PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO — Konferensi Daerah ke-6 dan Konferensi Cabang ke-14 PDI Perjuangan Kalteng berlangsung panas dengan isu lingkungan dan politik menjadi sorotan utama. Dalam agenda yang digelar di Seruyan Grand Ballroom Hotel Bahalap, Rabu (3/12/2025), partai berlambang banteng itu menegaskan sikapnya terhadap persoalan strategis di Kalimantan Tengah.
Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, membuka forum dengan peringatan tegas soal alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan yang makin mengkhawatirkan. Ia meminta pemerintah daerah berhenti memberikan izin secara longgar dan mengutamakan keberlanjutan bagi generasi mendatang.
“Politik itu bukan merusak, tapi merawat kehidupan dan alam semesta. Saya minta di Kalimantan Tengah izin alih fungsi lahan diperketat. Sudah cukup,” tegas Djarot dalam pidatonya.
Ia kembali mengingatkan bahwa eksploitasi alam secara berlebihan adalah bentuk pengkhianatan terhadap masa depan bangsa. Kritik diarahkan pada korporasi besar di sektor sawit dan pertambangan yang dinilai sering mengabaikan hak masyarakat lokal.
“Sawit ini tanaman paling arogan. Dia menghabiskan air tapi tidak menyimpan air. Dan perusahaan-perusahaannya itu bukan rakyat yang punya, tapi korporasi besar. Tambang batu bara juga dikeruk habis untuk kepentingan mereka,” ucapnya lantang.
Djarot juga menyoroti ketimpangan sosial yang makin lebar di tengah kekayaan sumber daya alam Kalteng. Warga yang tinggal di sekitar area tambang atau kebun sering kali justru menanggung kerusakan lingkungan, sementara keuntungan besar mengalir ke luar daerah.
“Pemilik korporasi tidak terdampak apa-apa karena tinggalnya bukan di situ. Tapi di Jakarta, Singapura, bahkan Hongkong. Ini tidak adil,” ujarnya.
Pidato Djarot disampaikan di hadapan sejumlah tokoh, termasuk Ketua DPD Golkar Kalteng terpilih Edy Pratowo, Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, serta Kapolda Kalteng Irjen Iwan Kurniawan. Ia juga membawa pesan khusus dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menjelang Hari Ulang Tahun PDI-P.
“Seluruh kader diminta melakukan gerakan konkret. Seperti menanam pohon, membersihkan sungai, dan merawat sumber air,” katanya.
Kepada kader yang duduk di jabatan politik, baik legislatif maupun eksekutif, Djarot mengingatkan agar tetap kembali ke jati diri partai.
“Berpolitik itu bukan mengejar kekuasaan atau memperkaya diri. Berpolitik itu memberi. Mari kembali menjadi partai pembela wong cilik,” tegasnya.
Djarot menutup pidatonya dengan menegaskan bahwa Konferda dan Konfercab bukan sekadar agenda pergantian pengurus, tetapi forum merumuskan sikap politik dan arah program PDI-P menghadapi tantangan daerah di Kalimantan Tengah. (*her)


