Site icon Prokalteng

Momentum Chiello

momentum-chiello

Giorgio Chiellini hanya duduk manis di depan layar televisi ketika Italia mengangkat trofi Piala Dunia 2006. Trofi terakhir yang didapatkan salah satu negara besar dalam sepak bola itu. Chiellini yang ketika itu baru semusim berstatus penggawa Juventus masih terlalu muda untuk menjadi bagian Gli Azzurri, julukan Italia.

Usia Chiello, sapaan karib Chiellini, saat itu 22 tahun. Tenaganya lebih dibutuhkan timnas U-21 besutan Claudio Gentile. Lagi pula, sebagai bek kiri, dia belum selevel dengan nama-nama seperti Fabio Grosso atau Gianluca Zambrotta yang lebih senior. ’’Yang saya ingat sampai sekarang, momen Canna (sapaan akrab Fabio Cannavaro, kapten timnas Italia ketika itu) mengangkat trofi, sesuatu yang saya rindukan,’’ kenang Chiello sebagaimana dikutip Corriere dello Sport.

Maklum, selain seniornya di Juve, Canna sosok yang kerap mengajarinya bermain sebagai bek. Bahkan, Canna juga sempat menyebut bahwa Chiello-lah yang kelak menjadi penerusnya di La Vecchia Signora, julukan Juve, dan timnas Italia. Benar. Bek 36 tahun tersebut menyandang status il capitano Italia di turnamen mayor, persis seperti Canna saat Piala Dunia 2006.

Chiello, meski sudah merasakan caps pertamanya pada 17 November 2004, baru bisa menjadi langganan timnas sejak uji coba melawan Afrika Selatan pada 17 Oktober 2007. Bermain sebagai bek tengah Italia baru dia rasakan di kualifikasi Euro 2008 menghadapi Kepulauan Faroe 21 November 2007.

Artinya, sudah hampir 14 tahun bek terbaik Serie A 2008–2010 itu ada dalam bagian sejarah timnas Italia. Namun, sepanjang 111 caps-nya berseragam biru-biru Italia, belum sekali pun dia merasakan momen seperti Canna: mengangkat trofi juara di turnamen mayor. Hampir merasakannya pada Euro 2012, impiannya kandas setelah dihancurkan Spanyol 0-4 di laga puncak.

Ironis, momentum terbaik Chiello untuk sekali saja merasakan hangatnya trofi juara Euro terjadi dalam pengujung kariernya sebagai penggawa timnas. Seperti diketahui, dia sempat disebut akan meninggalkan timnas setelah Euro 2020. Chiello pun bakal memburu mimpi terakhirnya saat Italia menantang Inggris dalam final Euro 2020 di Wembley Stadium, London, dini hari nanti WIB. ’’Ini (menjuarai turnamen mayor) mimpi yang sudah bertahun-tahun kami tanamkan. Kini kami tinggal 1 sentimeter saja (dari gelar juara),’’ ucap Chiello dalam konferensi pers di Coverciano kemarin WIB (10/7).

Kebetulan, kemarin tepat 15 tahun setelah momen Canna mengangkat trofi keempat Italia di Piala Dunia. Trofi juara Euro 2020 bakal membuatnya lebih tenang dalam menikmati akhir karier. ’’Anda akan lebih menikmati usia 37 tahun karena Anda tahu betapa susah mengejarnya,’’ sambungnya.

 

Chiellini pun melempar psywar dengan menyebut jalan Inggris ke final lebih bisa diprediksi ketimbang skuad asuhan Roberto Mancini. Sebab, The Three Lions –julukan Inggris– di Euro kali ini memainkan enam di antara tujuh laga di Wembley Stadium. Satu laga lainnya dilakoni di Stadio Olimpico, Roma, saat perempat final.

Kapten Inggris Harry Kane tak mau timnya dianggap beruntung bermain di depan pendukungnya sendiri. Apalagi, Inggris kali terakhir main dalam final turnamen mayor di Piala Dunia 1966. ’’Mengangkat trofi juara bagi Inggris, mimpi yang kami bangun sejak kami kecil, dan kami takkan menyia-nyiakannya,’’ koar HurriKane, julukan Kane. Tapi, bisakah beri kesempatan sekali saja untuk Chiello?

Exit mobile version