Site icon Prokalteng

Kritik Food Estate, Anies Sebut Perbesar Ketimpangan antara Pengusaha-Petani dan Merusak Ekologi

Capres Anies Baswedan menunjuk Rajiv sebagai Wakil Bendahara Umum Pasangan Amin. (Istimewa )

PROKALTENG.CO-Capres nomor urut 1 Anies Baswedan memandang bahwa proyek pemerintah Food Estate bukan merupakan solusi untuk ketahanan pangan di Indonesia. Ia bahkan menyebut bahwa proyek Food Estate hanya memperbesar ketimpangan antara pengusaha dan petani serta merusak ekologi.

Oleh karena itu, Anies menawarkan program lain terkait ketahanan pangan, yaitu contract farming. Ia menyatakan bahwa pertanian tak perlu desentralisasi di satu tempat sehingga membuat petani lainnya kelimpungan.

“Jadi begini, wilayah pertanian kita itu tersebar di seluruh Indonesia. Petani-petani kita sudah melakukan kegiatan pertanian lintas generasi. Mereka tidak boleh ditinggalkan. Justru kita harus hadir melakukan intensifikasi atas aktivitas pertanian mereka,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (26/11).

Ia menyebut bahwa pendekatan contract farming sudah dilakukan saat dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, Pemprov DKI Jakarta membuat kontrak dengan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) di berbagai wilayah.

Lalu, para petani-petani yang tergabung dalam GAPOKTAN itu diajak untuk meneken kerja sama bahwa hasil pertanian mereka akan dibeli oleh Pemrov DKI selama 5 tahun berserta range harga serta kualitasnya.

“DKI Jakarta bukan membeli lahan besar lalu membuat food estate untuk Jakarta. Yang kami lakukan justru mengajak petani-petani yang ada diperkuat,” jelas Anies.

“Apa yang terjadi ketika memiliki contract farming? Mereka bisa mendapatkan kredit untuk mekanisasi pertanian, mereka melakukan produksi pertanian secara kolektif karena mereka memiliki kepastian siapa yang membeli hasil taninya. Jadi, kami melihat petani-petani di Indonesia harus dibantu untuk jadi berdaya,” imbuhnya.

Dengan proyek Food Estate, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menyebut akhrinya justru berbasis pada korporasi.

“Yang mengerjakan justru korporasi-korporasi dari Jakarta. Sementara, petani-petani yang ada di seluruh Indonesia tidak mendapatkan fokus pertanian,” ucapnya.

“Jadi, kami ingin petani di seluruh wilayah Indonesia mendapatkan perhatian. Koperasi2 diperkuat, contract farming dikerjakan sehingga mereka punya kepastian pembeli. Dan pemerintah membantu pertanian tradisional ini mengalami modernisasi, efisiensi sehingga arahnya begitu. Sehingga, pada ujungnya mereka semua bisa sejahtera,” tandasnya.(jpc)

Exit mobile version