Site icon Prokalteng

Kebiasaan Memposting Pasangan di Sosial Media Berkaitan Langsung Visibilitas Hubungan

Ilustrasi Gen Z yang sedang berfoto selfie. (Freepik)

Pernakah anda melihat beberapa orang disekitar anda sering memposting foto dari pasangannya? Atau hal itu terjadi pada diri anda sendiri? Dilansir dari Huff Post beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan memposting pasangan di sosial media berkaitan langsung akan visibilitas hubungan.

Namun memiliki visibilitas yang tinggi dan memposting pasangan secara berlebihan mungkin merupakan kedok akan hubungan yang tidak nyaman, hal ini terdapat dalam penelitian Personality and Social Psychology Bulletin.

“Setiap hari, ketika orang merasa kurang yakin dengan perasaan pasangannya, mereka cenderung memperlihatkan hubungan mereka,” tulis para peneliti.

Jennifer Chappell Marsh, Seorang terapis perkawinan dan keluarga di San Diego mengatakan, “Orang yang memiliki keterikatan yang menghindar (avoidant) cenderung melepaskan diri dan menarik diri dari pasangannya.”

“Sementara orang yang memiliki keterikatan yang cemas (attached) hampir selalu mencari kepastian tentang hubungan mereka, bahkan di media sosial,” lanjutnya.

Salah satu contohnya yakni ketika pasangan yang menghindar mungkin puas akan makan malam yang tenang dan intim.Namun sebaliknya pasangan yang cemas mungkin terlalu sibuk mendokumentasikan semuanya untuk menikmatinya, hal itu akan didorong lebih kuat jika pasangannya mengacuhkannya sepanjang malam.

Menurut Danielle Kepler pemilik DK Therapy di Chicago, orang yang terlalu banyak berbagi pada media sosial mungkin benar-benar bahagia dan ingin mengekspresikannya.

Mungkin seseorang tersebut memiliki sesuatu untuk dibuktikan kepada teman sebayanya atau juga mereka ingin mengalihkan fokus dari area lain dalam hidupnya yang membuat merasa tidak aman.

Zach Brittle seorang terapis juga mengatakan media sosial merupakan kesempatan bagi orang untuk menjauh dari hubungan dan beralih ke stimulus lain, hal tersebut karena ada banyak data mengenai tentang peningkatan dopamin yang berasal dari mendapatkan like atau berbagi ulang.

Pada akhirnya tidak ada hubungan yang sesempurna digambarkan pada sosial media. Konten sendiri sudah menjadi norma sosial, bahkan jika mereka baru saja bertengkar sebelum foto atau video diambil.

Kisah pada masing-masing pasangan bersifat unik dan media sosial merupakan sarana mereka untuk membuat versi cerita itu, walaupun tidak realistis.(jpc)

 

Exit mobile version