26.7 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Semua Pemain Tahu Pertandingan Itu Diskenario

Mendung kesedihan
mencekik kehidupan Krisna Adi Darma.Dia pernah menjadi objek hujatan dan
kemarahan nasional karena melakukan tendangan penalti hantu saat timnya, PS
Mojokerto Putra, mengalah kepada Aceh United pada laga terakhir babak delapan besar
Liga 2 2018.

 

Komisi Disiplin PSSI
menyatakan Krisna bersalah. Dia dituding sengaja tidak memasukkan tendangan
penalti pada menit ke-87 di Stadion Cot Gapu, Bireuen, 19 November 2018. PSMP
kalah 2-3. Padahal, hasil seri saja, membuat tim tersebut melaju ke semifinal.
Krisna mendapatkan hukuman sangat berat; sanksi larangan bermain sepak bola
seumur hidupnya.

 

Pada hari yang sama
ketika sanksi itu turun, nasib menjebloskan Krisna semakin dalam ke jurang
kenestapaan. Dia mengalami kecelakaan sangat parah di Jalan Wates Km 7,
Gamping, Sleman pada 23 Desember 2018.

 

Sekarang, delapan bulan
setelah skandal itu, kondisi fisik Krisna sudah pulih. Tetapi kabut
kesedihannya masih pekat. Kepada wartawan Jawa
Pos Radar Jogja Ana R. Dewi
, Krisna untuk kali pertama mencurahkan segala
kegelisahan tak tertahankan yang menggerogoti seluruh sendi kehidupannya.

 

Tujuh
bulan berlalu paska sanksi Komdis PSSI dan kecelakaan itu. Apa saja aktivitasmu
sekarang?

 

Jujur saya lagi
cari-cari kegiatan. Yang jelas, saya masih latihan sepak bola. Kadang seminggu
tiga kali saya ikut latihan klub amatir Liga 3 namanya HUMY. Hanya Ikut latihan
saja. Dulu dari kecil saya sering mengikuti latihan HUMY. Ya, bisa dibilang itu
klub masa kecil saya.

 

Kecelakaan
yang kamu alami cukup parah. Bahkan harus dua kali naik meja operasi. Bagaimana
bekas operasi di kepalamu?

 

Alhamdullilah bekas
operasi sudah tidak apa-apa. Bahkan saat latihan sudah bisa buat heading. Hanya
bagian kepala saja yang parah, bagian tubuh yang hanya luka ringan saja.

 

Setelah
menerima sanksi dari Komdis PSSI, apa kamu masih ingin bermain sepak bola lagi?

 

Saya pengen sekali,
namun takut ada pro kontra dari masyarakat. Yang jelas, tekad bermain sepak
bola masih membara. Saya mempunyai keinginan dan semangat yang penuh. Namun seandainya
nanti tidak ada keadilan dari sanksi yang kemarin, ya sudah saya legowo. Namun
kembali lagi, apapun yang terjadi saya tetap yakin kepada Yang Kuasa. Semoga
ada jalan.

Baca Juga :  Transaksi Keuangan Kurang Bagus, PT LIB Harus Transparan

 

Saat
sebelum dan sesudah mendapat sanksi Komdis PSSI, apa yang kamu rasakan?

 

Perbedaan sangat terasa
sekali. Dulu bermain dan latihan bersama klub. Kalau sekarang, hanya
latihan-latihan untuk mengobati kerinduan saya dengan sepak bola.

 

Kasus tendangan penalti
itu sempat viral. Kamu bahkan mendapat hujatan di media sosial dari seluruh
rakyat Indonesia. Apa sebetulnya yang terjadi?

 

Kami satu tim sebelum
pertandingan dibriefing dan semua pemain tahu. Dan itu tidak ada yang ditunjuk
(sebagai eksekutor). Jadi, diatur skornya draw asalkan Semen Padang mengalahkan
Kalteng Putra dengan margin tak lebih dari satu gol. Lalu diatur kick off-nya
lebih dulu (di kandang) Semen Padang? Padahal sama-sama dari Sumatera. Lalu,
kenapa duluan Padang?

