31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Tekan Pelecehan Seksual, Ganjar-Mahfud Akan Buat Satgas di Lembaga Pendidikan

PROKALTENG.CO – Pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berkomitmen menekan angka pelecehan seksual di Indonesia. Meskipun, kejahatan kategori ini cukup sulit untuk dilakukan pembuktian.

Hal itu disampaikan Siti Atikoh Ganjar saat menjawab pertanyaan seorang dokter Hajjah Manurung dari Medan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2023 PIJAR l. Rapat dilaksanakan di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Jakarta Pusat, Sabtu (16/12).

“Karena hukum itu tak peduli apa pun, harus ada bukti dan saksi. Lah, kalau kejadiannya itu di tempat tertutup yang tidak ada orang melihat bagaimana. Saksinya, ya, korban,” kata Atikoh.

Menurut Atikoh, pelecehan seksual berbeda karakteristiknya dengan kejahatan lainnya. Contohnya kasus pencurian, peristiwanya kemungkinan besar dilihat oleh orang. Sedangkan pelecehan seksual, lanjut Atikoh, kadang hasil visumnya pun tidak menunjukkan adanya indikasi.

Baca Juga :  Wiyatno : Gunakan Hak Pilih dengan Baik Pada Pemilu 2024

“Hasil fisik bahkan kadang tidak menunjukkan itu adalah pelecehan seksual,” jelasnya.

Karena itu, Tim Pemenangan Nasional (TPN) sudah menyusunkan program yang akan dilaksanakan Ganjar-Mahfud bila terpilih di Pilpres 2024. Ganjar-Mahfud mewajibkan adanya tempat konseling di setiap lembaga pendidikan, salah satunya untuk mental health, baik di SMA maupun di perguruan tinggi.

“Kemudian mewujudkan satuan tugas pencegahan dan penanganan pelecehan seksual di setiap satuan lembaga pendidikan. Jadi, nanti akan dibentuk untuk satgasnya ini mereka bergerak melaporkan itu tahu harus ke mana dan orang yang menerima laporan itu tidak juga langsung prejudice,” kata Atikoh.

Menurut Atikoh, banyak korban pelecehan seksual justru menjadi korban perundungan yang seharusnya dilindungi. Korban dianggap menjadi pihak yang menjelekkan lembaga pendidikan.

Baca Juga :  Ganjar Diberi Sajadah dan Kopiah saat Salat di BPS Gereja Toraja

“Pernah, bu, ketika saya di Jateng yang saya fokuskan memang pelecehan dan penanganan kekerasan seksual. Muridnya ini malah akhirnya yang ke luar karena tidak siap dengan prejudice dan stigma dari lingkungan. Jadi, itu kemudian yang lain adalah edukasi. Mereka itu korban, dia itu victim, kenapa malah justru seolah-olah jadi pelaku malah dipermasalahkan,” kata dia.

Oleh karena itu, lanjut Atikoh, setiap lembaga pendidikan harus memiliki posko pengaduan. Di sisi lain, Atikoh juga memastikan akan ada hotline untuk pengaduan pelecehan seksual. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berkomitmen menekan angka pelecehan seksual di Indonesia. Meskipun, kejahatan kategori ini cukup sulit untuk dilakukan pembuktian.

Hal itu disampaikan Siti Atikoh Ganjar saat menjawab pertanyaan seorang dokter Hajjah Manurung dari Medan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2023 PIJAR l. Rapat dilaksanakan di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Jakarta Pusat, Sabtu (16/12).

“Karena hukum itu tak peduli apa pun, harus ada bukti dan saksi. Lah, kalau kejadiannya itu di tempat tertutup yang tidak ada orang melihat bagaimana. Saksinya, ya, korban,” kata Atikoh.

Menurut Atikoh, pelecehan seksual berbeda karakteristiknya dengan kejahatan lainnya. Contohnya kasus pencurian, peristiwanya kemungkinan besar dilihat oleh orang. Sedangkan pelecehan seksual, lanjut Atikoh, kadang hasil visumnya pun tidak menunjukkan adanya indikasi.

Baca Juga :  Wiyatno : Gunakan Hak Pilih dengan Baik Pada Pemilu 2024

“Hasil fisik bahkan kadang tidak menunjukkan itu adalah pelecehan seksual,” jelasnya.

Karena itu, Tim Pemenangan Nasional (TPN) sudah menyusunkan program yang akan dilaksanakan Ganjar-Mahfud bila terpilih di Pilpres 2024. Ganjar-Mahfud mewajibkan adanya tempat konseling di setiap lembaga pendidikan, salah satunya untuk mental health, baik di SMA maupun di perguruan tinggi.

“Kemudian mewujudkan satuan tugas pencegahan dan penanganan pelecehan seksual di setiap satuan lembaga pendidikan. Jadi, nanti akan dibentuk untuk satgasnya ini mereka bergerak melaporkan itu tahu harus ke mana dan orang yang menerima laporan itu tidak juga langsung prejudice,” kata Atikoh.

Menurut Atikoh, banyak korban pelecehan seksual justru menjadi korban perundungan yang seharusnya dilindungi. Korban dianggap menjadi pihak yang menjelekkan lembaga pendidikan.

Baca Juga :  Ganjar Diberi Sajadah dan Kopiah saat Salat di BPS Gereja Toraja

“Pernah, bu, ketika saya di Jateng yang saya fokuskan memang pelecehan dan penanganan kekerasan seksual. Muridnya ini malah akhirnya yang ke luar karena tidak siap dengan prejudice dan stigma dari lingkungan. Jadi, itu kemudian yang lain adalah edukasi. Mereka itu korban, dia itu victim, kenapa malah justru seolah-olah jadi pelaku malah dipermasalahkan,” kata dia.

Oleh karena itu, lanjut Atikoh, setiap lembaga pendidikan harus memiliki posko pengaduan. Di sisi lain, Atikoh juga memastikan akan ada hotline untuk pengaduan pelecehan seksual. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru