Site icon Prokalteng

Kalau Kalah, Tak Usah Buka Medsos, Tak Usah Baca Koran

kalau-kalah-tak-usah-buka-medsos-tak-usah-baca-koran

Penampilan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto
tengah menjadi sorotan publik. Ketika badminton lovers merayakan meroketnya
Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan sebagai pasangan nomor 2 dunia, mereka masih
terperosok di peringkat ke-7. Itu tidak terlepas dari serentetan hasil buruk di
beberapa turnamen terakhir.

Fajar/Rian menjadi juara di Swiss Open akhir
Maret lalu. Namun, setelah itu, mereka terus menurun. Puncaknya adalah kandas
di babak pertama Australian Open. Lalu, dalam tur Asia yang baru kelar lalu,
prestasi terbaik pasangan berjuluk FajRi itu adalah perempat final Indonesia
Open. Kalah oleh pasangan yang levelnya di bawah mereka, Takuro Hoki/Yugo
Kobayashi.

Kritik pedas dari badminton lovers tak
terhindarkan. Banyak yang menganggap mereka tidak serius berlatih. Bahkan, ada
yang bilang mereka perlu mengurangi eksis di media sosial dan lebih fokus di
lapangan. Ternyata, pelatih kepala ganda putra Herry Iman Pierngadi setuju
dengan kritik tersebut. Bukan rahasia lagi keduanya –terutama Fajar– sangat
sering menyapa fans lewat Instagram.

“Saya bilang, kalian tidak perlu dulu main
media sosial. Tutup saja,’’ kata Herry kemarin. Menurut Herry, banyaknya
komentar negatif di Instagram bisa berpengaruh buat atlet. ’’Karakter orang ada
yang bisa cepat lupain (komentar negatif). Tapi, ada pula yang kepikiran. Nah,
mereka ini tipe yang kepikiran,’’ jelas pelatih dari PB Djarum tersebut.

Daripada eksis di media sosial, Herry meminta
mereka lebih banyak berkomunikasi dengan keluarga atau pasangan. Sebab, itu
lebih suportif. Apabila memang sudah tidak tahan ingin membuka media sosial,
saran Herry, lebih baik buka Facebook atau Instagram kalau menang. ’’Kalau
kalah, sudah nggak usah dibuka. Dan nggak usah baca koran. Itu salah satu cara
biar nggak kepikiran. Mereka harus bisa,’’ papar Herry.

Masuk jajaran top 8 dunia ternyata jadi beban
bagi FajRi. Sebagai pasangan yang diharapkan bisa bersinar, mereka belum siap
dengan tekanan seperti Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo atau
Ahsan/Hendra. Herry ingin keduanya belajar pada dua pasangan terbaik dunia itu
bagaimana cara mengatasi tekanan.

’’Dua pemain ini (Fajar dan Rian, Red) punya
potensi. Tadinya sudah bisa mendekati Marcus/Kevin, tapi kok belakangan
menurun. Mereka harus mengontrol emosi dan melawan diri sendiri,’’ tutur Herry.
Soal media sosial, keduanya sudah menuruti instruksi sang pelatih. Sudah jarang
terlihat stories di akun Instagram mereka.(feb/na/ham/jpg)

Exit mobile version