27.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Evaluasi Kebijakan Full Day School

PALANGKA RAYA-Program
atau kebijakan full day school atau sekolah seharian yang diterapkan pada
lembaga pendidikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) maupun sekolah
menegah atas (SMA) sederajat di Kalteng mendapat sorotan. Wakil rakyat di DPRD
Kalteng meminta pemerintah provinsi (pemprov) membuat evaluasi terhadap kebijakan
yang diberlakukan secara nasional itu. Hal tersebut disampaikan oleh anggota DPRD
Kalteng, Sengkon.

“Karena saya melihat bahwa
dalam perjalanan pemberlakuan full day school, khususnya SMA, anak-anak sepertinya
kecapean. Baru pulang dari sekolah, langsung masuk kamar tidur,” katanya kepada
Kalteng Pos, Kamis (17/10).

Melihat kondisi seperti
itu, pihaknya khawatir akan berpengaruh terhadap perkembangan moral, etika, dan
sopan santun anak-anak Kalteng, karena tidak memiliki waktu untuk bergaul dan mengenal
lingkungan selain sekolah. Akan menjadi persoalan jika terjadi ketimpangan
antara pendidikan formal dan nonformal. Sebab, pendidikan nonformal juga sangat
penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak.

Baca Juga :  Sergap Mendukung Upaya Ganjar Menciptakan Lapangan Kerja Baru

“Para orang tua mesti berani
menjawab dengan suara yang besar. Apalagi ruang komunikasi di dalam keluarga
menjadi sangat kecil, karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di
sekolah,” tutur politikus Partai Perindo Kalteng itu.

Oleh karena itu, salah
satu solusi yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi. Evaluasi mesti dilakukan
sejak dini sebelum terjadi ketimpangan dalam proses pendidikan dan pengembangan
generasi muda Kalteng.

“Yang dikejar jangan
hanya ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi harus diiringi dengan moral dan etika
yang baik. Kalau pintar tapi moralnya jelek, maka cendrung akan menimbulkan
sikap-sikap negatif dan lainnya,” ungkapnya.

Kepada para orang tua,
Sengkon berharap persoalan ini menjadi perhatian serius. Pendidikan informal
mesti tetap dilaksanakan dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Penanaman
nilai-nilai moral dan etika pada anak-anak sudah semestinya menjadi tanggung
jawab orang tua. Bahkan belum menjamin bahwa sekolah hingga sore hari
menghasilkan output yang lebih bagus dibandingkan sekolah dengan jam normal
sebagaimana yang diberlakukan sebelumnya.

Baca Juga :  Dahlan Iskan Puji Cara Cak Machfud dan Mujiaman Menghadapi Covid-19

“Kami berharap ada evaluasi
oleh pemerintah untuk melihat hasilnya seperti apa. Jika tidak memuaskan dan
masih banyak keluhan yang diutarakan oleh para orang tua, maka perlu segera
mengambil langkah. Jangan membiarkan kondisi itu berlarut-lart, karena akan
merugikan anak-anak di Kalteng ini,” tuturnya.

Selaku wakil rakyat,
dirinya berharap agar program pemerintah dapat berjalan tepat sasaran dan menjamah
seluruh lapisan masyarakat. Terutama program untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang mencakup ilmu pengetahuan maupun moral.

“Karena itu merupakan
kunci untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas dan berdaya saing untuk memajukan
bangsa dan negara serta mempertahankan keutuhan NKRI,” pungkasnya. (nue/ce/ala)

PALANGKA RAYA-Program
atau kebijakan full day school atau sekolah seharian yang diterapkan pada
lembaga pendidikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) maupun sekolah
menegah atas (SMA) sederajat di Kalteng mendapat sorotan. Wakil rakyat di DPRD
Kalteng meminta pemerintah provinsi (pemprov) membuat evaluasi terhadap kebijakan
yang diberlakukan secara nasional itu. Hal tersebut disampaikan oleh anggota DPRD
Kalteng, Sengkon.

“Karena saya melihat bahwa
dalam perjalanan pemberlakuan full day school, khususnya SMA, anak-anak sepertinya
kecapean. Baru pulang dari sekolah, langsung masuk kamar tidur,” katanya kepada
Kalteng Pos, Kamis (17/10).

Melihat kondisi seperti
itu, pihaknya khawatir akan berpengaruh terhadap perkembangan moral, etika, dan
sopan santun anak-anak Kalteng, karena tidak memiliki waktu untuk bergaul dan mengenal
lingkungan selain sekolah. Akan menjadi persoalan jika terjadi ketimpangan
antara pendidikan formal dan nonformal. Sebab, pendidikan nonformal juga sangat
penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak.

Baca Juga :  Sergap Mendukung Upaya Ganjar Menciptakan Lapangan Kerja Baru

“Para orang tua mesti berani
menjawab dengan suara yang besar. Apalagi ruang komunikasi di dalam keluarga
menjadi sangat kecil, karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di
sekolah,” tutur politikus Partai Perindo Kalteng itu.

Oleh karena itu, salah
satu solusi yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi. Evaluasi mesti dilakukan
sejak dini sebelum terjadi ketimpangan dalam proses pendidikan dan pengembangan
generasi muda Kalteng.

“Yang dikejar jangan
hanya ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi harus diiringi dengan moral dan etika
yang baik. Kalau pintar tapi moralnya jelek, maka cendrung akan menimbulkan
sikap-sikap negatif dan lainnya,” ungkapnya.

Kepada para orang tua,
Sengkon berharap persoalan ini menjadi perhatian serius. Pendidikan informal
mesti tetap dilaksanakan dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Penanaman
nilai-nilai moral dan etika pada anak-anak sudah semestinya menjadi tanggung
jawab orang tua. Bahkan belum menjamin bahwa sekolah hingga sore hari
menghasilkan output yang lebih bagus dibandingkan sekolah dengan jam normal
sebagaimana yang diberlakukan sebelumnya.

Baca Juga :  Dahlan Iskan Puji Cara Cak Machfud dan Mujiaman Menghadapi Covid-19

“Kami berharap ada evaluasi
oleh pemerintah untuk melihat hasilnya seperti apa. Jika tidak memuaskan dan
masih banyak keluhan yang diutarakan oleh para orang tua, maka perlu segera
mengambil langkah. Jangan membiarkan kondisi itu berlarut-lart, karena akan
merugikan anak-anak di Kalteng ini,” tuturnya.

Selaku wakil rakyat,
dirinya berharap agar program pemerintah dapat berjalan tepat sasaran dan menjamah
seluruh lapisan masyarakat. Terutama program untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang mencakup ilmu pengetahuan maupun moral.

“Karena itu merupakan
kunci untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas dan berdaya saing untuk memajukan
bangsa dan negara serta mempertahankan keutuhan NKRI,” pungkasnya. (nue/ce/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru