28.3 C
Jakarta
Sunday, December 7, 2025

Kebiasaan Sering Muncul Saat Seseorang Terbiasa Tak Dihargai Dalam Keluarganya

Rasa tidak dihargai dalam keluarga sering kali meninggalkan jejak emosional yang dalam, meski tidak selalu terlihat secara langsung. Banyak orang tumbuh dalam lingkungan yang minim apresiasi, sehingga tanpa disadari mereka mengembangkan kebiasaan tertentu sebagai bentuk perlindungan diri.

Psikologi menjelaskan bahwa pengalaman tidak dianggap, tidak didukung, atau bahkan diabaikan oleh keluarga dapat membentuk cara seseorang bersikap, berpikir, dan merespons dunia di sekitarnya.

Yang menarik, kebiasaan ini sering muncul secara otomatis, dan sudah menjadi refleks yang terbawa hingga dewasa.

Dilansir dari laman Global English Editing pada Minggu (7/12), berikut merupakan 10 kebiasaan yang sering muncul saat seseorang terbiasa tak dihargai dalam keluarganya, menurut psikologi.

  1. Cenderung Tidak Mau Menceritakan Keberhasilan Pribadi

Orang yang merasa tidak dihargai oleh keluarganya cenderung enggan menceritakan keberhasilan yang mereka raih.

Mereka sudah terbiasa menerima respons yang datar atau bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali. Akibatnya, mereka memilih untuk menyimpan pencapaian itu untuk diri sendiri karena merasa tidak ada gunanya untuk dibagikan.

Lama-kelamaan, mereka juga belajar untuk merendahkan keberhasilan mereka sendiri agar tidak kembali merasakan kekecewaan yang sama.

Electronic money exchangers listing
  1. Sering Meremehkan Rasa Sakit Sendiri

Kurangnya perhatian di masa lalu membuat seseorang terbiasa menyimpan rasa sakitnya sendiri. Mereka takut dianggap berlebihan atau merepotkan orang lain.

Maka dari itu, ketika menghadapi masalah, mereka cenderung berkata bahwa semuanya baik-baik saja meskipun sebenarnya sedang terluka.

Sikap ini bukan karena mereka kuat, melainkan karena mereka telah mempelajari bahwa mengungkapkan perasaan tidak akan membawa perubahan apa pun.

  1. Kesulitan Menerima Pujian

Karena terbiasa tidak mendapatkan apresiasi dari keluarga, pujian dari orang lain terasa membingungkan atau membuat mereka merasa canggung.

Mereka sering kali merespons pujian dengan merendahkan diri, bercanda, atau mengalihkan pembicaraan. Hal ini terjadi karena mereka tidak terbiasa dianggap bernilai atau layak dipuji.

Baca Juga :  Cara Memperbanyak Kaktus Hias Gymno Miha: Pentingkan Kualitas, Pilih Metode Semai Biji dan Potekan

Pujian yang seharusnya membuat mereka senang justru terasa asing, sehingga sulit bagi mereka untuk menerimanya dengan tulus.

  1. Terbiasa Melakukan Segalanya Sendiri

Pengalaman sering merasa dikecewakan oleh keluarga membuat seseorang meyakini bahwa mereka hanya dapat mengandalkan diri sendiri.

Mereka memilih untuk melakukan segala sesuatu tanpa meminta bantuan pada siapa pun agar tidak lagi merasakan kekecewaan yang sama. Walaupun tampak kuat dari luar, sikap ini sebenarnya merupakan mekanisme perlindungan diri.

Mereka ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain yang memiliki kesempatan untuk mengecewakan mereka lagi.

  1. Mudah Meminta Maaf meski Tidak Salah

Orang yang tumbuh tanpa apresiasi dari keluarganya sendiri biasanya merasa bahwa emosi dan kebutuhan mereka hanya akan membebani orang lain.

Karena itu, mereka mudah meminta maaf bahkan dalam situasi yang sebenarnya tidak memerlukan permintaan maaf. Mereka merasa bersalah hanya karena merasa sedih, marah, atau membutuhkan sesuatu.

Pola ini terbentuk karena sejak kecil mereka menganggap bahwa perasaan mereka tidak penting dan tidak layak untuk diperhatikan.

  1. Mencari Pengakuan dari Lingkungan Luar

Ketika seseorang tidak mendapatkan apresiasi di lingkungan keluarga, mereka berusaha mencarinya di tempat lain.

Mereka bekerja keras, mengejar prestasi, atau sangat mengandalkan pujian dari teman, pasangan, atau media sosial.

Mereka merasa bahwa nilai diri mereka ditentukan oleh apa yang mereka capai, bukan siapa diri mereka yang sebenarnya.Pola ini muncul karena kebutuhan mendasar untuk diakui tidak pernah terpenuhi sejak kecil.

  1. Merasa Bersalah Saat Memprioritaskan Diri Sendiri

Orang yang terbiasa tidak dihargai seringkali merasa bahwa dirinya hanya bernilai ketika sedang membantu atau memenuhi kebutuhan orang lain.

