Site icon Prokalteng

Tak Bisa Main karena Masih Terganjal Kitas

tak-bisa-main-karena-masih-terganjal-kitas

SAAT menghadapi PSS Sleman
kemarin di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Persela tidak tampil
dengan kekuatan terbaik.

Gelandang anyar Zah Rahan Krangar tidak masuk
dalam daftar susunan pemain. Padahal, pemain asal Liberia itu sudah berada di
Bandung. Kondisi fisik Zah Rahan juga fit. Lalu, apa yang membuat pemain 36
tahun tersebut ditepikan?

Infonya, Zah Rahan belum klir terkait urusan
kitas. Soal itu, asisten pelatih Persela Didik Ludianto belum mau buka suara.
’’Kalau soal itu, langsung ke manajemen saja. Saya hanya fokus ke urusan
taktikal. Yang jelas, kalau memang (Zah Rahan) sudah bisa dimainkan, pasti saya
mainkan. Kalau belum bisa, ya tidak saya turunkan,’’ terang Didik.

Dalam pertandingan perdananya kemarin, Laskar
Joko Tingkir –julukan Persela Lamongan– nyaris menelan kekalahan. Memasuki
menit ke-90+5’, sang lawan, PS Sleman, mendapat hadiah penalti.

Bek Aaron Evans maju sebagai eksekutor. Tapi,
eksekusi penalti pemain asal Australia tersebut gagal. Adalah Dwi Kuswanto yang
jadi pahlawan. Kiper Persela itu mampu membaca tendangan Aaron yang mengarah ke
sisi kanan gawang.

Aksi kiper 35 tahun tersebut membuat laga
berakhir imbang tanpa gol. Itu sekaligus menggagalkan PSS meraih kemenangan
perdana.

Didik Ludianto mengaku tidak kaget dengan
performa kiper yang akrab disapa Dwikus tersebut. ’’Yang jelas, itu hasil
latihan kami selama di Lamongan. Ada keberuntungan juga yang berpihak kepada
kami,’’ katanya.

Soal penalti yang terjadi, Didik tidak mau
berpolemik. ’’Apakah pemain kami melakukan handsball atau tidak, itu tidak
masalah. Yang penting kami sudah punya organisasi pemainan yang baik,’’ ucap
pelatih asal Bojonegoro itu. Dia pun meminta anak asuhnya tetap fokus. ’’Masih
ada tiga laga, kami fokus ke laga berikutnya,’’ kata Didik.

Exit mobile version