BARITO KUALA, PROKALTENG.CO – Dulunya, Desa Karang Bunga yang terletak di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah sebuah kawasan eks Transmigran tahun 1983 yang menjadi salah satu desa dari empat desa yang diberikan program dari pemerintah untuk penanaman jeruk. Kini warga desa Karang Bunga bisa membuat jeruk menjadi berbagai olahan inovatif.
Berbagai olahan jeruk tercipta dari tangan-tangan warga lokal yang tergabung menjadi anggota Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah Bersama yang inovatif di Rumah Produksi Jeruk. Dari jus jeruk, eskrim jeruk, puding jeruk, permen jeli jeruk, bahkan produk dari limbah jeruk bisa diolah menjadi handsanitizer dan masker dari kulit jeruk.
Penulis sempat merasakan produk olahan jeruk seperti es krim jeruk dan jus jeruk. Saat menyicipi jus jeruk, terasa keaslian dari buah jeruknya dan segar. Sedangkan saat menyicipi eskrim, rasanya segar dan rasa jeruknya benar-benar asli.
Desa Karang Bunga sendiri merupakan Desa yang ikut dalam program Desa BRILian yang merupakan program dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Desa tersebut mengikuti program tersebut dari akhir tahun 2018. Desa tersebut juga memiliki kebun desa jeruk yang berlokasi di belakang kantor desa.
Sekretaris Desa Karang Bunga Agus Supriyadi menceritakan, Desa Karang Bunga awalnya merupakan kawasan eks transmigran tahun 1983. Pada saat itu ada empat desa yang diberikan program oleh pemerintah saat itu dengan program penanaman jeruk. Desa tersebut yakni Desa Karang Dukuh, Karang Buah,Karang Bunga dan Karang Indah.
”Rumah produksi itu fluktuatif, tidak menentu, karena memang sampai hari ini kita masih berdasarkan based on order, kita belum bisa jelas untuk perhitungannya, kita masih berdasarkan pesanan, tapi untuk satu bulan untuk yang minuman jus atau sirupnya biasanya 200 sampai 250 botol,” ujarnya, Senin (4/3).
Agus mengakui, setiap bulannya bisa panen 10 sampai 20 kilogram jeruk. Jeruknya sendiri menggunakan Jeruk Siam Banjar.
Dia menjelaskan, target pasar untuk penjualan produk olahan jeruk saat ini masih di lingkup Kabupaten Barito Kuala dan wilayah Kalsel. Jika dipasarkan di Kabupaten Barito Kuala, produk jus jeruk dijual ke acara-acara kedinasan atau Bazzar dan Expo.
”Kalau untuk di kota Banjarmasin kita hampir setiap minggu mendapatkan orderan berkelanjutan dari kanwil BRI Banjarmasin. Seperti hari ini kita harus mengantar sebanyak 200 botol jus jeruknya,” jelasnya.
Agus menjelaskan, Desa Karang Bunga yang ikut dalam program Desa BRILian ini menjualkan produk jus jeruk dan eskrim jeruk dibantu melalui jejaring BRI secara langsung dari kafe sekitaran kantor wilayah (Kanwil) BRI Banjarmasin.
”Tetapi untuk jejaring yang lain mereka (BRI) biasanya menawarkan ke nasabah-nasabah BRI juga, Kami beberapa kali juga ada mengantarkan ke toko buah yang memang mereka beli jus atau sirup jeruk yang tadi,” bebernya.
Rumah Produksi Jeruk ini, lanjut Agus mempekerjakan tiga warga lokal yang menjadi anggota BUMDes yang sembari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jeruknya sendiri berasal dari kebun desa dan masyarakat dengan menggunakan jeruk siam banjar.
”Ini membantu untuk menambah pendapatan desa melalui kerjasama yang ada ini,” terangnya.
Sementara itu, salah satu petani jeruk Rumiati (40) mengaku terbantu dengan adanya program dari BRI.
”Kalau awal tanam sendiri, kita perlu modal biaya tanam, biaya pupuk, kalau minjam tetangga sama-sama. Dengan adanya program KUR (Kredit Usaha Rakyat) KUR BRI, terus bunganya juga sangat rendah, dan jangka waktu satu tahun pas panen sangat membantu saya pribadi sama warga petani yang lain,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rumiati menjelaskan, penggunaan KUR sendiri untuk perkebunan.
”Dari BRI ini banyak sudah bantuannya dari rumah jeruk sampai peralatannya itu ada freezer ada pemeras, kalau untuk pembuatan olahan jeruk,” bebernya.
Pimpinan Cabang BRI Marabahan Edwin Agus Franico Sipayung mengatakan, sejak pengimplementasian program Desa BRILian di Desa Karang Bunga berbagai batuan yang diberikan. Salah satunya di komoditas jeruk yakni bantuan pembangunan rumah produksi jeruk dan tugu jeruk pada tahun 2022 dengan nilai bantuan nilai bantuan sebesar Rp 232.667.825,-.
Selain itu, bantuan yang diberikan dalam program Desa BRILian yakni program pemberdayaan produk Cluster UMKM Jeruk berupa pelatihan dan Bantuan Peralatan Produksi Peruk pada tahun 2022 dengan nilai bantuan sebesar Rp 50.000.000,-.
Dia menyebut, sebagai salah satu Bank BUMN terbesar, BRI mendapatkan amanat dari pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat kepada pengusaha UMKM yang pada umumnya masih non bankable.
“Sektor ini dianggap sebagai sektor yang tahan banting dan tidak terlalu terpengaruh gejolak ekonomi internasional sehingga perlu untuk didukung dan dikembangkan, namun disatu sisi kelompok ini adalah salah satu kelompok yang sangat sulit mengakses permodalan,” ujarnya.
Edwin berharap, adanya KUR bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi para pengusaha UMKM.
”Sejak diluncurkannya program KUR ini di tahun 2007, BRI selalu yang terdepan dalam penyaluran KUR, dan penyaluran KUR BRI ini sudah banyak meningkatkan perekonomian pengusaha kecil diseluruh Indonesia. Dan saya pastikan sekali lagi, bahwa BRI masih akan tetap dengan komitmennya untuk terus terlibat dalam pengembangan ekonomi masyarakat melalui KUR BRI,” imbuhnya. (hfz)