Ketika dewasa, mereka merasa bersalah jika menolak permintaan, beristirahat, atau memberi batasan pada orang lain. Mereka seolah menganggap bahwa merawat diri sendiri adalah tindakan egois.

Baca Juga :  Cara Seseorang Berperilaku di Tempat Umum Mengungkapkan Jati Diri yang Sesungguhnya

Padahal, rasa bersalah yang mereka rasakan biasanya merupakan tanda bahwa mereka sedang mencoba memperbaiki pola lama yang tidak sehat.

  1. Sering Berpikir Berlebihan tentang Hal Kecil

Kurangnya validasi dan apresiasi dari keluarga membuat seseorang mudah meragukan tindakan maupun perkataannya sendiri.

Mereka sering kali mempertanyakan apakah pilihan yang mereka ambil sudah tepat atau apakah mereka akan tampak salah di mata orang lain.

Kebiasaan ini terbentuk sejak kecil ketika mereka tidak pernah tahu apakah akan mendapat dukungan atau justru kritik.

Alhasil, mereka tumbuh dengan kecenderungan untuk memikirkan segala hal secara berlebihan demi menghindari kemungkinan salah yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.

  1. Terlalu Banyak Memberi hingga Mengabaikan Diri Sendiri

Seseorang yang merasa tidak dianggap oleh keluarganya biasanya berusaha keras untuk membuat orang lain merasa terbantu atau nyaman.

Mereka berharap perhatian dan apresiasi dari lingkungan luar dapat menggantikan kekosongan yang tidak peenah mereka dapatkan di rumah.

Maka dari itu, mereka sering kali menjadi orang yang selalu siap menolong meskipun kondisi mereka sendiri tidak memungkinkan.

Upaya ini sebenarnya muncul dari kebutuhan mendasar untuk merasa dihargai, bukan semata-mata karena mereka ingin berbuat baik.

  1. Tidak Suka Terlibat Konflik

Ketika seseorang tumbuh dalam keluarga yang mengabaikan perasaan mereka, mereka belajar bahwa berbicara atau menyampaikan pendapat tidak akan mengubah keadaan.

Alhasil, saat dewasa, mereka lebih memilih menghindari pertengkaran dan menjaga suasana tetap tenang meskipun hatinya tidak setuju.

Mereka sering kali menyembunyikan perasaannya agar tidak membuat situasi menjadi rumit. Hal ini bukan berarti mereka tidak memiliki pendapat, tetapi mereka takut kembali merasa tidak didengar.(jpc)

Rasa tidak dihargai dalam keluarga sering kali meninggalkan jejak emosional yang dalam, meski tidak selalu terlihat secara langsung. Banyak orang tumbuh dalam lingkungan yang minim apresiasi, sehingga tanpa disadari mereka mengembangkan kebiasaan tertentu sebagai bentuk perlindungan diri.

Psikologi menjelaskan bahwa pengalaman tidak dianggap, tidak didukung, atau bahkan diabaikan oleh keluarga dapat membentuk cara seseorang bersikap, berpikir, dan merespons dunia di sekitarnya.

Yang menarik, kebiasaan ini sering muncul secara otomatis, dan sudah menjadi refleks yang terbawa hingga dewasa.

Electronic money exchangers listing

Dilansir dari laman Global English Editing pada Minggu (7/12), berikut merupakan 10 kebiasaan yang sering muncul saat seseorang terbiasa tak dihargai dalam keluarganya, menurut psikologi.

  1. Cenderung Tidak Mau Menceritakan Keberhasilan Pribadi

Orang yang merasa tidak dihargai oleh keluarganya cenderung enggan menceritakan keberhasilan yang mereka raih.

Mereka sudah terbiasa menerima respons yang datar atau bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali. Akibatnya, mereka memilih untuk menyimpan pencapaian itu untuk diri sendiri karena merasa tidak ada gunanya untuk dibagikan.

Lama-kelamaan, mereka juga belajar untuk merendahkan keberhasilan mereka sendiri agar tidak kembali merasakan kekecewaan yang sama.

  1. Sering Meremehkan Rasa Sakit Sendiri

Kurangnya perhatian di masa lalu membuat seseorang terbiasa menyimpan rasa sakitnya sendiri. Mereka takut dianggap berlebihan atau merepotkan orang lain.

Maka dari itu, ketika menghadapi masalah, mereka cenderung berkata bahwa semuanya baik-baik saja meskipun sebenarnya sedang terluka.

Sikap ini bukan karena mereka kuat, melainkan karena mereka telah mempelajari bahwa mengungkapkan perasaan tidak akan membawa perubahan apa pun.

  1. Kesulitan Menerima Pujian

Karena terbiasa tidak mendapatkan apresiasi dari keluarga, pujian dari orang lain terasa membingungkan atau membuat mereka merasa canggung.

