25.6 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Merasa Kekurangan Energi

KEKALAHAN Novak Djokovic di final US Open 2021 membuat dia gagal menyapu bersih Grand Slam kalender tahun 2021. Namun, petenis nomor satu dunia asal Serbia itu justru lega. Sebab, tekanan besar untuk mengejar kesempurnaan tersebut akhirnya berakhir.

Djokovic meneteskan air mata setelah upayanya yang melelahkan — baik secara fisik maupun emosional — untuk menjadi orang pertama sejak 1969 yang memenangi empat Grand Slam, akhirnya gagal.

Dalam partai final di Arthur Ashe Stadium, New York City tadi pagi WIB (13/9), Djokovic dikalahkan unggulan kedua asal Rusia Daniil Medvedev dalam straight set, 4-6, 4-6, dan 4-6. “Lega,” kata Djokovic yang berusia 34 tahun ketika ditanya bagaimana perasaannya usai pertandingan. “Saya senang ini sudah berakhir. Sebab, persiapan untuk turnamen ini dan segala sesuatu yang secara mental, emosional, harus saya atasi sepanjang turnamen ini sangat banyak. Banyak yang harus ditangani,” Djokovic.

Baca Juga :  Tidak Bahagia di MU, Transfer Pogba Sulit Diwujudkan

Sejak awal, Djokovic memang tidak mampu menyamai level Medvedev. Petenis Rusia itu menunjukkan keberanian luar biasa untuk meraih gelar grand slam pertamanya. Medvedev sangat tegang, tapi bisa mengatasi.

Djokovic mengaku bahwa waktu yang dihabiskan di lapangan tahun ini akhirnya memakan korban. Dan dia merasa kekurangan energi.

“Kaki saya tidak ada di sana. Saya mencoba. Saya melakukan yang terbaik. Ya, saya membuat banyak kesalahan sendiri. Saya tidak punya – tidak ada servis yang benar-benar bagus,” kata Djokovic.

“Jika Anda bermain melawan seseorang seperti Medvedev yang memukul dengan sangat baik, ace, mendapat banyak poin gratis pada servis pertamanya, Anda terus-menerus merasakan tekanan pada permainan servis Anda.”

“Saya berada di bawah standar, sejujurnya. Jadi ini adalah salah satu hari di mana saya kurang beruntung. Ya, belum jodohnya.”

Baca Juga :  Sepakat Ada Kompetisi Pengganti

Selama pertandingan final, emosi begitu menguasai Djokovic. Dia memegang handuk di wajahnya dan menangis. Kewalahan oleh dukungan yang dia dapatkan dari penonton.

Djokovic, yang belum mendapatkan tingkat kekaguman yang sama seperti yang diberikan kepada rivalnya Roger Federer dan Rafael Nadal, mengatakan air mata adalah hasil dari perasaan yang belum pernah dia alami sebelumnya dari penonton New York.

“Penonton membuat saya sangat istimewa. Mereka mengejutkan saya. Saya tidak tahu, saya tidak mengharapkan apa pun, tetapi jumlah dukungan, energi, dan cinta yang saya dapatkan dari penonton adalah sesuatu yang akan saya ingat selamanya,” kata Djokovic.

“Maksud saya, itulah alasan saya menangis. Emosi, energinya sangat kuat. Maksud saya, sekuat memenangi Grand Slam ke-21. Itulah yang saya rasakan, jujur. Saya merasa sangat, sangat istimewa,” tambahnya.

KEKALAHAN Novak Djokovic di final US Open 2021 membuat dia gagal menyapu bersih Grand Slam kalender tahun 2021. Namun, petenis nomor satu dunia asal Serbia itu justru lega. Sebab, tekanan besar untuk mengejar kesempurnaan tersebut akhirnya berakhir.

Djokovic meneteskan air mata setelah upayanya yang melelahkan — baik secara fisik maupun emosional — untuk menjadi orang pertama sejak 1969 yang memenangi empat Grand Slam, akhirnya gagal.

Dalam partai final di Arthur Ashe Stadium, New York City tadi pagi WIB (13/9), Djokovic dikalahkan unggulan kedua asal Rusia Daniil Medvedev dalam straight set, 4-6, 4-6, dan 4-6. “Lega,” kata Djokovic yang berusia 34 tahun ketika ditanya bagaimana perasaannya usai pertandingan. “Saya senang ini sudah berakhir. Sebab, persiapan untuk turnamen ini dan segala sesuatu yang secara mental, emosional, harus saya atasi sepanjang turnamen ini sangat banyak. Banyak yang harus ditangani,” Djokovic.

Baca Juga :  Tidak Bahagia di MU, Transfer Pogba Sulit Diwujudkan

Sejak awal, Djokovic memang tidak mampu menyamai level Medvedev. Petenis Rusia itu menunjukkan keberanian luar biasa untuk meraih gelar grand slam pertamanya. Medvedev sangat tegang, tapi bisa mengatasi.

Djokovic mengaku bahwa waktu yang dihabiskan di lapangan tahun ini akhirnya memakan korban. Dan dia merasa kekurangan energi.

“Kaki saya tidak ada di sana. Saya mencoba. Saya melakukan yang terbaik. Ya, saya membuat banyak kesalahan sendiri. Saya tidak punya – tidak ada servis yang benar-benar bagus,” kata Djokovic.

“Jika Anda bermain melawan seseorang seperti Medvedev yang memukul dengan sangat baik, ace, mendapat banyak poin gratis pada servis pertamanya, Anda terus-menerus merasakan tekanan pada permainan servis Anda.”

“Saya berada di bawah standar, sejujurnya. Jadi ini adalah salah satu hari di mana saya kurang beruntung. Ya, belum jodohnya.”

Baca Juga :  Sepakat Ada Kompetisi Pengganti

Selama pertandingan final, emosi begitu menguasai Djokovic. Dia memegang handuk di wajahnya dan menangis. Kewalahan oleh dukungan yang dia dapatkan dari penonton.

Djokovic, yang belum mendapatkan tingkat kekaguman yang sama seperti yang diberikan kepada rivalnya Roger Federer dan Rafael Nadal, mengatakan air mata adalah hasil dari perasaan yang belum pernah dia alami sebelumnya dari penonton New York.

“Penonton membuat saya sangat istimewa. Mereka mengejutkan saya. Saya tidak tahu, saya tidak mengharapkan apa pun, tetapi jumlah dukungan, energi, dan cinta yang saya dapatkan dari penonton adalah sesuatu yang akan saya ingat selamanya,” kata Djokovic.

“Maksud saya, itulah alasan saya menangis. Emosi, energinya sangat kuat. Maksud saya, sekuat memenangi Grand Slam ke-21. Itulah yang saya rasakan, jujur. Saya merasa sangat, sangat istimewa,” tambahnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru