25.8 C
Jakarta
Friday, December 12, 2025

Bingka Kacung, Kue Tradisional Khas Kelua Tabalong

BINGKA Kacung, kue tradisional asal Kelua, Kabupaten Tabalong, terus mempertahankan popularitasnya di tengah masyarakat. Makanan ringan berbentuk persegi enam menyerupai kembang ini dikenal dengan rasa manis yang legit dan lembut, membuatnya menjadi salah satu kuliner khas yang diburu warga.

Nama bingka kacung diyakini berasal dari sosok pembuat pertamanya, Kacung. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong, Masdulhak Abdi, menjelaskan bahwa sebutan tersebut muncul karena para pembeli kerap menambahkan nama sang pembuat saat menyebut kue bingka.

Meski Kacung telah lama meninggal dunia, resep dan tradisi membuat bingka tetap dilanjutkan oleh keluarga serta masyarakat setempat. “Oleh karena keseringan orang-orang menyebut bingka ini dengan diembel-embeli nama pembuatnya, maka dari sinilah nama bingka kacung itu diperoleh dan sampai sekarang,” ujarnya.

Baca Juga :  Tumpi: Kue Tradisional Kalimantan

Awalnya, bingka kacung hanya dikenal dengan cita rasa gula merah dan pandan. Namun kini, seiring banyaknya produsen lokal, variasi rasa semakin beragam. “Karena banyaknya yang bisa memproduksinya, rasa khas gula merah dan pandan sekarang menjadi beraneka rasa bingka,” tambah Masdulhak.

Bingka kacung dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional Tabalong. Harganya relatif terjangkau, berkisar Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per piring. Pembeli juga bisa memilih potongan kecil sesuai kebutuhan.

Setiap bulan Ramadan, bingka kacung menjadi salah satu kue favorit warga Tabalong untuk takjil berbuka puasa. Permintaan meningkat tajam, sehingga kue ini mudah dijumpai di berbagai lapak penjual. Dengan bahan utama kocokan telur dan gula, bingka kacung memiliki tekstur empuk, legit, dan lembut. Tak heran, banyak yang mengaku ketagihan setelah mencicipinya. (jpg)

Baca Juga :  Magnet Lamandau Expo 2025: Datang dari Banjarmasin, Jajakan Kuliner Khas Banjar

 

BINGKA Kacung, kue tradisional asal Kelua, Kabupaten Tabalong, terus mempertahankan popularitasnya di tengah masyarakat. Makanan ringan berbentuk persegi enam menyerupai kembang ini dikenal dengan rasa manis yang legit dan lembut, membuatnya menjadi salah satu kuliner khas yang diburu warga.

Nama bingka kacung diyakini berasal dari sosok pembuat pertamanya, Kacung. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong, Masdulhak Abdi, menjelaskan bahwa sebutan tersebut muncul karena para pembeli kerap menambahkan nama sang pembuat saat menyebut kue bingka.

Meski Kacung telah lama meninggal dunia, resep dan tradisi membuat bingka tetap dilanjutkan oleh keluarga serta masyarakat setempat. “Oleh karena keseringan orang-orang menyebut bingka ini dengan diembel-embeli nama pembuatnya, maka dari sinilah nama bingka kacung itu diperoleh dan sampai sekarang,” ujarnya.

Electronic money exchangers listing
Baca Juga :  Tumpi: Kue Tradisional Kalimantan

Awalnya, bingka kacung hanya dikenal dengan cita rasa gula merah dan pandan. Namun kini, seiring banyaknya produsen lokal, variasi rasa semakin beragam. “Karena banyaknya yang bisa memproduksinya, rasa khas gula merah dan pandan sekarang menjadi beraneka rasa bingka,” tambah Masdulhak.

Bingka kacung dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional Tabalong. Harganya relatif terjangkau, berkisar Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per piring. Pembeli juga bisa memilih potongan kecil sesuai kebutuhan.

Setiap bulan Ramadan, bingka kacung menjadi salah satu kue favorit warga Tabalong untuk takjil berbuka puasa. Permintaan meningkat tajam, sehingga kue ini mudah dijumpai di berbagai lapak penjual. Dengan bahan utama kocokan telur dan gula, bingka kacung memiliki tekstur empuk, legit, dan lembut. Tak heran, banyak yang mengaku ketagihan setelah mencicipinya. (jpg)

Baca Juga :  Magnet Lamandau Expo 2025: Datang dari Banjarmasin, Jajakan Kuliner Khas Banjar

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/