Mereka sering kali merespons pujian dengan merendahkan diri, bercanda, atau mengalihkan pembicaraan. Hal ini terjadi karena mereka tidak terbiasa dianggap bernilai atau layak dipuji.

Baca Juga :  Cara Memperbanyak Kaktus Hias Gymno Miha: Pentingkan Kualitas, Pilih Metode Semai Biji dan Potekan

Pujian yang seharusnya membuat mereka senang justru terasa asing, sehingga sulit bagi mereka untuk menerimanya dengan tulus.

  1. Terbiasa Melakukan Segalanya Sendiri

Pengalaman sering merasa dikecewakan oleh keluarga membuat seseorang meyakini bahwa mereka hanya dapat mengandalkan diri sendiri.

Mereka memilih untuk melakukan segala sesuatu tanpa meminta bantuan pada siapa pun agar tidak lagi merasakan kekecewaan yang sama. Walaupun tampak kuat dari luar, sikap ini sebenarnya merupakan mekanisme perlindungan diri.

Mereka ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain yang memiliki kesempatan untuk mengecewakan mereka lagi.

  1. Mudah Meminta Maaf meski Tidak Salah

Orang yang tumbuh tanpa apresiasi dari keluarganya sendiri biasanya merasa bahwa emosi dan kebutuhan mereka hanya akan membebani orang lain.

Karena itu, mereka mudah meminta maaf bahkan dalam situasi yang sebenarnya tidak memerlukan permintaan maaf. Mereka merasa bersalah hanya karena merasa sedih, marah, atau membutuhkan sesuatu.

Pola ini terbentuk karena sejak kecil mereka menganggap bahwa perasaan mereka tidak penting dan tidak layak untuk diperhatikan.

  1. Mencari Pengakuan dari Lingkungan Luar

Ketika seseorang tidak mendapatkan apresiasi di lingkungan keluarga, mereka berusaha mencarinya di tempat lain.

Mereka bekerja keras, mengejar prestasi, atau sangat mengandalkan pujian dari teman, pasangan, atau media sosial.

Mereka merasa bahwa nilai diri mereka ditentukan oleh apa yang mereka capai, bukan siapa diri mereka yang sebenarnya.Pola ini muncul karena kebutuhan mendasar untuk diakui tidak pernah terpenuhi sejak kecil.

  1. Merasa Bersalah Saat Memprioritaskan Diri Sendiri

Orang yang terbiasa tidak dihargai seringkali merasa bahwa dirinya hanya bernilai ketika sedang membantu atau memenuhi kebutuhan orang lain.

Ketika dewasa, mereka merasa bersalah jika menolak permintaan, beristirahat, atau memberi batasan pada orang lain. Mereka seolah menganggap bahwa merawat diri sendiri adalah tindakan egois.

Baca Juga :  Cara Seseorang Berperilaku di Tempat Umum Mengungkapkan Jati Diri yang Sesungguhnya

Padahal, rasa bersalah yang mereka rasakan biasanya merupakan tanda bahwa mereka sedang mencoba memperbaiki pola lama yang tidak sehat.

  1. Sering Berpikir Berlebihan tentang Hal Kecil

Kurangnya validasi dan apresiasi dari keluarga membuat seseorang mudah meragukan tindakan maupun perkataannya sendiri.

Mereka sering kali mempertanyakan apakah pilihan yang mereka ambil sudah tepat atau apakah mereka akan tampak salah di mata orang lain.

Kebiasaan ini terbentuk sejak kecil ketika mereka tidak pernah tahu apakah akan mendapat dukungan atau justru kritik.

Alhasil, mereka tumbuh dengan kecenderungan untuk memikirkan segala hal secara berlebihan demi menghindari kemungkinan salah yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.

  1. Terlalu Banyak Memberi hingga Mengabaikan Diri Sendiri

Seseorang yang merasa tidak dianggap oleh keluarganya biasanya berusaha keras untuk membuat orang lain merasa terbantu atau nyaman.

Mereka berharap perhatian dan apresiasi dari lingkungan luar dapat menggantikan kekosongan yang tidak peenah mereka dapatkan di rumah.

Maka dari itu, mereka sering kali menjadi orang yang selalu siap menolong meskipun kondisi mereka sendiri tidak memungkinkan.

Upaya ini sebenarnya muncul dari kebutuhan mendasar untuk merasa dihargai, bukan semata-mata karena mereka ingin berbuat baik.

  1. Tidak Suka Terlibat Konflik

Ketika seseorang tumbuh dalam keluarga yang mengabaikan perasaan mereka, mereka belajar bahwa berbicara atau menyampaikan pendapat tidak akan mengubah keadaan.

Alhasil, saat dewasa, mereka lebih memilih menghindari pertengkaran dan menjaga suasana tetap tenang meskipun hatinya tidak setuju.

Mereka sering kali menyembunyikan perasaannya agar tidak membuat situasi menjadi rumit. Hal ini bukan berarti mereka tidak memiliki pendapat, tetapi mereka takut kembali merasa tidak didengar.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/