MILAN, Jawa Pos – Antonio Conte sudah lima
tahun lebih tak merasakan atmosfer laga Serie A. Ya, kemenangan 3-0 atas
Cagliari pada 18 Mei 2014 silam adalah kali terakhir Conte berada di bench klub
Serie A dengan Juventus. Setelah empat tahun lebih berkelana jadi pelatih
timnas Italia dan pergi ke Premier League membesut Chelsea, dini hari nanti WIB
penanda comeback-nya.
Kini, The Godfather, julukan Conte, bersama Inter Milan. Conte akan mulai
meneruskan 72,7 persen catatan kemenangan di Serie A ketika menjamu Lecce, di
Giuseppe Meazza, Milan. (Siaran langsung beIN Sports 2 pukul 01.45 WIB).
”Scudetto? Jalan mendekati Juventus sudah dimulai,” sebut Conte pada, konferensi
pers di Appiano Gentile, kamp latihan Inter, tadi malam WIB.
Bagi Conte, laga pertama Serie A selalu mulus selama dia masih membesut
Juventus. Di Nerazzurri, julukan Inter, Conte merasa akan ada yang beda. ”Ada
keinginan dan emosi, karena kami bakal
memulai dengan tantangan baru, disertai antusiasme dan gairah,” tambah
allenatore pengoleksi tiga scudetto itu.
Rapor dengan hanya sekali kalah dari sembilan laga pramusim jadi modal
tactician yang berusia 50 tahun itu mengenali Samir Handanovic dkk. Termasuk
kombinasi antara nama lawas dan pemain baru, seperti Romelu Lukaku, Stefano
Sensi, dan Nicolo Barella. ”Aku menemukan komposisi terbaik dan itu penting
bagi saya,” klaimnya.
Di era Conte inilah skema back three yang kurang familier di Inter
dipertaruhkan. Ketika bermain di Serie A, Stefano Pioli jadi pelatih terakhir
yang memakai skema tersebut di Inter. Di Serie A 2016 – 2017, Pioli memenangi
empat dari enam laga ketika memakai tiga bek. Terakhir saat mengalahkan Lazio
di Olimpico dalam giornata 37, 21 Mei 2017.
Menurutnya, kemenangan dalam giornata pertama bisa menentukan langkan Inter
dalam pacuan kuda menggoyang dominasi Juve di Serie A. ”Yang terpenting fans
kami bisa mengenali ambisi timnya. Ambisi tim yang memulai dengan semua serba
baru,” ungkap Conte. Mudahkah menggapai level Juve? ”Hanya waktu yang akan
menjawabnya,” ucap Conte. Forbes menyebut, Inter adalah klub yang memiliki
potensi terbesar menyudahi dominasi Juve di Serie A. Uniknya Lecce adalah klub
masa muda Conte sebelum bergabung ke Juve, 1991.
Senada dengan Conte, Sensi sebagai wajah baru
di Inter juga menganggap giornata awal Serie A ini penting baginya. Meskipun
masih baru dipinjam Inter dari Sassuolo di musim panas ini, Sensi merasa sudah
menyatu dengan lini tengah Inter. ”Aku belum merasa telah 100 persen. Tetapi,
aku sudah merasa nyaman dengan permainan Inter bersama Conte,” beber Sensi,
kepada DAZN.
Gelandang masa depan Azzurri, julukan timnas Italia, itu menyebut Conte sebagai
sosok yang penuh ambisi. Dan, itu jadi motivasi dia dan rekan-rekannya. ”Dia
pelatih yang membenci kemalasan. Dia selalu menginginkan hasil akhir yang
sempurna,” tambah pemain yang disebut-sebut mirip dengan Xavi gaya mainnya
itu.
Fabio Liverani, nahkoda Lecce, baru kali ini head to head dengan Conte sebagai
pelatih. Tetapi, saat sama-sama jadi pemain, Liverani pernah mengalahkan Juve
bersama Conte. Di dua kali lawan Conte, Liverani bersama Lazio sekali menang
dalam final Coppa Italia 2003 – 2004. ”Yang kami nanti, apakah klub dengan
modal seperti Inter dan pelatih sehebat Conte sudah siap pada awal musim ini?”
sindir Liverani, dikutip Football Italia. (ren/jpg)