30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hingga Mei 2020, Realisasi Uang Keluar di Kalteng Turun 17,15 Persen

PALANGKA RAYA – Pandemi Covid-19 telah berimbas pada hampir semua
sektor. Tak hanya kesehatan, tetapi juga sangat terasa di sektor ekonomi,
sosial dan budaya di masyarakat Kalimantan Tengah.

Imbas itu setidaknya bisa dilihat
dari pertumbuhan ekonomi yang melambat dan perputaran uang di masyarakat.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Kalteng merilis, aliran uang kartal di provinsi ini pada bulan Mei 2020 masih
melanjutkan tren net outflow.
Realisasi inflow (uang masuk) pada
tahun 2020 sampai dengan buIan Mei sebesar Rp 1, 7 4 T. Sementara realisasi outflow (uang keluar) adalah sebesar
Rp4,88 T.

“Sampai dengan Mei 2020, Provinsi
Kalteng mengalami net outflow sebesar
Rp3.14 triliun atau turun sebesar 17, 15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya
pada bulan yang sama,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalteng, Rihando,
Jumat (26/6/2020).

Baca Juga :  Yuk Mumpung Masih Promo, Beli Mobil Honda Diskon Hingga Rp10 Juta

Pandemi Covid-19 yang berlangsung
hingga kini, jelas Rihando, diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi
melambatnya net outflow pada Mei
2020.

Melambatnya net outflow tersebut menjadi salah satu indikasi melambatnya
konsumsi masyarakat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020
yang tercatat sebesar 2,95% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2019 yang
sebesar 6,02% (yoy).

Perlambatan ekonomi Kalimantan
Tengah tersebut, menurut Rihando, adalah konsekuensi logis dari merebaknya
pandemi Covid-19 yang mempengaruhi keberlangsungan sejumlah usaha, khususnya di
sektor perdagangan, hotel, restoran, dan transportasi.

“Adanya protokol physical distancing dan social distancing sebagai bentuk
pencegahan penyebaran Covid-19, berpengaruh terhadap menurunnya permintaan
masyarakat terhadap sejumlah produk dan jasa, yang lebih lanjut berdampak
terjadap menurunnya pendapatan pelaku usaha,” bebernya.

Baca Juga :  AgenBRILink Tak Henti Layani Transaksi Masyarakat Selama Hari Libur

Menurunnya pendapatan
mengharuskan sejumlah pelaku usaha untuk menekan biaya operasionalnya, dan pada
akhirnya berimbas terhadap tenaga kerja. Hal ini menjadi penyebab utama
terjadinya PHK, perumahan tenaga kerja, maupun pemotongan honor pada masa
pandemi, yang lebih lanjut berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan
masyarakat Kalimantan Tengah.

“Menurunnya pendapatan masyarakat
ini diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada
triwulan II 2020 dari sisi konsumsi, yang capaiannya diperkirakan lebih rendah
dari pola musimannya pada momen Ramadan dan ldulfitri,” pungkas Rihando.

PALANGKA RAYA – Pandemi Covid-19 telah berimbas pada hampir semua
sektor. Tak hanya kesehatan, tetapi juga sangat terasa di sektor ekonomi,
sosial dan budaya di masyarakat Kalimantan Tengah.

Imbas itu setidaknya bisa dilihat
dari pertumbuhan ekonomi yang melambat dan perputaran uang di masyarakat.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Kalteng merilis, aliran uang kartal di provinsi ini pada bulan Mei 2020 masih
melanjutkan tren net outflow.
Realisasi inflow (uang masuk) pada
tahun 2020 sampai dengan buIan Mei sebesar Rp 1, 7 4 T. Sementara realisasi outflow (uang keluar) adalah sebesar
Rp4,88 T.

“Sampai dengan Mei 2020, Provinsi
Kalteng mengalami net outflow sebesar
Rp3.14 triliun atau turun sebesar 17, 15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya
pada bulan yang sama,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalteng, Rihando,
Jumat (26/6/2020).

Baca Juga :  Yuk Mumpung Masih Promo, Beli Mobil Honda Diskon Hingga Rp10 Juta

Pandemi Covid-19 yang berlangsung
hingga kini, jelas Rihando, diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi
melambatnya net outflow pada Mei
2020.

Melambatnya net outflow tersebut menjadi salah satu indikasi melambatnya
konsumsi masyarakat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020
yang tercatat sebesar 2,95% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2019 yang
sebesar 6,02% (yoy).

Perlambatan ekonomi Kalimantan
Tengah tersebut, menurut Rihando, adalah konsekuensi logis dari merebaknya
pandemi Covid-19 yang mempengaruhi keberlangsungan sejumlah usaha, khususnya di
sektor perdagangan, hotel, restoran, dan transportasi.

“Adanya protokol physical distancing dan social distancing sebagai bentuk
pencegahan penyebaran Covid-19, berpengaruh terhadap menurunnya permintaan
masyarakat terhadap sejumlah produk dan jasa, yang lebih lanjut berdampak
terjadap menurunnya pendapatan pelaku usaha,” bebernya.

Baca Juga :  AgenBRILink Tak Henti Layani Transaksi Masyarakat Selama Hari Libur

Menurunnya pendapatan
mengharuskan sejumlah pelaku usaha untuk menekan biaya operasionalnya, dan pada
akhirnya berimbas terhadap tenaga kerja. Hal ini menjadi penyebab utama
terjadinya PHK, perumahan tenaga kerja, maupun pemotongan honor pada masa
pandemi, yang lebih lanjut berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan
masyarakat Kalimantan Tengah.

“Menurunnya pendapatan masyarakat
ini diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada
triwulan II 2020 dari sisi konsumsi, yang capaiannya diperkirakan lebih rendah
dari pola musimannya pada momen Ramadan dan ldulfitri,” pungkas Rihando.

Terpopuler

Artikel Terbaru