KAIRO- Aljazair keluar sebagai juara Piala
Afrika 2019 setelah menaklukkan Senegal 1-0 dalam laga final di Cairo
Internasional Stadium, Mesir, Sabtu (20/7) dini hari.
Dramatis. Satu-satunya gol yang tercipta dalam
laga itu tercipta saat pertandingan baru berjalan dua menit. Striker El Khadra
(julukan timnas Aljazair), Baghdad Bounedjah melepas tembakan dari luar kotak
penalti. Bola mengenai kaki Salif Sane kemudian melambung tinggi dan tanpa
diduga masuk ke gawang yang dikawal Alfred Gomis.
Itu menjadi satu-satunya tembakan yang berhasil
dibuat Aljazair sepanjang laga. Usai mencetak gol, mereka lebih banyak dipaksa
untuk bertahan demi membendung serangan-serangan Senegal.
Berdasarkan catatan Whoscored, Senegal mampu
menguasai bola sebanyak 62%. Ada pula 12 tembakan yang dilepaskan dengan tiga
yang mengarah ke gawang. Aljazair cuma menguasai bola sebanyak 38%.
Upaya Senegal mencari gol penyeimbang selalu
gagal. Sadio Mane cs kesulitan membongkar pertahanan Aljazair, tetapi tak satu
pun yang berbuah gol. Aljazair pun menjadi juara Afrika, yang kedua kali
sejarah setelah 1990, saat mereka menjadi tuan rumah.
Pelatih Aljazair Djamel Belmadi menyebut
kemenangan kali ini sangat luar biasa, bersejarah. Dia mengatakan timnya memang
pantas mendapatkan kemenangan.
“Ini luar biasa. Ini bersejarah. Ini
adalah Piala Afrika pertama yang kami menangi di luar perbatasan (negara) kami.
Sejak 1990, itu merupakan jalan yang panjang. Kami adalah negara sepak bola.
Kami pantas mendapatkannya,” ujar Belmadi kepada beIN Sports.
Dia tak peduli dengan penilaian timnya
cenderung bertahan setelah unggul 1-0.
“Itu pertandingan yang sangat rumit,
sangat sulit. Kami tahu bahwa itu akan diputuskan pada detail kecil. Dan
anak-anak bertahan dengan baik. Pemain melakukannya dengan luar biasa,”pungkasnya.
Pelatih Senegal, Aliou Cisse mengatakan,
ketidakmampuan timnya untuk pulih dari gol menit ke-2 Baghdad Bounedjah sangat
disesalkan. Alasannya, setelah tertinggal, mereka mampu menciptakan sejumlah
peluang untuk setidaknya menyamakan kedudukan.
“Mereka mengesampingkan peluang yang mereka
butuhkan. Secara keseluruhan kami tidak mengecewakan diri sendiri. Kami
menciptakan peluang tetapi tidak mampu mencetak gol,†kata Cisse, yang timnya
juga kalah 1-0 dari Aljazair di fase grup.
“Ketika Anda kebobolan gol di awal
pertandingan, rencana menjadi jelas. Anda harus menyerang pertahanan yang
agresif dan kami tidak dapat menemukan solusinya. Apa yang kita lewatkan?
Menjadi konsisten,†jelas Cisse yang tanpa bek tengah utama Kalidou Koulibaly
di laga ini akibat akumulasi kartu.
Walau Sadio Mane dan kawan-kawan gagal
mempersembahkan gelar pertama, Cisse yang jadi kapten 17 tahun lalu tetap
memuji timnya. “Terakhir kali Senegal mencapai titik ini adalah pada tahun
2002. Pengalaman pertandingan besar, kami ingin berada di sini lebih sering.
Kami semakin dekat dengan kemenangan,†ujarnya di AFP.
(adk/jpnn)