Site icon Prokalteng

Jake Paul Tumbangkan Iron Mike dengan Kemenangan Angka Mutlak

Mike Tyson kalah angka dari Jake Paul. (Timothy A. Clay/AFP via Getty Images)

Pertarungan besar yang penuh sensasi akhirnya usai pada Jumat malam waktu setempat di AT&T Stadium. Jake Paul, bintang media sosial berusia 27 tahun, berhasil mengalahkan Mike Tyson dengan kemenangan angka mutlak di depan lebih dari 70.000 penonton.

Pertarungan ini menjadi salah satu peristiwa olahraga paling liar dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimana tidak, duel mempertemukan Tyson, legenda tinju berusia 58 tahun, dengan Paul yang baru lima tahun terjun ke dunia tinju profesional.

Jake Paul masuk ke ring sebagai favorit taruhan, meskipun banyak yang meragukan kemampuannya menghadapi mantan juara dunia kelas berat. Namun, hasil akhirnya membuktikan usia tidak bisa dibohongi, bahkan oleh seorang Iron Mike.

Tyson, yang terakhir kali bertarung secara profesional pada 2005, kini mencatatkan rekor karier 50-7. Sebaliknya, Paul kini menambah catatan kemenangannya menjadi 11-1, sekaligus membuktikan kemampuannya di panggung besar.

Pertandingan delapan ronde ini disiarkan langsung oleh Netflix dan berhasil menarik perhatian penonton global. Bahkan sebelum pertarungan dimulai, momen panas terjadi ketika Tyson menampar Paul di acara timbang badan.

Paul dilaporkan akan mengantongi bayaran sebesar USD40 juta dari duel ini. Sementara itu, Tyson, meskipun kalah, tetap membawa pulang USD20 juta sebagai kompensasi dari pertarungan tersebut.

Sejak ronde pertama, kedua petinju langsung memamerkan karakteristik gaya bertarung mereka. Tyson dengan cepat menuju pusat ring seperti di masa jayanya, sementara Paul menggunakan strategi cerdas dengan membuat Tyson mengejarnya.

Tyson sempat mendaratkan pukulan overhand kanan di awal ronde pertama. Namun, Paul berhasil menyerang balik dengan pukulan keras, membuat Tyson harus bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan.

Memasuki ronde kedua, tempo pertarungan mulai melambat. Kedua petinju lebih banyak mengukur jarak dan mencari celah serangan, yang sayangnya membuat pertandingan terasa kurang menarik.

Analis Roy Jones Jr. mengomentari kaki Tyson tampak kurang stabil. Hal ini semakin diperparah dengan fakta Tyson mengenakan penyangga lutut kanan, yang menunjukkan tanda-tanda kelelahan fisik.

Di ronde ketiga, Paul mulai mendominasi. Pukulan-pukulan cepatnya beberapa kali mendarat telak, membuat Tyson terlihat goyah dan semakin tertekan oleh perbedaan usia.

Para penonton mulai mencemaskan kondisi Tyson yang terlihat kesulitan mengejar ritme Paul. Boos kecil mulai terdengar dari tribun, menandakan ketidakpuasan penonton atas jalannya pertandingan.

Ronde keempat menampilkan aksi yang lebih aktif dari Paul. Petinju muda itu terlihat lebih santai, bahkan sesekali menganggap pertarungan ini seperti sesi sparring biasa.

Sebaliknya, Tyson terlihat lebih sering menerima pukulan daripada melancarkan serangan balik. Meski demikian, legenda tinju ini tetap menunjukkan semangat juang tanpa menyerah hingga ronde berakhir.

Memasuki ronde kelima, dominasi Paul semakin terlihat jelas. Ia mulai menargetkan dagu Tyson, meskipun beberapa serangannya masih belum mengenai sasaran secara sempurna.

Namun, Paul terkadang menunjukkan kebiasaan buruk dengan menurunkan tangannya terlalu rendah. Hal ini sempat menjadi celah di era tinju Tyson, tetapi kini tidak banyak memberi keuntungan bagi sang legenda.

Ronde keenam menjadi titik di mana banyak pihak mulai merasa simpati pada Tyson. Komentar dari Jones Jr. mempertegas energi Tyson tampak semakin habis, sementara Paul terus mengontrol tempo pertarungan.

Boos dari penonton semakin keras terdengar, mencerminkan kekecewaan mereka terhadap kurangnya aksi menarik di pertarungan ini. Namun, hal itu tidak menghentikan Paul untuk terus menjaga keunggulannya.

Ronde ketujuh diwarnai dengan momen-momen di mana Tyson terlihat sangat kelelahan. Nafasnya terengah-engah, sementara Paul tampak anehnya tidak memanfaatkan kelemahan lawannya untuk menyelesaikan pertarungan lebih awal.

Komentator bahkan menyebutkan ini adalah salah satu momen langka di mana penonton merasa kasihan pada Tyson. Namun, sang legenda tetap bertahan dengan mental baja hingga ronde terakhir.

Ronde kedelapan menjadi penutup dari duel ini, di mana Paul kembali menunjukkan kecepatan dan ketepatan pukulannya. Tyson tidak mampu menghindar dengan efektif, membuat perbedaan usia semakin terlihat jelas di atas ring.

Di detik-detik akhir, Paul menunjukkan rasa hormatnya kepada Tyson dengan membungkukkan badan. Momen ini menjadi simbol dari perbedaan generasi dalam dunia tinju, sekaligus penghormatan untuk warisan sang legenda.

Hasil akhirnya, Jake Paul menang dengan skor 78-74 atas Mike Tyson. Kemenangan ini menjadi puncak karier bagi Paul dan meninggalkan pertanyaan besar tentang masa depan Tyson di dunia tinju.

Pertarungan ini mungkin bukan tentang teknik terbaik atau momen paling seru. Tetapi, duel ini menjadi simbol bagaimana dunia olahraga terus berkembang, bahkan di tengah pertemuan dua generasi yang sangat berbeda.

Kini, Paul melangkah lebih jauh sebagai bintang tinju baru, sementara Tyson tetap menjadi legenda yang dihormati meskipun kalah. Apakah ini akhir dari perjalanan Mike Tyson di ring, atau hanya babak baru yang menunggu? Waktu akan menjawab.(jpc)

Exit mobile version