29.1 C
Jakarta
Monday, July 21, 2025

Mohamed Salah Sebut Nama Luciano Spalletti Sosok Paling Berpengaruh Dalam Perkembangan Kariernya

Siapa sangka, bukan Jurgen Klopp yang dianggap Mohamed Salah sebagai pelatih terbaik yang pernah bekerja dengannya. Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama France Football, bintang Liverpool tersebut justru menyebut nama Luciano Spalletti, pelatih asal Italia yang pernah menanganinya di AS Roma, sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam perkembangan kariernya.

Selama hampir satu dekade terakhir, nama Mohamed Salah begitu melekat dengan kejayaan Liverpool. Bersama Jurgen Klopp, ia menjelma menjadi ikon Anfield dan sukses mempersembahkan berbagai trofi bergengsi, mulai dari Premier League hingga Liga Champions.

Namun, dalam pandangan pribadi Salah, bukan Klopp yang layak menyandang status pelatih terbaik dalam hidupnya. Nama Luciano Spalletti justru keluar dari mulut pemain asal Mesir tersebut.

Pemain berjuluk The Egyptian King ini sudah melanglang buana ke berbagai klub top Eropa, dari Al-Mokawloon, Basel, Chelsea, Fiorentina, Roma, hingga Liverpool. Dengan pengalaman tersebut, tentu Salah memiliki banyak referensi tentang gaya kepelatihan dan karakter para manajer dunia. Tapi hanya satu yang benar-benar membekas: Luciano Spalletti.

Luciano Spalletti dan Mohamed Salah bekerja sama saat keduanya berada di AS Roma pada periode 2015 hingga 2016. Meskipun hanya singkat, pengaruh Spalletti pada perkembangan Salah sangat besar.

Dalam wawancara bersama France Football, Salah mengungkapkan, “Saya berkembang pesat di bawah asuhan Spalletti, baik secara taktis maupun mental. Ia memberi saya kebebasan untuk mengekspresikan bakat saya dan tumbuh sebagai pesepak bola.”

Setelah kebersamaan mereka berakhir, Spalletti melanjutkan karier ke Inter Milan dan Napoli. Puncaknya adalah ketika ia membawa Napoli menjuarai Serie A pada musim 2022/23. Gelar itu membuat Spalletti kembali diperhitungkan di level tim nasional Italia, meski akhirnya dipecat pada Juni 2025 setelah gagal bersinar di level internasional.

Baca Juga :  All Star Ramadan Cup IV: Hiu Putih FC Wajib Menang Lawan Angkarjasa FC

Kiprah Bersinar Salah di Bawah Klopp

Walau Spalletti disebut sebagai pelatih terbaik dalam kariernya, tak bisa dimungkiri bahwa masa keemasan Salah justru terjadi di Liverpool saat diasuh Jurgen Klopp. Sejak datang ke Anfield pada 2017, Salah berkembang menjadi mesin gol yang menakutkan dan mengoleksi berbagai gelar prestisius.

Salah empat kali meraih sepatu emas Premier League: pada musim 2017/18, 2018/19, 2021/22, dan terbaru di 2024/25. Ia juga tercatat sebagai top skor sepanjang masa Liverpool di kompetisi Liga Inggris. Di bawah Klopp, Salah mempersembahkan sederet trofi seperti:

  • Liga Champions 2018/19
  • UEFA Super Cup 2019
  • FIFA Club World Cup 2019

Premier League 2019/20

  • FA Cup 2021/22
  • Carabao Cup 2021/22 dan 2023/24
  • Community Shield 2022

Namun, hubungan Klopp dan Salah sempat memanas di penghujung musim 2023/24. Keduanya terlibat adu mulut di pinggir lapangan yang disaksikan jutaan pasang mata. Beberapa bulan setelah insiden itu, Klopp resmi mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Arne Slot.

Sergio Ramos, Lawan Tersulit dalam Karier Salah

Dalam kesempatan yang sama, Salah juga diminta menyebut siapa bek paling tangguh yang pernah ia hadapi. Tanpa ragu, ia menyebut nama Sergio Ramos. Hal ini tak lepas dari insiden final Liga Champions 2018 ketika Ramos menjatuhkannya secara kontroversial, membuat Salah harus keluar lebih awal karena cedera dan kehilangan momentum jelang Piala Dunia 2018.

