PROKALTENG.CO-Menang bersama, kalah pun bersama. Itulah yang diungkapkan pelatih Gerald Vanenburg usai Timnas Indonesia U-23 gagal meraih gelar juara ASEAN U-23 Championship.
Timnas Indonesia U-23 ditaklukkan Vietnam dengan skor tipis 0-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (29/7).
Dalam laga final tersebut, Vanenburg melakukan eksperimen taktik. Vanenburg menerapkan formasi 3-4-3, berbeda dari skema 4-3-3 yang biasa digunakannya.
“Saya pikir yang terpenting adalah, ketika kami bermain, para pemain harus memahami apa yang kami lakukan, dan saya pikir kami melakukannya dengan baik,” ujar Vanenburg.
Pelatih asal Belanda itu menegaskan, perubahan sistem dilakukan demi pengembangan tim agar bisa bersaing di level lebih tinggi.
“Sistemnya selalu seperti itu, tetapi yang terpenting adalah para pemain bisa melakukan apa yang diinginkan, dan saya pikir mereka melakukannya dengan baik,” ucapnya.
Vanenburg menyebut target berikutnya adalah Kualifikasi Piala Asia U-23 2026.
Indonesia akan menjadi tuan rumah Grup J di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, pada 3-9 September 2025. Indonesia satu grup dengan Korea Selatan, Laos, dan Makau.
“Kami menantikan turnamen berikutnya. Kami akan kembali dengan performa terbaik. Saya yakin akan hal itu,” tuturnya.
Lantas, apakah Vanenburg akan memanggil pemain diaspora atau nama-nama berpengalaman seperti Marselino Ferdinan?
Dia menegaskan akan selalu berusaha memilih pemain terbaik.
“Dan jika para pemainnya lebih baik, maka saya akan memasukkan mereka ke dalam tim,” tegasnya.
Meski demikian, ia belum ingin membahas soal perombakan skuad.
“Karena saya pikir para pemain saya telah melakukan pekerjaan yang luar biasa kali ini. Mereka benar-benar bermain dengan baik,” sebutnya.
Akui Keunggulan Vietnam
Vanenburg juga mengakui keunggulan Vietnam U-23. Meski peluang mereka tidak banyak, lawan mampu memaksimalkannya.
“Jadi, terkadang kita menang, terkadang kita kalah, tetapi yang terpenting adalah kita belajar, meningkatkan level, dan kita harus berada di sana di turnamen berikutnya,” jelasnya.
Salah satu evaluasi utama adalah efektivitas mencetak gol. Secara statistik, Indonesia U-23 menjadi tim tersubur dengan 10 gol dari 5 pertandingan.
Namun, delapan gol di antaranya dicetak ke gawang tim terlemah Brunei Darussalam U-23.
Indonesia juga dua kali gagal mencetak gol, yakni saat menghadapi Malaysia U-23 di fase grup dan Vietnam U-23 di final.
Sebaliknya, Vietnam mencetak delapan gol dari empat laga dan selalu mampu menjebol gawang lawan.
Vanenburg mengamini bahwa penyelesaian akhir adalah aspek yang harus ditingkatkan.
Ia menilai permainan dan perencanaan tim sudah berjalan baik.
“Tetapi dalam sepak bola kita selalu perlu mencetak gol, dan saya pikir kita harus meningkatkan level pada situasi itu, bukan pada cara kita bermain,” tandasnya. (raf/ali/jpg)