KEMUNGKINAN PSSI
melanjutkan kompetisi musim 2020 belum tertutup dalam situasi new normal.
Bahkan, protokol kesehatannya sudah disiapkan. Sebab, tim medis PSSI yang
dipimpin dokter timnas Syarief Alwi sudah membuat beberapa rancangannya. Mulai
sebelum, ketika bertanding, hingga sesudahnya.
Hal
itu dibenarkan Syarief Alwi. Pria yang akrab disapa Papi itu mengatakan, yang
pertama dilakukan ketika kompetisi resmi akan bergulir lagi adalah melakukan
rapid test Covid-19 secara masal. Tidak hanya kepada pemain, tetapi juga
perangkat pertandingan dan pihak-pihak yang terlibat. ’’Handicap pembiayaan
satu orang paling murah Rp 950 ribu, kalau rapid test Rp 300 ribu. Datang harus
pakai masker juga ya,’’ terangnya.
Setelah
itu, lokasi latihan juga harus diperhatikan. Sebelum pemain memulai latihan,
alat-alat yang akan digunakan harus disemprot disinfektan lebih dulu. ’’Kebersihan
ruang ganti juga harus diperhatikan. Ada air untuk cuci tangan, sabun, dan hand
sanitizer. Tempat sampah harus disiapkan untuk menunjang,’’ jelasnya.
Alumnus
Universitas Hasanuddin Makassar itu menambahkan, format kompetisi juga harus
berubah. Dia mengusulkan dibagi tiga grup, yakni timur, barat, dan tengah.
Selain itu, tim peserta harus menginap dalam satu hotel.
Papi
mencontohkan, di Jogjakarta rata-rata hotel berkapasitas 300 orang. Itu cukup
untuk klub peserta. ’’Kenapa di satu hotel? Biar monitoringnya gampang dan
jelas aturan akan ketat. Diajarkan disiplin keras. Klub bisa kontrol bujet,
bisa kontrol semuanya. Pengeluaran jelas bisa dihitung dari awal kalau di satu
tempat. Tidak perlu bolak-balik pakai penerbangan,’’ bebernya.
Selain
itu, klub bisa mengurangi bujet dengan meminta diskon kepada hotel. Menurut
dia, di situasi saat ini, hotel-hotel sepi dan butuh pelanggan. ’’Makan nanti
bisa diatur mereka, gizi pemain terpantau, satu pintu keluar (akses hotel) jadi
aman. Gerak pakai masker,’’ lanjutnya.
Setelah
itu semua, kendaraan yang mengantar tim ke stadion juga harus diperhatikan.
Satu tim idealnya punya dua sampai tiga bus sewa untuk mengantar pemain.
’’Jadi, tetap bisa jaga jarak. Misal isinya seharusnya 50 orang, dibuat 25
saja,’’ bebernya.
Yang
terakhir adalah masalah ruang ganti di stadion tempat pertandingan
dilaksanakan. Idealnya, untuk pemilihan stadion, juga dipikirkan masalah ruang
ganti. Satu tim harus punya dua ruang ganti berbeda yang cukup besar. ’’Agar
bisa jaga jarak, handuk juga harus satu kali pakai. Gelas sekali pakai buang.
Botol minum dikasih nama,’’ ucapnya.
Sulit?
Papi menyebut memang sulit. Sebab, virus Covid-19 tidak bisa dianggap enteng.
New normal, menurut dia, justru lebih berisiko. ’’Jadi, kalau satu tim ada
Covid, harus didrop timnya dari hotel dan dari pertandingan. Dicek semua.
Jangan ada pertandingan dulu. Risiko lebih besar, disiplin keras,’’ tegasnya.