25.1 C
Jakarta
Tuesday, May 13, 2025

Keroyok Wasit di Turnamen Tarkam, Sejumlah Pesepak Bola Profesional Dilaporkan ke Polisi

Komarudin kaget sekali ketika mendapati banyak notifikasi masuk ke akun Instagram pribadinya. Kebanyakan dari akun-akun yang tak dia kenal dan sebagian besar memaki serta mencaci keterlibatannya terhadap penganiayaan wasit di turnamen tarkam (antarkampung).

”Padahal, saya sama sekali tidak ikut terlibat kekerasan (memukul) wasit seperti yang diberitakan,” tutur mantan pemain PSIS Semarang yang musim lalu membela Persikabo 1973 itu ketika dihubungi Jawa Pos kemarin (4/6).

Insiden dalam laga antara PS Putra Bakti dan PS Ar Raffi di Turnamen Bener Bersatu Cup 3 pada Minggu (2/6) di Lapangan Sepak Bola Pule Bener, Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tersebut berbuntut panjang .

Dua wasit yang memimpin laga itu, Hadi Suroso dan Ridwan Prayitno, melaporkan penganiayaan tersebut ke Polres Semarang. Sejumlah pesepak bola profesional yang terlibat dalam laga itu pun terancam dipidana.

Wakapolres Semarang Kompol Fandy Setiawan menjelaskan, laporan korban diterima Polsek Tengaran pada Senin (3/6) pukul 16.30 WIB. Pelapor atas nama Lugud Endro Susilo selaku pengacara wasit pertama Hadi Suroso dan Handrianus selaku pengacara wasit kedua Ridwan Prayitno.

Baca Juga :  La Joya jadi Buruan Utama

”Jadi, di awal pertandingan wasitnya Bapak Hadi dan ada kericuhan, digantikan wasit kedua dan sama ada kericuhan lagi. Diketahui keputusan wasit tidak diterima oleh pemain sehingga memicu kericuhan,” ungkapnya seperti dilansir Jawa Pos Radar Semarang.

Kapten PS Putra Bakti dan eks gelandang timnas Bayu Pradana termasuk yang dikartu merah wasit. ”Korban masih dirawat di Rumah Sakit Tentara dr Asmir DKT Salatiga. Sampai saat ini, pengaduan sudah kami tangani. Kami sudah menginventarisasi beberapa saksi dan orang-orang yang diduga melakukan pemukulan,” lanjutnya.

Lugud Endro Susilo mengaku membawa dua laporan polisi. Pihak yang dilaporkan terdiri atas tujuh pemain dan satu penonton.

Kabarnya, para pemain yang dilaporkan polisi adalah Bayu Pradana (Barito Putera), Komarudin (Persikabo 1973), Ilham Mahendra (Barito Putera), Heri Susanto (eks Persita Tangerang), Wahyu Wijiastanto (eks timnas dan Persiba Bantul), Heru Setyawan (eks Kalteng Putra), dan Khrisna Sulistya (PSIM Jogjakarta).

Versi Komarudin

”Bisa dilihat di video yang beredar, nomor punggung saya 16. Saya hanya melerai pemain lawan dengan rekan setim. Tidak ada pemukulan ke wasit,” kata Komarudin.

Baca Juga :  Inggris Mulus di Laga Perdana

Pemain yang pernah membela Persekat Tegal itu menceritakan, awal mula keributan terjadi karena ada pelanggaran bek lawan terhadap rekan setimnya. Setelah pelanggaran itu, memang sempat terjadi keributan beberapa pemain.

”Wasit (Peltu Hadi Suroso) lalu memberikan kartu merah kepada bek kami. Di situ Mas Bayu (Pradana) protes, ikut dikartu merah juga. Awal keributan di situ,” ungkapnya.

Komarudin mengatakan sempat melihat Bayu mengejar wasit. Dalam video juga terlihat ada tendangan. ”Dari posisi saya, tendangan itu tidak terkena wasit,” tuturnya.

Pertandingan sempat ditunda. Lalu dilanjutkan lagi dengan wasit pengganti. ”Sebelum mulai, sempat ada kesepakatan jika azan Magrib berkumandang, pertandingan selesai. Semua setuju, termasuk wasit, karena memang situasi sangat tidak kondusif,” kenangnya.

