27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Akibat Digitalisasi, 23 Juta Pekerjaan Diprediksi Hilang pada 2030

PROKALTENG.CO – Pemerintah memperkirakan, bahwa pada 2030
mendatang, sebanyak 23 juta pekerjaan bakal hilang yang diakibatkan faktor
digitalisasi. Artinya, jutaan pekerjaan yang hilang tersebut akan digantikan
dengan munculnya jutaan pekerjaan baru.

Lantas, bagaimana langkah
pemerintah untuk mengantisipasi fenomena tersebut?. Mengingat, jumlah pencari
pekerjaan di Tanah air setiap tahunnya terus meningkat.

Kepala Badan Perencanaan dan
Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Bambang Satrio Lelono
menyatakan, bahwa pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk
menghadapi hilangnya 23 juta pekerjaan akibat digitalisasi pada 2030 mendatang.

“Sebetulnya, otomatisasi dan
kecerdasan buatan dalam proses produksi membuka lapangan pekerjaan akan lebih
banyak lagi, yaitu antara 27-46 juta pekerjaan. Permasalahannya, pekerjaan baru
itu membutuhkan tuntutan kompetensi yang baru. Inilah yang harus kita siapkan,”
kata Bambang di Jakarta, Selasa (4/5/2021).

Baca Juga :  Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Berlanjut, Optimisme Meningkat

Dari beberapa strategi yang telah
disiapkan, kata Bambang, terkait pemanfaatan teknologi digital untuk memperkuat
analisis dan pengembangan informasi pasar tenaga kerja melalui sistem informasi
ketenagakerjaan (Sisnaker).

“Sisnaker yakni ekosistem digital
yang akan menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas
ketenagakerjaan baik di pusat dan daerah,” terangnya.

Selain itu, lanjut Bambang,
Kemenaker juga tengah mentransformasikan model pelatihan kerja menjadi berbasis
digital. Caranya, dengan mengurangi pelatihan tatap muka dan menggabungkannya
dengan pelatih online.

“Kami buat satu kebijakan dengan
blended training, artinya kita memanfaatkan teknologi digital untuk
men-delivery pelajaran yang bersifat teori dan pengenalan praktik, dan
melakukan offline untuk praktiknya,” jelasnya.

Baca Juga :  VietJet Tawarkan Sejuta Tiket Murah dari Nol Rupiah

Bambang juga menyebutkan, pada
2030 mendatang kebutuhan digital talent di Indonesia diprediksi mencapai 9 juta
orang. Ini menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah untuk menyiapkan tenaga
kerja, khususnya usia muda, agar bisa menjadi pemain utama dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

“Saya optimis apabila kita bisa
memanfaatkan teknologi digital untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan ke
depan kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5-6 persen,” pungkasnya.

PROKALTENG.CO – Pemerintah memperkirakan, bahwa pada 2030
mendatang, sebanyak 23 juta pekerjaan bakal hilang yang diakibatkan faktor
digitalisasi. Artinya, jutaan pekerjaan yang hilang tersebut akan digantikan
dengan munculnya jutaan pekerjaan baru.

Lantas, bagaimana langkah
pemerintah untuk mengantisipasi fenomena tersebut?. Mengingat, jumlah pencari
pekerjaan di Tanah air setiap tahunnya terus meningkat.

Kepala Badan Perencanaan dan
Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Bambang Satrio Lelono
menyatakan, bahwa pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk
menghadapi hilangnya 23 juta pekerjaan akibat digitalisasi pada 2030 mendatang.

“Sebetulnya, otomatisasi dan
kecerdasan buatan dalam proses produksi membuka lapangan pekerjaan akan lebih
banyak lagi, yaitu antara 27-46 juta pekerjaan. Permasalahannya, pekerjaan baru
itu membutuhkan tuntutan kompetensi yang baru. Inilah yang harus kita siapkan,”
kata Bambang di Jakarta, Selasa (4/5/2021).

Baca Juga :  Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Berlanjut, Optimisme Meningkat

Dari beberapa strategi yang telah
disiapkan, kata Bambang, terkait pemanfaatan teknologi digital untuk memperkuat
analisis dan pengembangan informasi pasar tenaga kerja melalui sistem informasi
ketenagakerjaan (Sisnaker).

“Sisnaker yakni ekosistem digital
yang akan menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas
ketenagakerjaan baik di pusat dan daerah,” terangnya.

Selain itu, lanjut Bambang,
Kemenaker juga tengah mentransformasikan model pelatihan kerja menjadi berbasis
digital. Caranya, dengan mengurangi pelatihan tatap muka dan menggabungkannya
dengan pelatih online.

“Kami buat satu kebijakan dengan
blended training, artinya kita memanfaatkan teknologi digital untuk
men-delivery pelajaran yang bersifat teori dan pengenalan praktik, dan
melakukan offline untuk praktiknya,” jelasnya.

Baca Juga :  VietJet Tawarkan Sejuta Tiket Murah dari Nol Rupiah

Bambang juga menyebutkan, pada
2030 mendatang kebutuhan digital talent di Indonesia diprediksi mencapai 9 juta
orang. Ini menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah untuk menyiapkan tenaga
kerja, khususnya usia muda, agar bisa menjadi pemain utama dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

“Saya optimis apabila kita bisa
memanfaatkan teknologi digital untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan ke
depan kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5-6 persen,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru