26.3 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Minat Masyarakat Indonesia Konsumsi Ayam dan Telur Rendah

PROKALTENG.CO-Sebagian masyarakat Indonesia belum menyadari bahwa telur dan daging ayam adalah sumber protein yang sangat murah dan berkualitas. Saat ini, harga sebutir telur itu kurang lebih sama dengan sebatang rokok.

Namun, berdasar data asosiasi perunggasan (sebelum pandemi), konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 150 butir per orang per tahun, sedangkan konsumsi rokok masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 1.300 batang per orang per tahun.

”Masyarakat Indonesia itu rata-rata hanya mengonsumsi 3 butir telur seminggu, tapi bersedia membeli rokok rata-rata sehari 3 batang. Jadi, ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu kita ubah,” ungkap Ketua Panitia Pusat Hari Ayam dan Telur Nasional 2023 Ricky Bangsaratoe di Jakarta.

Selain itu, lanjut Ricky yang merupakan seorang pengusaha telur dan ayam tersebut, berdasar data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pendapatan per kapita masyarakat Indonesia juga di atas masyarakat Filipina dan Vietnam. Namun, meskipun begitu, untuk tingkat konsumsi daging ayam dan telur masyarakat Indonesia pun masih kalah dengan kedua negara tersebut.

”Berdasar fakta itu, bisa kita simpulkan juga bahwa konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah itu bukan semata-mata karena daya beli, melainkan karena pola belanja masyarakat yang tidak berorientasi prioritas pada kesehatan dan kecerdasan serta kurangnya pemahaman gizi masyarakat,” ujar Ricky.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Seleksi 21 Nominator Paritrana Award Tingkat Provinsi Kalteng 2022

Ketakutan masyarakat akibat isu negatif mengenai ayam dan telur, sambung Ricky, juga perlu diluruskan. Misalnya, ada anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Padahal, menurut dia, hal tersebut sama sekali tidak mendasar. Sebab, harga sekali suntik hormon tersebut dapat mencapai 5 USD (Rp 60.000), sedangkan harga ayam di tingkat peternak hanya sekitar Rp 20 ribu per ekor.

”Proses pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler itu semata-mata karena hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genitika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus. Dan ini juga terjadi pada padi, jagung, dan komoditas pertanian lain yang telah melalui proses perbaikan genetik sehingga dihasilkan komoditas yang lebih produktif,” terang Ricky.

Selain itu, dikatakan Ricky, ada juga ketakutan masyarakat yang menganggap bahwa telur penyebab bisul. Padahal menurut dia, kasus tersebut hanya terjadi pada orang-orang tertentu yang menderita alergi telur. Sehingga dia menegaskan, bagi orang sehat tidak perlu khawatir. Karena telur justru mengandung protein hewani yang sangat lengkap. Kemudian, harga protein yang dikandung telur juga sangat murah dibanding sumber protein lain.

”Lalu, banyak juga orang takut makan telur karena takut kolesterol, tapi tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jantung, paru-paru, ibu hamil, dan sebagainya,” ucap Ricky.

Baca Juga :  Bank Mandiri Boyong 10 Penghargaan FinanceAsia Kategori Sustainable Bank - ESG

Karena itu, berdasar fakta yang ada, Ricky menambahkan, perlu adanya upaya serius untuk melakukan edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi ayam dan telur. Sebab, selain dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, berkembangnya konsumsi ayam dan telur juga dapat mendongkrak usaha pelaku ternak unggas. Di mana, hal tersebut tentunya dapat menggerakkan roda ekonomi nasional.

”Kita mendorong pemerintah sekiranya agar turut mengampanyekan gerakan mengonsumsi ayam dan telur ini sebagaimana adanya peringatan Hari Ikan Nasional yang diadakan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” beber Ricky.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia HATN 2023 Bambang Suharno menambahkan, puncak peringatan HATN 2023 telah dilaksanakan di Blitar pada 15 Oktober, diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai dari kampanye dan edukasi pentingnya mengonsumsi ayam dan telur bagi kesehatan hingga bazar dan jalan sehat yang diikuti lebih dari 5.000 masyarakat umum.

”Peternak Blitar juga berkomitmen melanjutkan semangat HATN dan berkontribusi dalam penanggulangan masalah stunting di Blitar. Meski di Blitar itu sebagai salah satu sentra ayam dan telur di Indonesia, namun tingkat konsumsi ayam dan telurnya masih rendah,” ujar Ricky. (jpc/hnd)

PROKALTENG.CO-Sebagian masyarakat Indonesia belum menyadari bahwa telur dan daging ayam adalah sumber protein yang sangat murah dan berkualitas. Saat ini, harga sebutir telur itu kurang lebih sama dengan sebatang rokok.

Namun, berdasar data asosiasi perunggasan (sebelum pandemi), konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 150 butir per orang per tahun, sedangkan konsumsi rokok masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 1.300 batang per orang per tahun.

”Masyarakat Indonesia itu rata-rata hanya mengonsumsi 3 butir telur seminggu, tapi bersedia membeli rokok rata-rata sehari 3 batang. Jadi, ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu kita ubah,” ungkap Ketua Panitia Pusat Hari Ayam dan Telur Nasional 2023 Ricky Bangsaratoe di Jakarta.

Selain itu, lanjut Ricky yang merupakan seorang pengusaha telur dan ayam tersebut, berdasar data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pendapatan per kapita masyarakat Indonesia juga di atas masyarakat Filipina dan Vietnam. Namun, meskipun begitu, untuk tingkat konsumsi daging ayam dan telur masyarakat Indonesia pun masih kalah dengan kedua negara tersebut.

”Berdasar fakta itu, bisa kita simpulkan juga bahwa konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah itu bukan semata-mata karena daya beli, melainkan karena pola belanja masyarakat yang tidak berorientasi prioritas pada kesehatan dan kecerdasan serta kurangnya pemahaman gizi masyarakat,” ujar Ricky.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Seleksi 21 Nominator Paritrana Award Tingkat Provinsi Kalteng 2022

Ketakutan masyarakat akibat isu negatif mengenai ayam dan telur, sambung Ricky, juga perlu diluruskan. Misalnya, ada anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Padahal, menurut dia, hal tersebut sama sekali tidak mendasar. Sebab, harga sekali suntik hormon tersebut dapat mencapai 5 USD (Rp 60.000), sedangkan harga ayam di tingkat peternak hanya sekitar Rp 20 ribu per ekor.

”Proses pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler itu semata-mata karena hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genitika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus. Dan ini juga terjadi pada padi, jagung, dan komoditas pertanian lain yang telah melalui proses perbaikan genetik sehingga dihasilkan komoditas yang lebih produktif,” terang Ricky.

Selain itu, dikatakan Ricky, ada juga ketakutan masyarakat yang menganggap bahwa telur penyebab bisul. Padahal menurut dia, kasus tersebut hanya terjadi pada orang-orang tertentu yang menderita alergi telur. Sehingga dia menegaskan, bagi orang sehat tidak perlu khawatir. Karena telur justru mengandung protein hewani yang sangat lengkap. Kemudian, harga protein yang dikandung telur juga sangat murah dibanding sumber protein lain.

”Lalu, banyak juga orang takut makan telur karena takut kolesterol, tapi tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jantung, paru-paru, ibu hamil, dan sebagainya,” ucap Ricky.

Baca Juga :  Bank Mandiri Boyong 10 Penghargaan FinanceAsia Kategori Sustainable Bank - ESG

Karena itu, berdasar fakta yang ada, Ricky menambahkan, perlu adanya upaya serius untuk melakukan edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi ayam dan telur. Sebab, selain dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, berkembangnya konsumsi ayam dan telur juga dapat mendongkrak usaha pelaku ternak unggas. Di mana, hal tersebut tentunya dapat menggerakkan roda ekonomi nasional.

”Kita mendorong pemerintah sekiranya agar turut mengampanyekan gerakan mengonsumsi ayam dan telur ini sebagaimana adanya peringatan Hari Ikan Nasional yang diadakan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” beber Ricky.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia HATN 2023 Bambang Suharno menambahkan, puncak peringatan HATN 2023 telah dilaksanakan di Blitar pada 15 Oktober, diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai dari kampanye dan edukasi pentingnya mengonsumsi ayam dan telur bagi kesehatan hingga bazar dan jalan sehat yang diikuti lebih dari 5.000 masyarakat umum.

”Peternak Blitar juga berkomitmen melanjutkan semangat HATN dan berkontribusi dalam penanggulangan masalah stunting di Blitar. Meski di Blitar itu sebagai salah satu sentra ayam dan telur di Indonesia, namun tingkat konsumsi ayam dan telurnya masih rendah,” ujar Ricky. (jpc/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru