PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Renyahnya bisnis kerupuk makaroni Nurul Azkia ini, juga membawa untung usaha milik Asep. Merintis dari kecil-kecilan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Nurul Azkia Makaroni milik bapak berusia 51 tahun ini terus berkembang dan omzetnya meningkat.
UMKM Nurul Azkia Makaroni adalah yang bergerak di bidang makanan ringan. Kerupuk Makaroni ini menjadi penopang hidup bagi ayah untuk menafkahi empat anaknya.
Lokasi produksinya pun agak jauh dari perkotaan. Berlokasi di Jalan Meranti, Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, bangunan pabrik berbahan dasar kayu ini menjadi tempat mengolah kerupuk hingga mengemasnya. Pabrik tersebut berlokasi di himpitan jajaran perumahan.
Asep menceritakan, usaha yang dimulai sejak 2010 ini dimulai kecil-kecilan. Produksinya pun pada saat tu hanya satu hingga dua kilogram kerupuk yang diantar ke warung-warung. Setelah itu, mengalami peningkatan penjualan ke 5 hingga 10 kilogram kerupuk.
”Terakhir waktu itu ada teman yang biasa mengantar ke kurun, berpesan, coba bikin yang banyak saya bawa ke kurun sampai ratusan pack, habis itu lah saya rasa ada hasil lah, kalau gini terus saya bilang apalagi sampai 2 3 orang yang seperti ini saya bilang, lumayan, satu orang saja alhamdulillah, bersyukur sampai segitu waktu itu,” ujarnya, Senin (11/3) lalu.
”Beberapa bulan kemudian ada lagi yang seperti itu. Saya layani sampai sekarang. Jadi alhamdulillah nambah terus, jadi tahun 2013, 2014 ada terus tiap bulan. Kadang dua orang yang seperti itu, awal mulanya mereka pakai sepeda motor,sekarang sudah pakai mobil. Ada yang ke Kereng, ke Tumbang Jutuh, Kurun dan ke Buntok,” sambungnya.
Dia menceritakan, omzet penjualan sebelum adanya pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI pada saat beberapa bulan awal merintis hanya Rp3 juta sampai Rp5 juta sebulan.
Oleh karena itu, ia mencoba melakukan pinjaman KUR yang pada saat itu digunakan untuk membeli alat produksi. Selama ia berusaha, dirinya sudah meminjam sebanyak tiga kali pinjaman KUR BRI dari Rp20 juta hingga Rp.50 juta.
Pinjaman KUR tersebut, ia pergunakan untuk membeli alat produksi mesin, mesin packing, alat penggorengan, pengiris, alat untuk memberikan bumbu dan alat untuk mengiris kripik.
”Setelah meminjam KUR tahun 2013 waktu itu anak buah saya banyak, peningkatan penghasilan terjadi karena yang kerja juga banyak, jadi saya merasa gaji anak buahnya sehari 75 ribu x 5 orang, membeli rumah BTN perum kredit 3 jutaan juga, mungkin Rp 10 jutaan waktu itu ada kayanya,” jelasnya.
Berkat KUR BRI dengan peralatan yang dibeli, Asep mengaku usaha yang digelutinya ini bisa memproduksi 8 kuintal dari sebelumnya hanya bisa 5 sampai 10 kilogram. Penghasilannya pun kini berkisar Rp.10 juta per bulan.
”Dari penghasilan bisa menghidupi menyekolahi anak beli rumah, anak 4 yang menjadi tanggungan 3 satunya sudah menikah,” jelasnya.
Sementara itu, Manajer Bisnis Mikro BRI Cabang Palangkaraya Menoto A Kalit menjelaskan, layanan KUR BRI di Palangkaraya terbanyak untuk di sektor perdagangan.
”Komitmen BRI mensejahterakan UMKM dengan penyaluran KUR dan BRI sebagai finansial advisor sehingga UMKM dapat naik kelas dan dapat meningkatkan perekonomian,” ujarnya melalui pesan whatsapp.
Dia memaparkan, kebutuhan kredit KUR itu ditentukan dengan dua tujuan penggunaan kredit. Diantaranya yakni untuk modal kerja dan investasi.
”Misalkan contoh orang beli sembako, dia mengajuan untuk penambahan stok barang, otomatis larinya ke modal kerja, beda cerita kalau misalkan dia nanti permohonannnya untuk perluasan tempat usaha, atau pembelian aset untuk menunjang keperluan bisnis dia itu larinya ke investasi,” tandasnya. (hfz)