PALANGKA RAYA – Anggota DPR RI
Rahmat Nasution Hamka menilai, fenomena perpolitikan tanah air dalam kurun
waktu pemilu serentak 2019, yang merupakan sejarah pertama kalinya pilpres dan
pileg dilakukan secara bersama, menampakan wajah demokrasi yang ambigu
(mendua). Sebab, terjadi persinggungan sangat keras sehingga benturan yang
terjadi mengarah pada perpecahan sesama anak bangsa.
Rahmat N Hamka mengatakan,
mencermati hasil pemilu yang ada, sebenarnya koalisi adil makmur mendapatkan
keberhasilan yang luarbiasa, walaupun tidak menang pilpres dan pileg.
Keberhasilan itu nampak dari perolehan suara di pileg untuk partai tertentu di koalisi
adil makmur, sangat diuntungkan dari narasi politik yang dibangun selama pemilu
serentak.
“Dalam pilpres koalisi adil
makmur berhasil walaupun tidak bisa menang, ini nampak dari perolehan suara
kemenangan paslon 01 yang hanya kurang lebih diangka 55%. Walaupun menang tapi
kurang masih memuaskan menurut saya sebagai calon incumbent, harusnya bisa
minimal 60% lebih dalam meraih kemenangan, kalau dalam iklim demokrasi yang
sehat,” ucapnya.
Menurutnya, jika berbicara
kecurangan hasil pemilu. Hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi
kalau dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Sebab, sistem
demokrasi Indonesia sudah sangat transparan, tahapannya jelas, semua pihak bisa
mengakses, apalagi para kontestan pemilu, masyarakat umum saja bisa ikut
terlibat mengawasi semua tahapan pemilu.
“Untuk rasionalisasi politik
saja, kalau benar pasangan 02 memenangkan pilpres terserah berapa persen pun
besarnya. Saya haqul yakin pasti suara partai di koalisi adil makmur sangat
besar juga atau setidaknya pasti akan berbanding lurus hasilnya, dengan
kemenangan yang di klaim pasangan 02. Namun, hal ini tidak nampak, jadi dapat
dipatahkan klaim kemenangan itu dengan membandingkan hasil perolehan partai
mereka,” ujarnya.
Dia mengatakan, kalau ingin
jujur, kemenangan pasangan 01 yang hanya diangka 55% mengalami gerusan kalau
dibandingkan dengan perolehan suara parpol di koalisi indonesia kerja.
“Sehingga kita haruslah sangat bersyukur, karena hasil pemilu telah
menunjukkan bahwa rakyat indonesia telah memberikan keputusannya dan memberikan
mandat secara tegas dan jelas baik pilpres dan pileg kepada koalisi Indonesia
Kerja, walaupun ditengah keberhasilan koalisi adil makmur membangun narasi
politik mereka. Namun, mereka tidak mampu memenangkan kontestasi di pemilu
serentak 2019 ini,” ungkapnya.
Sebagai anak bangsa hal tersebut
tidak serta-merta membuat semua bisa bergembira. Apalagi ditengah besarnya
generasi milleneal yg akan mewarisi bangsa ini kedepan. “Harus ada upaya
serius agar suasana iklim demokrasi yang terbangun di pemilu serentak 2019
dengan narasi yang sangat mengkhawatirkan bahkan membahayakan ini, tidak
berlanjut dan atau dijadikan warisan bagi kelanjutan demokrasi kita
kedepan,” pungkasnya. (arj/OL)