berakar pada beberapa faktor, terutama ketidakmampuan mereka dalam mengelola emosi dan berkomunikasi.
Kecenderungan anak akan merasa frustasi ketika keinginannya tidak terpenuhi, serta ketidakmampuan mereka untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata, menjadi penyebab utama.
Informasi yang disadur dari Raising Children menjelaskan bahwa tantrum mum terjadi pada anak usia 1-3 tahun, karena mereka masih dalam tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.
Mereka belum sepenuhnya mampu mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka, termasuk keinginan untuk melakukan sesuatu sendiri.
Faktor temperamen anak juga mempengaruhi seberapa besar anak bereaksi terhadap peristiwa yang membuat frustasi.
Anak yang lebih sensitif akan lebih mudah kecewa dan meledak.. Sebab, tantrum pada dasarnya terpicu oleh situasi yang tidak dapat diatasi seorang anak.
Begitu pun orang tua yang kurang dalam pemahaman terhadap masalah ini memicu tantrum dan membuat situasi semakin sulit.
Yang perlu diingat, tantrum adalah salah satu cara anak-anak mengekspresikan dan mengelola perasaan, serta mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.
Tantrum juga bisa terjadi pada anak yang lebih besar jika mereka belum mempelajari cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.
Tips Efektif Mengatasi Anak Tantrum
- Tetap Tenang dan Kendalikan Emosi: Hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah tetap tenang dan tidak ikut terpancing emosi. Menunjukkan emosi negatif justru akan memperburuk situasi.
- Pastikan Keamanan Anak: Jika anak tantrum dengan melempar barang atau bergerak secara agresif, pastikan ia berada di tempat yang aman dan jauh dari benda-benda berbahaya.
- Abaikan Perilaku yang Tidak Berbahaya: Jika anak tantrum dengan cara yang tidak membahayakan dirinya atau orang lain, seperti menangis atau berteriak, cobalah untuk mengabaikannya. Perhatian yang berlebihan justru bisa memperkuat perilaku tersebut.
- Berikan Pelukan dan Kata-kata Menenangkan Setelah mereda, berikan pelukan dan kata-kata yang menenangkan untuk menunjukkan bahwa Anda ada untuknya.
- Pertimbangkan Permintaan Anak: Sebelum menolak sesuatu pertimbangkan apakah permintaan anak benar berlebihan. Terkadang, tidak ada salahnya untuk mengabulkan permintaan anak sebagai hadiah.
- Ketahui Batas Anak: Jika anak sedang lelah atau lapar, hindari situasi yang berpotensi memicu tantrum, seperti berbelanja atau melakukan kegiatan yang melelahkan.
Selain tips di atas, ada beberapa hal lain yang perlu diingat oleh orang tua. Konsistensi dengan aturan dan batasan sangat penting agar anak belajar mengenal konsekuensi dari tindakannya.
Setelah tantrum selesai, cobalah untuk berbicara dengan anak dan cari tahu apa yang memicu tantrum tersebut.
Penting juga untuk diingat agar tidak memberikan apa yang anak inginkan saat ia sedang tantrum, karena hal ini hanya akan mengajarkan anak bahwa tantrum adalah cara efektif mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Terakhir, menghadapi tantrum membutuhkan waktu dan kesabaran. Dengan memahami penyebab tantrum dan menerapkan tips yang tepat, orang tua dapat membantu anak belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik dan membangun hubungan yang positif. (pri/jawapos.com)