“Pertandingan itu sangat emosional bagi saya. Saya ingin membantu tim, tapi saya harus meninggalkan lapangan terlalu cepat,” ujar Salah mengenang.

Baca Juga :  Ulah Provokator Bikin Laga Pembuka Liga 1 2019 Ternoda

Momen Terbaik dan Deretan Legenda Afrika Versi Salah

Ketika ditanya mengenai momen terbaik dalam kariernya, Salah tanpa ragu menjawab: “Memenangkan Liga Champions bersama Liverpool adalah puncak pencapaian saya.”

Ia juga diminta menyebut siapa saja pemain Afrika terbaik sepanjang masa. Salah menyebut nama-nama besar seperti George Weah, Didier Drogba, dan Samuel Eto’o. Namun menariknya, ia juga dengan rendah hati menambahkan dirinya sendiri ke dalam daftar tersebut. “Saya tidak ingin terdengar sombong, tapi saya juga ingin percaya bahwa saya termasuk di antara mereka,” ucap Salah.

Menarik bahwa Salah tidak serta merta menilai panjangnya kerja sama sebagai tolok ukur terbaik. Meski masa baktinya bersama Klopp jauh lebih lama, justru Spalletti yang paling meninggalkan kesan mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan emosional dan pengaruh personal bisa jadi faktor penting dalam hubungan pelatih-pemain.

Warisan Salah, Lebih dari Sekadar Gol dan Trofi

Apa yang disampaikan Salah dalam wawancara ini memberi gambaran luas tentang bagaimana ia memandang kariernya secara utuh—bukan hanya lewat statistik dan trofi, tetapi juga lewat relasi, pelajaran hidup, dan pencapaian personal. Meski kariernya belum berakhir, warisan Salah di dunia sepak bola, khususnya sebagai pemain Muslim dari Afrika, sudah menjadi inspirasi besar.

Dengan reputasi yang masih tinggi dan performa yang konsisten, publik masih menantikan langkah berikutnya dari Salah, baik di level klub maupun tim nasional Mesir. Siapapun pelatihnya nanti, satu hal yang pasti: warisan Salah akan terus abadi dalam sejarah sepak bola modern.(jpc)

Siapa sangka, bukan Jurgen Klopp yang dianggap Mohamed Salah sebagai pelatih terbaik yang pernah bekerja dengannya. Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama France Football, bintang Liverpool tersebut justru menyebut nama Luciano Spalletti, pelatih asal Italia yang pernah menanganinya di AS Roma, sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam perkembangan kariernya.

Selama hampir satu dekade terakhir, nama Mohamed Salah begitu melekat dengan kejayaan Liverpool. Bersama Jurgen Klopp, ia menjelma menjadi ikon Anfield dan sukses mempersembahkan berbagai trofi bergengsi, mulai dari Premier League hingga Liga Champions.

Namun, dalam pandangan pribadi Salah, bukan Klopp yang layak menyandang status pelatih terbaik dalam hidupnya. Nama Luciano Spalletti justru keluar dari mulut pemain asal Mesir tersebut.

Pemain berjuluk The Egyptian King ini sudah melanglang buana ke berbagai klub top Eropa, dari Al-Mokawloon, Basel, Chelsea, Fiorentina, Roma, hingga Liverpool. Dengan pengalaman tersebut, tentu Salah memiliki banyak referensi tentang gaya kepelatihan dan karakter para manajer dunia. Tapi hanya satu yang benar-benar membekas: Luciano Spalletti.

Luciano Spalletti dan Mohamed Salah bekerja sama saat keduanya berada di AS Roma pada periode 2015 hingga 2016. Meskipun hanya singkat, pengaruh Spalletti pada perkembangan Salah sangat besar.

Dalam wawancara bersama France Football, Salah mengungkapkan, “Saya berkembang pesat di bawah asuhan Spalletti, baik secara taktis maupun mental. Ia memberi saya kebebasan untuk mengekspresikan bakat saya dan tumbuh sebagai pesepak bola.”

Setelah kebersamaan mereka berakhir, Spalletti melanjutkan karier ke Inter Milan dan Napoli. Puncaknya adalah ketika ia membawa Napoli menjuarai Serie A pada musim 2022/23. Gelar itu membuat Spalletti kembali diperhitungkan di level tim nasional Italia, meski akhirnya dipecat pada Juni 2025 setelah gagal bersinar di level internasional.

Baca Juga :  All Star Ramadan Cup IV: Hiu Putih FC Wajib Menang Lawan Angkarjasa FC

Kiprah Bersinar Salah di Bawah Klopp

Walau Spalletti disebut sebagai pelatih terbaik dalam kariernya, tak bisa dimungkiri bahwa masa keemasan Salah justru terjadi di Liverpool saat diasuh Jurgen Klopp. Sejak datang ke Anfield pada 2017, Salah berkembang menjadi mesin gol yang menakutkan dan mengoleksi berbagai gelar prestisius.

Salah empat kali meraih sepatu emas Premier League: pada musim 2017/18, 2018/19, 2021/22, dan terbaru di 2024/25. Ia juga tercatat sebagai top skor sepanjang masa Liverpool di kompetisi Liga Inggris. Di bawah Klopp, Salah mempersembahkan sederet trofi seperti:

  • Liga Champions 2018/19
  • UEFA Super Cup 2019
  • FIFA Club World Cup 2019

Premier League 2019/20

  • FA Cup 2021/22
  • Carabao Cup 2021/22 dan 2023/24
  • Community Shield 2022

Namun, hubungan Klopp dan Salah sempat memanas di penghujung musim 2023/24. Keduanya terlibat adu mulut di pinggir lapangan yang disaksikan jutaan pasang mata. Beberapa bulan setelah insiden itu, Klopp resmi mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Arne Slot.

Sergio Ramos, Lawan Tersulit dalam Karier Salah

Dalam kesempatan yang sama, Salah juga diminta menyebut siapa bek paling tangguh yang pernah ia hadapi. Tanpa ragu, ia menyebut nama Sergio Ramos. Hal ini tak lepas dari insiden final Liga Champions 2018 ketika Ramos menjatuhkannya secara kontroversial, membuat Salah harus keluar lebih awal karena cedera dan kehilangan momentum jelang Piala Dunia 2018.

“Pertandingan itu sangat emosional bagi saya. Saya ingin membantu tim, tapi saya harus meninggalkan lapangan terlalu cepat,” ujar Salah mengenang.

Baca Juga :  Ulah Provokator Bikin Laga Pembuka Liga 1 2019 Ternoda

Momen Terbaik dan Deretan Legenda Afrika Versi Salah

Ketika ditanya mengenai momen terbaik dalam kariernya, Salah tanpa ragu menjawab: “Memenangkan Liga Champions bersama Liverpool adalah puncak pencapaian saya.”

Ia juga diminta menyebut siapa saja pemain Afrika terbaik sepanjang masa. Salah menyebut nama-nama besar seperti George Weah, Didier Drogba, dan Samuel Eto’o. Namun menariknya, ia juga dengan rendah hati menambahkan dirinya sendiri ke dalam daftar tersebut. “Saya tidak ingin terdengar sombong, tapi saya juga ingin percaya bahwa saya termasuk di antara mereka,” ucap Salah.

Menarik bahwa Salah tidak serta merta menilai panjangnya kerja sama sebagai tolok ukur terbaik. Meski masa baktinya bersama Klopp jauh lebih lama, justru Spalletti yang paling meninggalkan kesan mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan emosional dan pengaruh personal bisa jadi faktor penting dalam hubungan pelatih-pemain.

Warisan Salah, Lebih dari Sekadar Gol dan Trofi

Apa yang disampaikan Salah dalam wawancara ini memberi gambaran luas tentang bagaimana ia memandang kariernya secara utuh—bukan hanya lewat statistik dan trofi, tetapi juga lewat relasi, pelajaran hidup, dan pencapaian personal. Meski kariernya belum berakhir, warisan Salah di dunia sepak bola, khususnya sebagai pemain Muslim dari Afrika, sudah menjadi inspirasi besar.

Dengan reputasi yang masih tinggi dan performa yang konsisten, publik masih menantikan langkah berikutnya dari Salah, baik di level klub maupun tim nasional Mesir. Siapapun pelatihnya nanti, satu hal yang pasti: warisan Salah akan terus abadi dalam sejarah sepak bola modern.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/