Site icon Prokalteng

Jordania vs Korea Selatan: Raksasa yang Terhenti?

Korsel dan Jordania saat bertemu di fase grup Piala Asia 2023. Keduanya bersua lagi di babak semifinal, Selasa (6/2) malam. (AFP/GIUSEPPE CACACE)

PROKALTENG.CO– Laga semifinal Piala Asia 2023 antara Korea Selatan vs Jordania, Selasa (6/2) malam, bukan hanya pertemuan ulangan bagi dua tim di ajang ini. Tapi, juga pertemuan antara gaya bermain menekan, dengan gaya sepak bola balik menekan. Seperti diketahui, Korsel dan Jordania berada di grup yang sama yakni Grup E. Pada penyisihan grup, laga berakhir imbang 2-2.

Baik Korsel dan Jordania sama-sama tampil ngotot dan pantang menyerah. Berkat mental itu mereka mencapai empat besar turnamen sepak bola terbesar di Asia ini. Baik Juergen Klinsmann maupun Hussein Ammouta pasti sudah belajar dari pertemuan pertama dua tim dalam fase grup yang berkesudahan 2-2 pada 20 Januari.

Klinsmann mungkin akan kembali memasang formasi diamond 4-4-2 dengan kapten Song Heun-min dan striker Midtjylland Cho Gue-sung sebagai ujung tombak kembar. Sebaliknya, Ammouta bakal memasang formasi tiga bek dalam pola 3-4-2-1 dengan Yazan Al-Naimat sebagai ujung tombak seperti saat menaklukkan Tajikistan dalam perempat final, atau dalam pola 3-4-3 kala menahan seri 2-2 Korea Selatan pada babak grup.

Dalam dua pola itu, Al Naimat tetap tajam, tapi menghadapi permainan rapat dan spartan seperti Tajikistan dia kehilangan ketajamannya. Sejauh ini, walau berperingkat di bawah Korea Selatan dan lolos dari fase grup dengan status salah satu peringkat ketiga terbaik, Jordania lebih disiplin dalam menjaga daerah pertahanannya ketimbang Korsel.

Jordania mampu memasukkan 10 gol dan cuma kebobolan lima gol. Sebaliknya, Korea Selatan memang sedikit lebih produktif dengan 11 gol, tapi sudah delapan kali kebobolan. Padahal, benteng pertahanan Korea Selatan dijaga oleh bek tengah Bayern Muenchen Kim Min-jae yang menjadi bek tengah terbaik di Asia dan salah satu yang terbaik di dunia.

Tapi, Korsel yang menjadi satu-satunya tim non Timur Tengah yang berada dalam semifinal edisi ini, tetaplah Korsel. Mereka konsisten menekan melawan siapa pun seteru mereka di lapangan hijau. Mereka juga pantang menyerah. Lihat apa yang mereka lakukan kala membalikkan keadaan tertinggal 0-1 dari Australia dalam perempatfinal, dengan mencetak dua gol dalam menit tambahan babak kedua, sebelum satu gol lagi pada babak perpanjangan waktu yang menghindarkan mereka melewati lagi adu penalti seperti berjumpa Arab Saudi dalam 16 besar.

Faktor kapten Song Heun-min sangat menentukan Korea Selatan. Pengalaman, kematangan, kepemimpinan, dan keterampilan sang bintang membantu Korea Selatan sulit dikalahkan, bahkan dalam situasi-situasi musykil. Son yang mencetak salah satu gol kala ditahan seri Jordania pada fase grup, dianggap sebagai pesepak bola Asia terbesar sepanjang masa.

Striker Tottenham Hotspur itu dikenal karena kecepatannya, penyelesaian akhirnya, kemampuannya dalam menggunakan kedua kaki dengan sama baiknya, dan kepiawaiannya dalam menghubungkan antar lini permainan. Tapi, Korea Selatan tak hanya punya Son, karena mereka pun masih memiliki gelandang serang Paris Saint-German, Lee Kang-in, yang bersama Son sama-sama sudah menciptakan tiga gol. Masih ada Choe Gue-sung yang menghindarkan Korea Selatan dari kekalahan melawan Arab Saudi pada 16 besar.

Walau lebih banyak kebobolan, Korea Selatan sejauh ini menjadi semifinalis Piala Asia 2023 yang tak terkalahkan dalam 13 pertandingan terakhir. Dalam lima laga terakhirnya mereka rata-rata menciptakan 1,5 gol, termasuk dua gol kala berhadapan dengan Jordania pada fase grup.

Hati-hati Status Underdog

Jordania sendiri terus meningkat grafik permainannya. Mereka rata-rata mencetak 0,5 gol pada babak pertama dalam dua pertandingan terakhir.

Korea Selatan tetap harus mewaspadai Jordania yang untuk pertama kali mencapai semifinal Piala Asia. Salah satu yang harus dicermati dari Jordania adalah keefektifan tim Timur Tengah ini dalam merebut bola di daerah lawan. Dalam perkara itu, Jordania 30 kali melakukannya, sedangkan Korea Selatan 39 kali.

Jordania juga amat berbahaya dalam serangan langsung dari pertahanan sendiri sampai area penalti lawan, yang biasa disebut direct-attack. Dalam hal ini, Jordania melakukannya 14 kali, sedangkan Korea Selatan 12 kali. Manisnya, dua dari 14 direct-attack Yordania itu berbuah gol, yang keduanya dibuat Mahmoud A-Mardi kala membantai Malaysia 4-0 dalam fase grup.

Korea Selatan sendiri tak berhasil menciptakan gol dari skema tersebut. Korea Selatan juga akan dituntut untuk lebih efektif dalam mengonversi penguasaan bola yang sudah mereka tunjukkan sepanjang Piala Asia 2023.

Keasyikan memainkan umpan antar lini bisa membuat mereka lengah, apalagi Jordania memiliki direct-attack mematikan. Korea Selatan memang tim yang lebih bertabur bintang, kaya pengalaman dan terbiasa dalam atmosfer puncak Piala Asia, tapi membiarkan perasaan di atas angin bisa menjadi bumerang.

Itu karena mereka menghadapi underdog yang makin percaya diri bisa tampil lebih baik demi terus menuliskan sejarah baru, selain tampil tanpa beban karena tak lagi memikul target besar. (jpc)

Exit mobile version