28.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Valentino Rossi, Bermula dan Berakhir di Styria

PROKALTENG.CO-Hari itu akhirnya tiba. Hari dimana sang legenda hidup balap MotoGP harus mengatakan “Ciao!” pada MotoGP. Undur diri dari dunia yang menabalkannya sebagai simbol. Sebagai ikon. Atau bahkan, bagi sebagian fans sebagai dewa. Pengumuman pensiun itu Rossi sampaikan pada sebuah konferensi pers khusus, Kamis (5/8), menjelang digelarnya GP Styria akhir pekan ini.

Styria memang tempat istimewa bagi Rossi. Di sanalah, dia merengkuh kemenangan pertamanya di grand prix dunia di kelas 125cc pada 1996. Maka tepatlah jika Rossi ingin mengumumkan pensiunnya di tempat dimana dia mengawali kisah suksesnya di MotoGP.

Tepat seperti janjinya di awal musim ini, rider 42 tahun itu berujar bahwa nasibnya musim depan akan ditentukan setelah jeda tengah musim. Dan, GP Styria adalah balapan pembuka di paro kedua musim balap 2021.

Musim ini memang sungguh berat bagi pejalanan karir Rossi. Musim terburuknya sejauh ini. Dari sembilan race yang sudah berjalan sepanjang musim ini, The Doctor hanya mampu mengumpulkan 19 poin. Berbagai cara untuk mendongkrak performanya sudah dilakukan, tapi hasinya tetap nihil. Termasuk bongkar pasang personel penting di dalam timnya.

’’Ini benar-benar (keputusan) sulit. Momen yang membuat saya sedih karena sulit untuk mengatakan bahwa musim depan aku tidak akan membalap lagi dengan sepeda motor. Padahal aku sudah melakukannya selama kurang lebih 30 tahun. Jadi mulai tahun depan hidupku akan berubah,’’ ujarnya.

Rossi akan pensiun di usia 42 tahun. Itu berarti sudah 26 musim dia mengarungi karirnya di grand prix balap motor dunia. Karirnya dimulai pada 1996 di kelas 125cc. Dia lalu merebut gelar juara pada kelas terendah MotoGP tersebut setahun kemudian. Pada 1998, Rossi naik kelas ke 250 cc. Di musim berikutnya dia langsung menjadi kampiun di kelas tersebut.

Karirnya di kelas para raja dimulai pada 2000. Direkrut tim satelit yang didukung Honda, Nastro Azzuro. Pada tahun berikutnya Rossi meraih gelar juara kelas 500 cc (sekarang MotoGP) dengan mengendarai motor 2 Tak, NSR500. Di era baru 4 Tak, Rossi dipromosikan ke tim utama pabrikan Honda, yakni Repsol Honda. Dengan motor yang lebih tangguh Rossi merajalela dengan merengkuh dua gelar juara dunia secara beruntun (2002-2003).

Baca Juga :  Dua Pria Ini Masuk Bursa Kandidat Sekjen PSSI, Begini Reaksinya

Rossi yang sedang panas-panasnya malah terlibat perseteruan internal dengan Honda saat itu. Hubungan kedua pihak tidak bisa diperbaiki dan akhirnya memilih bercerai di akhir musim 2003. Secara mengejutkan, Rossi memutuskan menyeberang ke tim rival, Yamaha. Tim yang saat itu sama sekali tidak diunggulkan.

Tapi di tangan Rossi dan kepala mekaniknya Jeremy Burgess YZR-M1 menjelma menjadi senjata mematikan. The Doctor langsung mendobrak dominasi Honda di tahun debutnya bersama pabrikan garpu tala. Bahkan, memenangi balapan pembuka musim 2004 di Afrika Selatan setelah berduel sengit dengan musuh bebuyutannya Max Biaggi. Tentu saja dengan motor yang baru saja dia tunggangi.

Karirnya terus menanjak setelah pada 2005 dia juga sukses merengkuh gelar juara dunia back to back bersama Yamaha. Dua musim berikutnya, 2006-2007, Rossi gagal mempertahankan gelar juaranya setelah dicuri Nicky Hayden (Honda) dan Casey Stoner (Ducati). Dia menambah deretan gelar juaranya di musim 2008 dan 2009.

Namun kehadiran Jorge Lorenzo di Yamaha pada 2008 mulai memantik rivalitas internal yang semakin hari semakin memanas di dalam tim. Puncaknya, pada musim 2010, keduanya saling menutup garasi agar tidak bisa mencontek setingan motor satu sama lain.

Persoalan internal itu tak bisa diobati lagi sehingga Rossi memilih hengkang ke Ducati pada 2011 dengan nilai kontrak fantastis. Sayangnya, dua tahun perjalanan karir bersama pabrikan asli Italia itu tidak berbuah manis. Hanya tiga podium dihasilkan selama Rossi berseragam merah. Maka, pada 2013 dia pulang ke Yamaha.

Namun, podium mulai jarang dia sambangi. Pada 2014, dia hanya menang dua kali. Musim berikutnya, kakak Luca Marini itu finis runner up di klasemen pembalap. Di tahun dimana dia menuduh Lorenzo bersekongkol dengan Marc Marquez untuk menjegalnya merengkuh juara dunia ke-10 nya.

Baca Juga :  Latih Tottenham, Mourinho Turunkan Harga

Klimaks perseteruan segitiga itu, Rossi terlibat insiden senggolan (sebagian menyatakan Rossi menendang Marquez) di GP Malaysia. Musim itu sekaligus menandai menurunnya performa Rossi di MotoGP. Dari empat kemenangan di 2015, anjlok menjadi dua di 2016, dan satu saja di 2017. Dan sejak GP Belanda di Assen 2017, Rossi tidak pernah memenangi balapan hingga saat ini. Statistik podiumnya pun melandai. Dari lima podium di 2018 menjadi hanya dua di 2019, lalu 1 sepanjang musim 2020. Tahun ini, belum sekalipun Rossi naik podium. Karir Rossi berakhir bersama di tim satelit Yamaha, Petronas SRT asal Malaysia.

Sosok Rossi memang turut dibesarkan oleh rival-rivalnya. Mulai Max Biaggi, Sete Gibernau, Casey Stoner, hingga Jorge Lorenzo, dan akhirnya Marc Marquez. Rivalitas-rivalitas itu pula yang ikut mengatrol popularitas MotoGP menjadi salah satu olahraga dengan basis fans terbesar di dunia. ‘’Aku menikmati perjalanan panjang ini. Semuanya terasa membahagiakan bagiku,’’ tandasnya dilansir Autosport.

Rossi tak perlu membuktikan apapun lagi sebelum dia benar-benar pensiun pada akhir musim nanti. Namanya sebagai “persamaan” dari MotoGP tidak bisa dimungkiri. Jumlah gelar juara dunianya, yang sembilan itu, belum bisa ditandingi oleh rider aktif manapun sampai saat ini. Dia juga bisa pensiun dengan tenang. Salah satu alasannya untuk bertahan begitu lama di MotoGP adalah menyiapkan regenerasi yang berkelanjutan bagi rider-rider Italia untuk berlaga di kelas premium.

Dia ingin rider-rider top dunia tak didominasi anak-anak Spanyol. Kelahiran akademi balap VR46 sudah memboyong gerbong besar rider Italia ke kelas utama. Dan, musim depan tim itu akan memulai debutnya di MotoGP dengan dukungan sponsor kuat. Jika Rossi tidak ada lagi di grid, maka angka 46 akan selalu hadir di sana.

PROKALTENG.CO-Hari itu akhirnya tiba. Hari dimana sang legenda hidup balap MotoGP harus mengatakan “Ciao!” pada MotoGP. Undur diri dari dunia yang menabalkannya sebagai simbol. Sebagai ikon. Atau bahkan, bagi sebagian fans sebagai dewa. Pengumuman pensiun itu Rossi sampaikan pada sebuah konferensi pers khusus, Kamis (5/8), menjelang digelarnya GP Styria akhir pekan ini.

Styria memang tempat istimewa bagi Rossi. Di sanalah, dia merengkuh kemenangan pertamanya di grand prix dunia di kelas 125cc pada 1996. Maka tepatlah jika Rossi ingin mengumumkan pensiunnya di tempat dimana dia mengawali kisah suksesnya di MotoGP.

Tepat seperti janjinya di awal musim ini, rider 42 tahun itu berujar bahwa nasibnya musim depan akan ditentukan setelah jeda tengah musim. Dan, GP Styria adalah balapan pembuka di paro kedua musim balap 2021.

Musim ini memang sungguh berat bagi pejalanan karir Rossi. Musim terburuknya sejauh ini. Dari sembilan race yang sudah berjalan sepanjang musim ini, The Doctor hanya mampu mengumpulkan 19 poin. Berbagai cara untuk mendongkrak performanya sudah dilakukan, tapi hasinya tetap nihil. Termasuk bongkar pasang personel penting di dalam timnya.

’’Ini benar-benar (keputusan) sulit. Momen yang membuat saya sedih karena sulit untuk mengatakan bahwa musim depan aku tidak akan membalap lagi dengan sepeda motor. Padahal aku sudah melakukannya selama kurang lebih 30 tahun. Jadi mulai tahun depan hidupku akan berubah,’’ ujarnya.

Rossi akan pensiun di usia 42 tahun. Itu berarti sudah 26 musim dia mengarungi karirnya di grand prix balap motor dunia. Karirnya dimulai pada 1996 di kelas 125cc. Dia lalu merebut gelar juara pada kelas terendah MotoGP tersebut setahun kemudian. Pada 1998, Rossi naik kelas ke 250 cc. Di musim berikutnya dia langsung menjadi kampiun di kelas tersebut.

Karirnya di kelas para raja dimulai pada 2000. Direkrut tim satelit yang didukung Honda, Nastro Azzuro. Pada tahun berikutnya Rossi meraih gelar juara kelas 500 cc (sekarang MotoGP) dengan mengendarai motor 2 Tak, NSR500. Di era baru 4 Tak, Rossi dipromosikan ke tim utama pabrikan Honda, yakni Repsol Honda. Dengan motor yang lebih tangguh Rossi merajalela dengan merengkuh dua gelar juara dunia secara beruntun (2002-2003).

Baca Juga :  Dua Pria Ini Masuk Bursa Kandidat Sekjen PSSI, Begini Reaksinya

Rossi yang sedang panas-panasnya malah terlibat perseteruan internal dengan Honda saat itu. Hubungan kedua pihak tidak bisa diperbaiki dan akhirnya memilih bercerai di akhir musim 2003. Secara mengejutkan, Rossi memutuskan menyeberang ke tim rival, Yamaha. Tim yang saat itu sama sekali tidak diunggulkan.

Tapi di tangan Rossi dan kepala mekaniknya Jeremy Burgess YZR-M1 menjelma menjadi senjata mematikan. The Doctor langsung mendobrak dominasi Honda di tahun debutnya bersama pabrikan garpu tala. Bahkan, memenangi balapan pembuka musim 2004 di Afrika Selatan setelah berduel sengit dengan musuh bebuyutannya Max Biaggi. Tentu saja dengan motor yang baru saja dia tunggangi.

Karirnya terus menanjak setelah pada 2005 dia juga sukses merengkuh gelar juara dunia back to back bersama Yamaha. Dua musim berikutnya, 2006-2007, Rossi gagal mempertahankan gelar juaranya setelah dicuri Nicky Hayden (Honda) dan Casey Stoner (Ducati). Dia menambah deretan gelar juaranya di musim 2008 dan 2009.

Namun kehadiran Jorge Lorenzo di Yamaha pada 2008 mulai memantik rivalitas internal yang semakin hari semakin memanas di dalam tim. Puncaknya, pada musim 2010, keduanya saling menutup garasi agar tidak bisa mencontek setingan motor satu sama lain.

Persoalan internal itu tak bisa diobati lagi sehingga Rossi memilih hengkang ke Ducati pada 2011 dengan nilai kontrak fantastis. Sayangnya, dua tahun perjalanan karir bersama pabrikan asli Italia itu tidak berbuah manis. Hanya tiga podium dihasilkan selama Rossi berseragam merah. Maka, pada 2013 dia pulang ke Yamaha.

Namun, podium mulai jarang dia sambangi. Pada 2014, dia hanya menang dua kali. Musim berikutnya, kakak Luca Marini itu finis runner up di klasemen pembalap. Di tahun dimana dia menuduh Lorenzo bersekongkol dengan Marc Marquez untuk menjegalnya merengkuh juara dunia ke-10 nya.

Baca Juga :  Latih Tottenham, Mourinho Turunkan Harga

Klimaks perseteruan segitiga itu, Rossi terlibat insiden senggolan (sebagian menyatakan Rossi menendang Marquez) di GP Malaysia. Musim itu sekaligus menandai menurunnya performa Rossi di MotoGP. Dari empat kemenangan di 2015, anjlok menjadi dua di 2016, dan satu saja di 2017. Dan sejak GP Belanda di Assen 2017, Rossi tidak pernah memenangi balapan hingga saat ini. Statistik podiumnya pun melandai. Dari lima podium di 2018 menjadi hanya dua di 2019, lalu 1 sepanjang musim 2020. Tahun ini, belum sekalipun Rossi naik podium. Karir Rossi berakhir bersama di tim satelit Yamaha, Petronas SRT asal Malaysia.

Sosok Rossi memang turut dibesarkan oleh rival-rivalnya. Mulai Max Biaggi, Sete Gibernau, Casey Stoner, hingga Jorge Lorenzo, dan akhirnya Marc Marquez. Rivalitas-rivalitas itu pula yang ikut mengatrol popularitas MotoGP menjadi salah satu olahraga dengan basis fans terbesar di dunia. ‘’Aku menikmati perjalanan panjang ini. Semuanya terasa membahagiakan bagiku,’’ tandasnya dilansir Autosport.

Rossi tak perlu membuktikan apapun lagi sebelum dia benar-benar pensiun pada akhir musim nanti. Namanya sebagai “persamaan” dari MotoGP tidak bisa dimungkiri. Jumlah gelar juara dunianya, yang sembilan itu, belum bisa ditandingi oleh rider aktif manapun sampai saat ini. Dia juga bisa pensiun dengan tenang. Salah satu alasannya untuk bertahan begitu lama di MotoGP adalah menyiapkan regenerasi yang berkelanjutan bagi rider-rider Italia untuk berlaga di kelas premium.

Dia ingin rider-rider top dunia tak didominasi anak-anak Spanyol. Kelahiran akademi balap VR46 sudah memboyong gerbong besar rider Italia ke kelas utama. Dan, musim depan tim itu akan memulai debutnya di MotoGP dengan dukungan sponsor kuat. Jika Rossi tidak ada lagi di grid, maka angka 46 akan selalu hadir di sana.

Terpopuler

Artikel Terbaru