Petaka kedua terjadi. Meski azan sudah berkumandang, wasit Ridwan tidak meniupkan peluit tanda pertandingan usai. Meneruskan laga. ”Puncaknya lawan dapat bola crossing, lalu katanya terkena tangan Bagas,” bebernya. (rid/mha/ria/ton/fiq/c19/ttg/jpc)

Komarudin kaget sekali ketika mendapati banyak notifikasi masuk ke akun Instagram pribadinya. Kebanyakan dari akun-akun yang tak dia kenal dan sebagian besar memaki serta mencaci keterlibatannya terhadap penganiayaan wasit di turnamen tarkam (antarkampung).

”Padahal, saya sama sekali tidak ikut terlibat kekerasan (memukul) wasit seperti yang diberitakan,” tutur mantan pemain PSIS Semarang yang musim lalu membela Persikabo 1973 itu ketika dihubungi Jawa Pos kemarin (4/6).

Insiden dalam laga antara PS Putra Bakti dan PS Ar Raffi di Turnamen Bener Bersatu Cup 3 pada Minggu (2/6) di Lapangan Sepak Bola Pule Bener, Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tersebut berbuntut panjang .

Dua wasit yang memimpin laga itu, Hadi Suroso dan Ridwan Prayitno, melaporkan penganiayaan tersebut ke Polres Semarang. Sejumlah pesepak bola profesional yang terlibat dalam laga itu pun terancam dipidana.

Wakapolres Semarang Kompol Fandy Setiawan menjelaskan, laporan korban diterima Polsek Tengaran pada Senin (3/6) pukul 16.30 WIB. Pelapor atas nama Lugud Endro Susilo selaku pengacara wasit pertama Hadi Suroso dan Handrianus selaku pengacara wasit kedua Ridwan Prayitno.

Baca Juga :  La Joya jadi Buruan Utama

”Jadi, di awal pertandingan wasitnya Bapak Hadi dan ada kericuhan, digantikan wasit kedua dan sama ada kericuhan lagi. Diketahui keputusan wasit tidak diterima oleh pemain sehingga memicu kericuhan,” ungkapnya seperti dilansir Jawa Pos Radar Semarang.

Kapten PS Putra Bakti dan eks gelandang timnas Bayu Pradana termasuk yang dikartu merah wasit. ”Korban masih dirawat di Rumah Sakit Tentara dr Asmir DKT Salatiga. Sampai saat ini, pengaduan sudah kami tangani. Kami sudah menginventarisasi beberapa saksi dan orang-orang yang diduga melakukan pemukulan,” lanjutnya.

Lugud Endro Susilo mengaku membawa dua laporan polisi. Pihak yang dilaporkan terdiri atas tujuh pemain dan satu penonton.

Kabarnya, para pemain yang dilaporkan polisi adalah Bayu Pradana (Barito Putera), Komarudin (Persikabo 1973), Ilham Mahendra (Barito Putera), Heri Susanto (eks Persita Tangerang), Wahyu Wijiastanto (eks timnas dan Persiba Bantul), Heru Setyawan (eks Kalteng Putra), dan Khrisna Sulistya (PSIM Jogjakarta).

Versi Komarudin

”Bisa dilihat di video yang beredar, nomor punggung saya 16. Saya hanya melerai pemain lawan dengan rekan setim. Tidak ada pemukulan ke wasit,” kata Komarudin.

Baca Juga :  Inggris Mulus di Laga Perdana

Pemain yang pernah membela Persekat Tegal itu menceritakan, awal mula keributan terjadi karena ada pelanggaran bek lawan terhadap rekan setimnya. Setelah pelanggaran itu, memang sempat terjadi keributan beberapa pemain.

”Wasit (Peltu Hadi Suroso) lalu memberikan kartu merah kepada bek kami. Di situ Mas Bayu (Pradana) protes, ikut dikartu merah juga. Awal keributan di situ,” ungkapnya.

Komarudin mengatakan sempat melihat Bayu mengejar wasit. Dalam video juga terlihat ada tendangan. ”Dari posisi saya, tendangan itu tidak terkena wasit,” tuturnya.

Pertandingan sempat ditunda. Lalu dilanjutkan lagi dengan wasit pengganti. ”Sebelum mulai, sempat ada kesepakatan jika azan Magrib berkumandang, pertandingan selesai. Semua setuju, termasuk wasit, karena memang situasi sangat tidak kondusif,” kenangnya.

Petaka kedua terjadi. Meski azan sudah berkumandang, wasit Ridwan tidak meniupkan peluit tanda pertandingan usai. Meneruskan laga. ”Puncaknya lawan dapat bola crossing, lalu katanya terkena tangan Bagas,” bebernya. (rid/mha/ria/ton/fiq/c19/ttg/jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru