28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Maskapai Keluhkan Penurunan TBA Tiket

KEPUTUSAN pemerintah menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket
pesawat akan memberatkan maskapai-maskapai penerbangan. Sebab, harga beberapa
komponen yang memengaruhi tarif tiket masih tinggi.

Hal itu disampaikan Ketua
Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu
Sutanto kemarin (14/5).

INACA adalah organisasi yang
menaungi perusahaan-perusahaan penerbangan. Organisasi tersebut diakui sebagai
mitra pemerintah.

Bayu menjelaskan, penurunan TBA
sebanyak 12-16 persen tidak hanya membebani maskapai penerbangan full service.
Dia memprediksi range tarif maskapai low cost carrier (LCC) bakal ikut
melandai. “Kategori medium dan LCC juga akan terdampak. Sebab, harga LCC itu
sekitar 85 persen dari TBA. Jika yang di atas turun, yang bawah ikut turun,”
paparnya.

Dia menyebutkan, harga avtur dan
kurs dolar AS (USD) yang menjadi variabel utama penetapan TBA saat ini lebih
tinggi daripada harga saat penetapan TBA sebelumnya. Kemarin kurs USD menguat
0,66 persen atas rupiah. Akibatnya, nilai tukar rupiah berada di level 14.423
per USD.

Harga avtur yang dimonitor
International Air Transport Association (IATA) pada awal Mei 2019 bergerak naik
hingga 3,1 persen jika dibandingkan dengan bulan lalu. “Penurunan TBA berdampak
bagi kinerja keuangan maskapai. Terlebih, saat ini kondisi sebagian besar
keuangan maskapai nasional belum bisa dibilang bagus,” tambah Bayu.

Kendati demikian, INACA
menyatakan akan tetap mengikuti keputusan pemerintah. ”Pemerintah memiliki
wewenang penuh untuk mengatur batas tarif. Kita lihat nanti. Kita tunggu detail
peraturannya seperti apa,” katanya.

Sementara itu, menanggapi
penurunan tarif batas atas tiket pesawat, Direktur Niaga AirAsia Indonesia
Rifai Taberi menegaskan, pihaknya masih menunggu aturan detail dari pemerintah
mengenai penurunan TBA untuk setiap rute. ”Tapi, yang pasti, kami akan ikuti
regulasi. Kemenhub sudah melakukan perhitungan sebelum mengambil keputusan
ini,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.

Mengenai pengaruh penurunan TBA
terhadap traffic penumpang, khususnya saat peak season libur Lebaran, Rifai
menegaskan bahwa load factor diprediksi semakin maksimal. “Kami perkirakan akan
tetap full. Sebab, masa hari raya itu adalah masa superpeak untuk Indonesia,”
tambahnya.

Baca Juga :  BRI Peduli Grow & Green Salurkan 2.500 Bibit Pohon Durian di Berau

Menurut dia, setiap airlines
mempunyai strategi untuk mengakomodasi aturan pemerintah. AirAsia, lanjut dia,
akan menyesuaikan sub-class yang ada dengan tetap mengikuti koridor regulasi.
Strategi sub-class itu membuat harga tiket AirAsia cenderung tidak naik saat
maskapai penerbangan lain memasang harga tinggi.

“Kami menggunakan sub-class.
Dengan strategi itu, harga tiket didistribusikan menjadi beberapa sub-class,
dari yang murah sampai yang mahal. Kalau booking lebih awal, pasti lebih murah.
Dan juga kan ada seasonality-nya. Kalau hari raya pasti lebih mahal, kalau low
season lebih murah,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah
menurunkan TBA tiket pesawat 12-16 persen. Jika dirata-rata, penurunan itu
mencapai 15 persen. Rencananya, hari ini tarif baru itu dipayungi dengan
peraturan menteri perhubungan (permenhub). Berdasar pasal 20 Permenhub Nomor 20
Tahun 2019, aturan baru mengenai tarif harus dipublikasikan. Paling lama 15
hari kerja sejak TBA ditetapkan.

Pada bagian lain, Direktur
Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal
menyatakan, penurunan TBA bisa sangat memengaruhi perekonomian tanah air. ”Jika
ditaati pelaku industri penerbangan, akan meningkatkan mobilitas orang dan
barang,” ucapnya. Sektor jasa perjalanan, perhotelan, dan restoran akan
menikmati dampak positif.

Meski demikian, dia menilai
penurunan TBA yang hanya 12-16 persen masih terlalu kecil jika dibandingkan
dengan kenaikan yang terjadi November tahun lalu. Dalam sepuluh bulan terakhir,
setidaknya tarif pesawat naik lebih dari 50 persen. ”Tapi, paling tidak
membantu menahan dropnya jumlah penumpang angkutan udara dalam beberapa bulan
terakhir,” tutur Faisal.

Pada bagian lain, PT Pertamina
(Persero) mengklaim harga jual avtur di Bandara Internasional Soekarno-Hatta
paling murah jika dibandingkan dengan bandara di negara lain. Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan, selama ini perseroan juga
membandingkan harga avtur mereka dengan yang dijual di luar negeri.

”Avtur kami di Cengkareng itu
yang termurah. Kami tahu banyak sekali maskapai yang beroperasi di sana,” ujar
Nicke di gedung DPR kemarin. Bahkan, menurut dia, harga yang bersaing tersebut
membuat Pertamina turut memasok avtur bagi Garuda Indonesia di luar negeri.

Baca Juga :  Stok Beras dan Gula Mencukupi hingga Idulfitri

Perseroan bekerja sama dengan
mitra pemasok avtur di sejumlah bandara internasional di luar negeri untuk
mendapatkan harga yang bersaing. Harga avtur Pertamina di Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng tercatat Rp 8.380 per liter (posting price). Angka
itu lebih besar daripada harga avtur pada awal Februari lalu Rp 8.210 per
liter.

Sementara itu, di Bandara Juanda,
Surabaya, harga avtur Rp 9.220 per liter (posting price). Harga avtur di
Bandara Internasional Lombok Rp 10.360 per liter (posting price). Harga avtur
di Bandara Deo Sorong, Papua, menyentuh angka Rp 11.350 per liter (posting
price).

Pihaknya belum bisa memastikan
apakah akan memangkas harga avtur dalam waktu dekat. Sebab, harga jual
dipengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS. Sebelumnya, tingginya harga avtur kerap dituding sebagai
salah satu biang keladi tingginya tarif pesawat di Indonesia. Nicke
menjelaskan, perseroan telah memproduksi avtur untuk memenuhi seluruh kebutuhan
di dalam negeri. Salah satunya melalui Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

Selain avtur, komponen yang
menentukan tarif tiket adalah biaya navigasi dari Airnav. Besarannya 1,5 persen
dari seluruh biaya yang menentukan harga tiket per kilometer. Namun, menurut
Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto, angka 1,5 persen itu membuat
biaya Airnav tidak berpengaruh dalam penyusunan tarif tiket.

Dia juga menyatakan, kenaikan
harga tiket sejak awal tahun lalu membuat jumlah penerbangan menurun. Novie
mencontohkan, di Bandara Soekarno-Hatta, setiap hari ada 1.000 hingga 1.100
penerbangan. Namun, pada low season seperti minggu pertama hingga kedua
Ramadan, hanya ada 850 penerbangan. ”Turun 15 persen dari biasanya,” ujarnya
kemarin.

Lalu, bagaimana angkutan Lebaran?
Dilihat dari pendaftaran slot pemesanan extraflight tahun ini, menurut Novie,
akan ada peningkatan. Hingga kemarin sudah ada 1.336 slot tambahan untuk
penerbangan domestik dari enam maskapai penerbangan. ”Minggu ketiga dan keempat
Ramadan biasanya penumpang naik,” katanya. (JPC/KPC)

KEPUTUSAN pemerintah menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket
pesawat akan memberatkan maskapai-maskapai penerbangan. Sebab, harga beberapa
komponen yang memengaruhi tarif tiket masih tinggi.

Hal itu disampaikan Ketua
Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu
Sutanto kemarin (14/5).

INACA adalah organisasi yang
menaungi perusahaan-perusahaan penerbangan. Organisasi tersebut diakui sebagai
mitra pemerintah.

Bayu menjelaskan, penurunan TBA
sebanyak 12-16 persen tidak hanya membebani maskapai penerbangan full service.
Dia memprediksi range tarif maskapai low cost carrier (LCC) bakal ikut
melandai. “Kategori medium dan LCC juga akan terdampak. Sebab, harga LCC itu
sekitar 85 persen dari TBA. Jika yang di atas turun, yang bawah ikut turun,”
paparnya.

Dia menyebutkan, harga avtur dan
kurs dolar AS (USD) yang menjadi variabel utama penetapan TBA saat ini lebih
tinggi daripada harga saat penetapan TBA sebelumnya. Kemarin kurs USD menguat
0,66 persen atas rupiah. Akibatnya, nilai tukar rupiah berada di level 14.423
per USD.

Harga avtur yang dimonitor
International Air Transport Association (IATA) pada awal Mei 2019 bergerak naik
hingga 3,1 persen jika dibandingkan dengan bulan lalu. “Penurunan TBA berdampak
bagi kinerja keuangan maskapai. Terlebih, saat ini kondisi sebagian besar
keuangan maskapai nasional belum bisa dibilang bagus,” tambah Bayu.

Kendati demikian, INACA
menyatakan akan tetap mengikuti keputusan pemerintah. ”Pemerintah memiliki
wewenang penuh untuk mengatur batas tarif. Kita lihat nanti. Kita tunggu detail
peraturannya seperti apa,” katanya.

Sementara itu, menanggapi
penurunan tarif batas atas tiket pesawat, Direktur Niaga AirAsia Indonesia
Rifai Taberi menegaskan, pihaknya masih menunggu aturan detail dari pemerintah
mengenai penurunan TBA untuk setiap rute. ”Tapi, yang pasti, kami akan ikuti
regulasi. Kemenhub sudah melakukan perhitungan sebelum mengambil keputusan
ini,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.

Mengenai pengaruh penurunan TBA
terhadap traffic penumpang, khususnya saat peak season libur Lebaran, Rifai
menegaskan bahwa load factor diprediksi semakin maksimal. “Kami perkirakan akan
tetap full. Sebab, masa hari raya itu adalah masa superpeak untuk Indonesia,”
tambahnya.

Baca Juga :  BRI Peduli Grow & Green Salurkan 2.500 Bibit Pohon Durian di Berau

Menurut dia, setiap airlines
mempunyai strategi untuk mengakomodasi aturan pemerintah. AirAsia, lanjut dia,
akan menyesuaikan sub-class yang ada dengan tetap mengikuti koridor regulasi.
Strategi sub-class itu membuat harga tiket AirAsia cenderung tidak naik saat
maskapai penerbangan lain memasang harga tinggi.

“Kami menggunakan sub-class.
Dengan strategi itu, harga tiket didistribusikan menjadi beberapa sub-class,
dari yang murah sampai yang mahal. Kalau booking lebih awal, pasti lebih murah.
Dan juga kan ada seasonality-nya. Kalau hari raya pasti lebih mahal, kalau low
season lebih murah,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah
menurunkan TBA tiket pesawat 12-16 persen. Jika dirata-rata, penurunan itu
mencapai 15 persen. Rencananya, hari ini tarif baru itu dipayungi dengan
peraturan menteri perhubungan (permenhub). Berdasar pasal 20 Permenhub Nomor 20
Tahun 2019, aturan baru mengenai tarif harus dipublikasikan. Paling lama 15
hari kerja sejak TBA ditetapkan.

Pada bagian lain, Direktur
Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal
menyatakan, penurunan TBA bisa sangat memengaruhi perekonomian tanah air. ”Jika
ditaati pelaku industri penerbangan, akan meningkatkan mobilitas orang dan
barang,” ucapnya. Sektor jasa perjalanan, perhotelan, dan restoran akan
menikmati dampak positif.

Meski demikian, dia menilai
penurunan TBA yang hanya 12-16 persen masih terlalu kecil jika dibandingkan
dengan kenaikan yang terjadi November tahun lalu. Dalam sepuluh bulan terakhir,
setidaknya tarif pesawat naik lebih dari 50 persen. ”Tapi, paling tidak
membantu menahan dropnya jumlah penumpang angkutan udara dalam beberapa bulan
terakhir,” tutur Faisal.

Pada bagian lain, PT Pertamina
(Persero) mengklaim harga jual avtur di Bandara Internasional Soekarno-Hatta
paling murah jika dibandingkan dengan bandara di negara lain. Direktur Utama PT
Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan, selama ini perseroan juga
membandingkan harga avtur mereka dengan yang dijual di luar negeri.

”Avtur kami di Cengkareng itu
yang termurah. Kami tahu banyak sekali maskapai yang beroperasi di sana,” ujar
Nicke di gedung DPR kemarin. Bahkan, menurut dia, harga yang bersaing tersebut
membuat Pertamina turut memasok avtur bagi Garuda Indonesia di luar negeri.

Baca Juga :  Stok Beras dan Gula Mencukupi hingga Idulfitri

Perseroan bekerja sama dengan
mitra pemasok avtur di sejumlah bandara internasional di luar negeri untuk
mendapatkan harga yang bersaing. Harga avtur Pertamina di Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng tercatat Rp 8.380 per liter (posting price). Angka
itu lebih besar daripada harga avtur pada awal Februari lalu Rp 8.210 per
liter.

Sementara itu, di Bandara Juanda,
Surabaya, harga avtur Rp 9.220 per liter (posting price). Harga avtur di
Bandara Internasional Lombok Rp 10.360 per liter (posting price). Harga avtur
di Bandara Deo Sorong, Papua, menyentuh angka Rp 11.350 per liter (posting
price).

Pihaknya belum bisa memastikan
apakah akan memangkas harga avtur dalam waktu dekat. Sebab, harga jual
dipengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS. Sebelumnya, tingginya harga avtur kerap dituding sebagai
salah satu biang keladi tingginya tarif pesawat di Indonesia. Nicke
menjelaskan, perseroan telah memproduksi avtur untuk memenuhi seluruh kebutuhan
di dalam negeri. Salah satunya melalui Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

Selain avtur, komponen yang
menentukan tarif tiket adalah biaya navigasi dari Airnav. Besarannya 1,5 persen
dari seluruh biaya yang menentukan harga tiket per kilometer. Namun, menurut
Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto, angka 1,5 persen itu membuat
biaya Airnav tidak berpengaruh dalam penyusunan tarif tiket.

Dia juga menyatakan, kenaikan
harga tiket sejak awal tahun lalu membuat jumlah penerbangan menurun. Novie
mencontohkan, di Bandara Soekarno-Hatta, setiap hari ada 1.000 hingga 1.100
penerbangan. Namun, pada low season seperti minggu pertama hingga kedua
Ramadan, hanya ada 850 penerbangan. ”Turun 15 persen dari biasanya,” ujarnya
kemarin.

Lalu, bagaimana angkutan Lebaran?
Dilihat dari pendaftaran slot pemesanan extraflight tahun ini, menurut Novie,
akan ada peningkatan. Hingga kemarin sudah ada 1.336 slot tambahan untuk
penerbangan domestik dari enam maskapai penerbangan. ”Minggu ketiga dan keempat
Ramadan biasanya penumpang naik,” katanya. (JPC/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru