Jika Anda sedang asyik melihat-lihat Instagram saat makan malam, Anda mungkin tidak hanya bosan.Jika Anda men-tweet setiap ide yang muncul di benak Anda, ada hal lain yang lebih dari sekadar berbagi.
Ini tidak selalu merupakan sesuatu yang negatif yang membuang-buang waktu seperti yang dipikirkan sebagian orang. Faktanya, ini dapat mengungkapkan banyak hal tentang sifat kepribadian seseorang.
Dilansir dari laman Idea Pod, Sabtu (3/8), berikut beberapa ciri kepribadian orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial (Medsos) diantaranya :
- Keinginan terus untuk terhubung
Pada dasarnya media sosial tentang koneksi. Artinya ini adalah jembatan digital yang menghubungkan kita dengan teman, keluarga, dan bahkan orang asing di seluruh dunia. Namun, ada batasan tipis antara tetap terhubung dan menjadi terlalu terhubung.
Orang yang selalu menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial sering kali didorong oleh keinginan kuat untuk terhubung.Mereka terus-menerus memeriksa feed mereka, terobsesi dengan like dan komentar serta mengunggah konten agar dapat dilihat oleh seluruh dunia. Setiap like, komentar atau share adalah anggukan persetujuan digital mulai dari validasi atas pikiran, perasaan atau sekadar.
- Kecenderungan menunda-nunda
Orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial sering kali punya bakat untuk menunda-nunda.Mereka ahli dalam mencari gangguan dan menghindari tanggung jawab dan media sosial menyediakan platform yang sempurna untuk hal tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mudah sekali lupa waktu saat asyik dengan konten digital. Jadi, jika Anda terlalu terpaku pada feed media sosial maka Anda termasuk pribadi yang suka menunda pekerjaan.
- Takut ketinggalan (FOMO)
Media sosial memang bagaikan jendela dunia. Bahkan media sosial membuat kita selalu mengetahui kejadian, tren dan acara terkini.Namun, ada kendalanya, media sosial juga dapat menimbulkan rasa takut ketinggalan atau FOMO seperti kita ketahui.
Orang-orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial sering kali menderita FOMO.Mereka terus-menerus khawatir akan kehilangan informasi penting, tren viral atau acara menarik yang terjadi di lingkungan sosial mereka.
Menariknya, psikolog telah menemukan hubungan langsung antara tingginya tingkat penggunaan media sosial dan meningkatnya perasaan FOMO.Semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk menggulir maka semakin besar rasa takut kita untuk ketinggalan.
- Keinginan terus-menerus untuk hal baru
Media sosial adalah aliran konten baru yang terus-menerus. Selalu ada sesuatu yang baru untuk dilihat, postingan baru untuk ditanggapi, tren baru untuk diikuti.Orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di media sosial sering kali memiliki keinginan terus-menerus untuk hal-hal baru.Mereka menyukai kesegaran informasi baru, sensasi menemukan sesuatu yang unik dan aliran dopamin yang menyertainya.
- Kebutuhan akan kesendirian
Orang-orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial sering kali memiliki kebutuhan yang tidak biasa untuk menyendiri.Mereka menikmati sensasi menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar tetapi mereka juga menikmati saat-saat tenang saat mengulir layar sendirian.
- Pencarian identitas
Mereka yang menghabiskan banyak waktu di media sosial sering kali mencari jati diri. Mereka menggunakan platform ini untuk mengekspresikan pikiran, mengeksplorasi minat dan menyelaraskan diri dengan komunitas yang sejalan dengan keyakinan mereka.
Media sosial menjadi cermin mereka artinya mencerminkan siapa mereka atau terkadang siapa yang mereka cita-citakan.Media ini menjadi media untuk bereksperimen dengan identitas mereka, menguji pandangan mereka dan memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
- Rasa validasi
Inti dari semuanya, media sosial menawarkan platform untuk validasi. Setiap like, komentar dan share berfungsi sebagai penegasan.Orang-orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial sering kali mencari rasa validasi. Intinya mereka mengunggah konten, berbagi pemikiran dan terlibat dalam diskusi dengan harapan untuk diakui.(jpc)