28 C
Jakarta
Thursday, January 9, 2025

Awal Tahun Rentan Menimbulkan Tekanan Mental, Begini Solusinya

Tahun baru sering kali dipenuhi dengan harapan dan resolusi. Namun, tidak semua orang menyambutnya dengan perasaan positif. Sebagian justru mengalami tekanan psikologis yang dapat memicu masalah mental baru. Fenomena ini, yang kini dikenal sebagai “New Year, New Mental Issues,” menjadi perhatian khusus di kalangan generasi muda yang kerap merasakan tekanan emosional di awal tahun.

Pakar psikologi dari Universitas Airlangga, Atika Dian Ariana MSc MPsi, mengungkapkan bahwa masalah ini sering kali dipicu oleh cara refleksi diri yang kurang tepat. “Awal tahun idealnya menjadi momentum untuk memulai hal-hal positif. Namun, tekanan di akhir tahun, seperti kegagalan mencapai target, dapat menimbulkan rasa pesimis yang sulit diatasi,” jelasnya.

Momen pergantian tahun sering dimanfaatkan untuk mengevaluasi pencapaian. Namun, sudut pandang negatif dalam refleksi tersebut dapat berujung pada stres. “Ketika seseorang melihat kegagalannya sebagai sesuatu yang permanen, pola pikir negatif tersebut berpotensi terus berulang. Ini bisa membuat mereka merasa tidak mampu meraih kesuksesan di masa depan,” tambah Atika.

Baca Juga :  Cek 8 Tanda Psikologis yang Buktikan Hubungan Anda Kuat dan Seimbang

Media sosial juga memiliki kontribusi besar dalam memperburuk kondisi ini. “Media sosial sering menampilkan pencapaian orang lain secara berlebihan, sehingga muncul perbandingan sosial yang membuat banyak orang merasa tidak cukup baik. Jika sulit menyaring informasi tersebut, sebaiknya mengambil jeda dan fokus pada hubungan nyata dengan orang-orang di sekitar,” sarannya.

Tekanan mental di awal tahun sering ditandai dengan suasana hati yang murung, hilangnya semangat, atau kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan. Pola makan dan tidur juga bisa berubah drastis. “Gejala seperti ini memang tidak hanya muncul di awal tahun, tetapi sering kali terlihat lebih menonjol karena refleksi yang kurang sehat,” ungkap Atika.

Secara fisik, dampaknya dapat berupa tubuh yang lebih rentan terhadap penyakit, gangguan pencernaan, hingga sakit kepala. “Refleksi akhir tahun yang tidak sehat sering menjadi pemicu munculnya gejala-gejala ini,” tambahnya.

Baca Juga :  Ciri Khas Dimiliki Orang yang Sering Menghabiskan Waktu Berjam-jam Hanya untuk Scroll Reels

Praktik mindfulness dan kegiatan spiritual disebut sebagai solusi efektif untuk mengelola tekanan mental. “Mindfulness membantu seseorang tetap fokus pada saat ini, sehingga kecemasan terhadap masa depan bisa dikurangi. Sementara kegiatan spiritual dapat memperkuat rasa syukur dan ketenangan,” ujar Atika.

Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial juga sangat penting. “Keluarga yang peduli sering kali menjadi pendeteksi pertama perubahan perilaku seseorang. Jika keluarga tidak bisa memberikan dukungan yang cukup, komunitas sosial dapat menggantikan peran tersebut,” jelasnya.

Sebagai penutup, Atika menekankan pentingnya memandang refleksi sebagai cara untuk menghargai proses yang sudah dilalui, bukan untuk menghukum diri sendiri. “Refleksi yang sehat membantu kita merencanakan masa depan tanpa melupakan pelajaran dari masa lalu,” papar dia. (jpc)

Tahun baru sering kali dipenuhi dengan harapan dan resolusi. Namun, tidak semua orang menyambutnya dengan perasaan positif. Sebagian justru mengalami tekanan psikologis yang dapat memicu masalah mental baru. Fenomena ini, yang kini dikenal sebagai “New Year, New Mental Issues,” menjadi perhatian khusus di kalangan generasi muda yang kerap merasakan tekanan emosional di awal tahun.

Pakar psikologi dari Universitas Airlangga, Atika Dian Ariana MSc MPsi, mengungkapkan bahwa masalah ini sering kali dipicu oleh cara refleksi diri yang kurang tepat. “Awal tahun idealnya menjadi momentum untuk memulai hal-hal positif. Namun, tekanan di akhir tahun, seperti kegagalan mencapai target, dapat menimbulkan rasa pesimis yang sulit diatasi,” jelasnya.

Momen pergantian tahun sering dimanfaatkan untuk mengevaluasi pencapaian. Namun, sudut pandang negatif dalam refleksi tersebut dapat berujung pada stres. “Ketika seseorang melihat kegagalannya sebagai sesuatu yang permanen, pola pikir negatif tersebut berpotensi terus berulang. Ini bisa membuat mereka merasa tidak mampu meraih kesuksesan di masa depan,” tambah Atika.

Baca Juga :  Cek 8 Tanda Psikologis yang Buktikan Hubungan Anda Kuat dan Seimbang

Media sosial juga memiliki kontribusi besar dalam memperburuk kondisi ini. “Media sosial sering menampilkan pencapaian orang lain secara berlebihan, sehingga muncul perbandingan sosial yang membuat banyak orang merasa tidak cukup baik. Jika sulit menyaring informasi tersebut, sebaiknya mengambil jeda dan fokus pada hubungan nyata dengan orang-orang di sekitar,” sarannya.

Tekanan mental di awal tahun sering ditandai dengan suasana hati yang murung, hilangnya semangat, atau kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan. Pola makan dan tidur juga bisa berubah drastis. “Gejala seperti ini memang tidak hanya muncul di awal tahun, tetapi sering kali terlihat lebih menonjol karena refleksi yang kurang sehat,” ungkap Atika.

Secara fisik, dampaknya dapat berupa tubuh yang lebih rentan terhadap penyakit, gangguan pencernaan, hingga sakit kepala. “Refleksi akhir tahun yang tidak sehat sering menjadi pemicu munculnya gejala-gejala ini,” tambahnya.

Baca Juga :  Ciri Khas Dimiliki Orang yang Sering Menghabiskan Waktu Berjam-jam Hanya untuk Scroll Reels

Praktik mindfulness dan kegiatan spiritual disebut sebagai solusi efektif untuk mengelola tekanan mental. “Mindfulness membantu seseorang tetap fokus pada saat ini, sehingga kecemasan terhadap masa depan bisa dikurangi. Sementara kegiatan spiritual dapat memperkuat rasa syukur dan ketenangan,” ujar Atika.

Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial juga sangat penting. “Keluarga yang peduli sering kali menjadi pendeteksi pertama perubahan perilaku seseorang. Jika keluarga tidak bisa memberikan dukungan yang cukup, komunitas sosial dapat menggantikan peran tersebut,” jelasnya.

Sebagai penutup, Atika menekankan pentingnya memandang refleksi sebagai cara untuk menghargai proses yang sudah dilalui, bukan untuk menghukum diri sendiri. “Refleksi yang sehat membantu kita merencanakan masa depan tanpa melupakan pelajaran dari masa lalu,” papar dia. (jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/