 

Jadi
mengapa? Seperti apa skenarionya?

 

Jadi begini. Kick off
itu ditunda seolah-olah pemain Aceh United belum mendapat gaji. Itu hanya
skenario, supaya kick off-nya lebih lambat agar bisa melihat situasi seperti
apa di pertandingan lainnya. Saat itu, Kalteng kalah 3-1 dan gol Semen Padang
di menit-95. Saat menit ke-93, skor masih 2-1. Dan posisi PSMP Mojokerto juga
kalah 2-3. Nah, selisihnya satu gol. Wasitnya mengira Semen Padang sudah full
time 2-1 sehingga (PSMP) diberi penalti. Ternyata injury time di Padang lima
menit, dan di menit-95, mereka mencetak gol lagi. Skor menjadi 3-1. Sehingga
mendadak (PSMP) diberi penalti. Dan tidak masuk. (Hasil itu membuat Semen
Padang dan Kalteng Putra lolos ke semifinal Liga 2. Kedua tim, bersama PSS
Sleman akhirnya promosi ke Liga 1 2019).

 

Mengapa
kamu yang menjadi eksekutor penalti?

 

Pertama Andre Dio yang
sekarang bermain di Persiba Balikpapan (yang akan mengambil penalti). Namun
tidak jadi. Kemudian Indra (Setiawan) yang menjadi top skor. Tetapi dia ragu.
Ya sudah, akhirnya saya yang mengambil, tanpa disuruh siapapun. Saya
spontanitas. Niat saya hanya dua, yakni menyelamatkan nama baik Indra
seandainya dia yang akan menendang penalti. Dan alasan yang kedua, belum bisa
saya sebutkan.

Baca Juga :  Ganda Putra dan Campuran Berlomba Menuju 16 Besar

 

Setelah
melakukan eksekusi penalti itu, mengapa kamu berselebrasi dengan sujud syukur?

 

Saat itu saya minta
ampunan kepada Tuhan. Di situ saya berdoa memohon ampun. Ampunilah dosaku jika
ini pembohongan publik yang berhubungan dengan banyak orang dan masyarakat.
Karena alasan saya hanya dua tadi. Saya tahu, saat itu banyak yang menghujat.
Bahkan dari seluruh Indonesia. Namun ya sudah, mereka tidak tahu apa-apa. Hanya
saya dan Tuhan yang tahu.

 

 

Lalu,
apakah kamu masih mau memperjuangkan kasusmu?

 

Saya siap melangkah dan
berani. Namun saya bingung lewat jalan mana. Harus ke siapa? Saya menunggu
momentum. Bisa dibilang masalah saya ini ngambang dan tidak jelas. Mungkin saya
akan menunggu KLB. Apabila tidak ada kemajuan, masih akan saya tunggu hingga
pemilihan ketua PSSI yang baru saat Kongres. Nah jika sudah mentok, kasus saya
ini tidak dibahas, saya masih punya barang bukti.

 

Apakah
kamu berencana untuk mengajukan banding?

 

Ada rencana untuk
mengajukan banding. Namun saya tidak menerima surat pemanggilan tiga kali.
Bahkan keterangan secara lisan juga saya tidak dapat. Dari manajemen PSMP juga
demikian. Sampai detik ini, manajemen PSMP tidak ada yang datang ke rumah saya.
Saya merasa dizalimi.

 

Komdis
kabarnya sudah melayangkan surat itu…

 

Ya, dan saya kecewa kenapa Komdis PSSI tidak
menelusuri apabila surat itu tidak pernah sampai ke saya. Kenapa malah dibiarin
begitu saja dan lepas tangan? Lantas bagaimana saya mengajukan banding?
Permasalahannya, apa yang mau di banding? Wong surat saja saya tidak dapat!

