PROKALTENG.CO – Pembentukan entitas baru hasil merger bank syariah
pelat merah, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), tinggal menghitung
hari. Pemerintah optimistis bisa merajai keuangan syariah dunia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya antusias menanti BSI,
yang akan secara resmi terbentuk pada 1 Februari 2021. Keberadaannya akan
menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.
“Saingan kita bukan lagi domestik
konvensional, tapi produk syariah global, terutama region. Kita harus punya
pemain tangguh, baik di dalam dan luar negeri,†papar Wimboh dalam Webinar
Sharia Economic Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021, kemarin.
Mantan Komisaris Bank Mandiri ini
menyebutkan, beberapa indikator yang bisa membawa BSI bisa bersaing di level
global. Salah satunya, Indonesia memiliki kekuatan besar dalam Islamic Finance.
Menurut Islamic Finance
Development Report 2020, lanjut Wimboh, Indonesia menempati ranking kedua
sebagai The Most Developed Country in Islamic Finance. Kemudian, Indonesia
menempati ranking keempat di Global Islamic Indicator 2020/2021. Dan, peringkat
keenam di kategori keuangan syariah. “Ini indikator bahwa Indonesia bisa lebih
baik ke depan dalam pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. Kita bisa menjadi
kelas dunia mengalahkan negara-negara lain,†kata Wimboh.
Di kesempatan yang sama, Deputi
Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Nawal Nely mengatakan, BSI sebagai entitas hasil merger tiga bank
syariah milik negara, bisa membantu memÂpercepat perwujudan multiplier effect
bagi ekonomi nasional.
Melalui merger antara Bank
Syariah Mandiri, BRISyariah, dan BNISyariah, diharapkan Nawal, layanan
perbankan syariah bisa semakin menjangkau masyarakat. Apalagi, nantinya BSI
akan beroperasi dengan mengandalkan keberadaan 1.200 cabang dan 20 ribu lebih
pekerja yang tersebar di seluruh Tanah Air.
“Bahkan kalau bisa sejajar dengan
Al Rajhi Banking and Investment Corporation milik Malaysia, yang sekarang berada
di posisi satu,†tutur Nawal.
Ketua Project Management Office
(PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi berujar,
integrasi tiga bank syariah milik BUMN merupakan wujud inisiatif Pemerintah
untuk membangkitkan industri syariah, yang selama ini dianggap sebagai raksasa
tidur.
“Dengan nilai aset yang mencapai
sekitar Rp 240 triliun dan melayani lebih dari 14,9 juta nasabah, BSI berupaya
menjawab berbagai tantangan pengembangan ekonomi dan industri keuangan
syariah,†terang Hery.
Dia juga pede, BSI akan mampu
mewujudkan visi menjadi pemain utama di industri perbankan syariah dunia dalam
kurun 3 sampai 4 tahun mendatang. Menurutnya, visi ini bisa terwujud karena
layanan BSI akan fokus di segmen usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), ritel,
konsumer. Selain itu, BSI akan memiliki total aset hingga Rp 239 triliun,
dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun.
Mantan Wakil Direktur Utama Bank
Mandiri ini menargetkan, BSI masuk kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV
pada 2022 mendatang. Artinya, perusahaan harus memiliki modal inti minimal Rp
30 triliun tahun depan supaya target itu bisa tercapai.
Untuk itu, sambung Hery,
perusahaan akan menerbitkan rights issue. Nantinya, aksi korporasi itu
diharapkan mendongkrak modal inti BSI.
Menyoal ini, Peneliti Senior
Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia (UI), Banjaran Surya
Indrastomo berpendapat, perbankan syariah bisa menjadi pusat pertumbuhan.
Karenanya, BSI disarankan memiliki lembaga penelitian independen sendiri atau
memberi dukungan terhadap Research and Development (R&D), agar pengembangan
ekonomi syariah bisa lebih optimal.
Selanjutnya, tugas BSI lainnya
adalah untuk bisa menarik likuidiÂtas yang besar dari Timur Tengah lewat
sejumlah aksi korporasi. Seperti pembukaan cabang (representative office).