Mendung kesedihan
mencekik kehidupan Krisna Adi Darma.Dia pernah menjadi objek hujatan dan
kemarahan nasional karena melakukan tendangan penalti hantu saat timnya, PS
Mojokerto Putra, mengalah kepada Aceh United pada laga terakhir babak delapan besar
Liga 2 2018.

 

Komisi Disiplin PSSI
menyatakan Krisna bersalah. Dia dituding sengaja tidak memasukkan tendangan
penalti pada menit ke-87 di Stadion Cot Gapu, Bireuen, 19 November 2018. PSMP
kalah 2-3. Padahal, hasil seri saja, membuat tim tersebut melaju ke semifinal.
Krisna mendapatkan hukuman sangat berat; sanksi larangan bermain sepak bola
seumur hidupnya.

 

Pada hari yang sama
ketika sanksi itu turun, nasib menjebloskan Krisna semakin dalam ke jurang
kenestapaan. Dia mengalami kecelakaan sangat parah di Jalan Wates Km 7,
Gamping, Sleman pada 23 Desember 2018.

 

Sekarang, delapan bulan
setelah skandal itu, kondisi fisik Krisna sudah pulih. Tetapi kabut
kesedihannya masih pekat. Kepada wartawan Jawa
Pos Radar Jogja Ana R. Dewi
, Krisna untuk kali pertama mencurahkan segala
kegelisahan tak tertahankan yang menggerogoti seluruh sendi kehidupannya.

 

Tujuh
bulan berlalu paska sanksi Komdis PSSI dan kecelakaan itu. Apa saja aktivitasmu
sekarang?

 

Jujur saya lagi
cari-cari kegiatan. Yang jelas, saya masih latihan sepak bola. Kadang seminggu
tiga kali saya ikut latihan klub amatir Liga 3 namanya HUMY. Hanya Ikut latihan
saja. Dulu dari kecil saya sering mengikuti latihan HUMY. Ya, bisa dibilang itu
klub masa kecil saya.

 

Kecelakaan
yang kamu alami cukup parah. Bahkan harus dua kali naik meja operasi. Bagaimana
bekas operasi di kepalamu?

 

Alhamdullilah bekas
operasi sudah tidak apa-apa. Bahkan saat latihan sudah bisa buat heading. Hanya
bagian kepala saja yang parah, bagian tubuh yang hanya luka ringan saja.

 

Setelah
menerima sanksi dari Komdis PSSI, apa kamu masih ingin bermain sepak bola lagi?

 

Saya pengen sekali,
namun takut ada pro kontra dari masyarakat. Yang jelas, tekad bermain sepak
bola masih membara. Saya mempunyai keinginan dan semangat yang penuh. Namun seandainya
nanti tidak ada keadilan dari sanksi yang kemarin, ya sudah saya legowo. Namun
kembali lagi, apapun yang terjadi saya tetap yakin kepada Yang Kuasa. Semoga
ada jalan.

Baca Juga :  Transaksi Keuangan Kurang Bagus, PT LIB Harus Transparan

 

Saat
sebelum dan sesudah mendapat sanksi Komdis PSSI, apa yang kamu rasakan?

 

Perbedaan sangat terasa
sekali. Dulu bermain dan latihan bersama klub. Kalau sekarang, hanya
latihan-latihan untuk mengobati kerinduan saya dengan sepak bola.

 

Kasus tendangan penalti
itu sempat viral. Kamu bahkan mendapat hujatan di media sosial dari seluruh
rakyat Indonesia. Apa sebetulnya yang terjadi?

 

Kami satu tim sebelum
pertandingan dibriefing dan semua pemain tahu. Dan itu tidak ada yang ditunjuk
(sebagai eksekutor). Jadi, diatur skornya draw asalkan Semen Padang mengalahkan
Kalteng Putra dengan margin tak lebih dari satu gol. Lalu diatur kick off-nya
lebih dulu (di kandang) Semen Padang? Padahal sama-sama dari Sumatera. Lalu,
kenapa duluan Padang?

 

Jadi
mengapa? Seperti apa skenarionya?

 

Jadi begini. Kick off
itu ditunda seolah-olah pemain Aceh United belum mendapat gaji. Itu hanya
skenario, supaya kick off-nya lebih lambat agar bisa melihat situasi seperti
apa di pertandingan lainnya. Saat itu, Kalteng kalah 3-1 dan gol Semen Padang
di menit-95. Saat menit ke-93, skor masih 2-1. Dan posisi PSMP Mojokerto juga
kalah 2-3. Nah, selisihnya satu gol. Wasitnya mengira Semen Padang sudah full
time 2-1 sehingga (PSMP) diberi penalti. Ternyata injury time di Padang lima
menit, dan di menit-95, mereka mencetak gol lagi. Skor menjadi 3-1. Sehingga
mendadak (PSMP) diberi penalti. Dan tidak masuk. (Hasil itu membuat Semen
Padang dan Kalteng Putra lolos ke semifinal Liga 2. Kedua tim, bersama PSS
Sleman akhirnya promosi ke Liga 1 2019).

 

Mengapa
kamu yang menjadi eksekutor penalti?

 

Pertama Andre Dio yang
sekarang bermain di Persiba Balikpapan (yang akan mengambil penalti). Namun
tidak jadi. Kemudian Indra (Setiawan) yang menjadi top skor. Tetapi dia ragu.
Ya sudah, akhirnya saya yang mengambil, tanpa disuruh siapapun. Saya
spontanitas. Niat saya hanya dua, yakni menyelamatkan nama baik Indra
seandainya dia yang akan menendang penalti. Dan alasan yang kedua, belum bisa
saya sebutkan.

Baca Juga :  Ganda Putra dan Campuran Berlomba Menuju 16 Besar

 

Setelah
melakukan eksekusi penalti itu, mengapa kamu berselebrasi dengan sujud syukur?

 

Saat itu saya minta
ampunan kepada Tuhan. Di situ saya berdoa memohon ampun. Ampunilah dosaku jika
ini pembohongan publik yang berhubungan dengan banyak orang dan masyarakat.
Karena alasan saya hanya dua tadi. Saya tahu, saat itu banyak yang menghujat.
Bahkan dari seluruh Indonesia. Namun ya sudah, mereka tidak tahu apa-apa. Hanya
saya dan Tuhan yang tahu.

 

 

Lalu,
apakah kamu masih mau memperjuangkan kasusmu?

 

Saya siap melangkah dan
berani. Namun saya bingung lewat jalan mana. Harus ke siapa? Saya menunggu
momentum. Bisa dibilang masalah saya ini ngambang dan tidak jelas. Mungkin saya
akan menunggu KLB. Apabila tidak ada kemajuan, masih akan saya tunggu hingga
pemilihan ketua PSSI yang baru saat Kongres. Nah jika sudah mentok, kasus saya
ini tidak dibahas, saya masih punya barang bukti.

 

Apakah
kamu berencana untuk mengajukan banding?

 

Ada rencana untuk
mengajukan banding. Namun saya tidak menerima surat pemanggilan tiga kali.
Bahkan keterangan secara lisan juga saya tidak dapat. Dari manajemen PSMP juga
demikian. Sampai detik ini, manajemen PSMP tidak ada yang datang ke rumah saya.
Saya merasa dizalimi.

 

Komdis
kabarnya sudah melayangkan surat itu…

 

Ya, dan saya kecewa kenapa Komdis PSSI tidak
menelusuri apabila surat itu tidak pernah sampai ke saya. Kenapa malah dibiarin
begitu saja dan lepas tangan? Lantas bagaimana saya mengajukan banding?
Permasalahannya, apa yang mau di banding? Wong surat saja saya tidak dapat!

Terpopuler

Artikel Terbaru