PALANGKA RAYA-Sudah
menjadi persoalan tiap tahunnya apabila terjadinya musim kemarau, komoditas
seperti cabai mengalami kenaikan harga di pasaran. Dengan alasan gagal panen
ataupun suplai air yang kurang hingga berpengaruh pada produksinya.
Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Palangka Raya Ikhwanudin
melalui Kasi Bahan pokok dan barang penting Markus membenarkan harga cabai
mengalami kenaikan yang cukup besar. Dan mulai terjadi setelah hari raya Idul
Fitri lalu.
“Terakhir yang kami
survei beberapa hari lalu harga cabai tembus diangka Rp90 ribu untuk cabai
rawit, dan kemungkinan turun setelah hari raya haji nanti,†jelasnya, kemarin.
Tambahnya, tingginya
harga cabai ini tak hanya menjadi persoalan di kota saja, namun sudah menjadi
permasalahan secara nasional. Sebab kenaikan harga terjadi hampir seluruh pasar
yang ada di Indonesia, bahkan penyebab inflasi tinggi di bulan ini adalah
cabai.
Kepala Bidang
Perdagangan Dalam Negeri Disdagperin Provinsi Kalteng, Jenta mengungkapkan
bahwa harga cabai ada kenaikan di Kalteng. “Jika sebelumnya hanya berkisar
Rp 80 ribu per kilo gram paling tinggi. Namun mengalami kenaikan hingga Rp 90
ribu sampai Rp 100 ribu per kilo gram,”katanya kepada Kalteng Pos, Jumat
(2/8).
Menurutnya, kenaikan
harga cabai yang terjadi hampir sama kondisinya di seluruh Indonesia,
disebabkan karena sumber dari petani cabe memang ada pengurangan karena
pengaruh musim kemarau. Tetapi tetap ada pasokan.
Disdagperin Provinsi
tetap berupaya agar barang tersebut tetap ada, dengan menjalin komunikasi
dengan para pemasok komoditas cabe ke Kalteng.
“Kita tidak bisa
berbuat banyak karena menunggu komoditas yang datang dari luar. Kita
mudah-mudahan mendekati musim panen ini, sehingga harga cabe akan kembali
normal,”ungkap Jenta.
Berdasarkan pantauan
dan hasil investigasi di lapangan, harga cabai di Pasar Kahayan mencapai Rp 100
ribu perkilogram. Sementara di Pasar Besar masih dengan harga Rp 80 ribu perkilogram
dan Pasar Rajawali mencapai Rp 90 ribu perkilogram.
Sementara itu, Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalteng berharap agar Badan usaha
Milik Daerah menjadi distributor daging ayam beku menjadi program unggulan. Deputi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalteng sekaligus Wakil Ketua TPID
Kalteng Setian mengungkapkan bahwa BUMD bisa berkolaborasi dengan pihak Bulog.
“Tetapi bukan
hanya daging ayam beku, tetapi bisa juga bahan pangan lainnya,”katanya
saat penyampaian Rilis TPID, Jumat (2/8).
Dengan demikian
diyakini akan mampu mengambil pasokan dari luar sentra produksi pangan dan
distributor tidak perlu mengambil dari sentra produksi di Pulau Jawa. “Tapi
melalui BUMD sehingga bisa mendistribusikan dalam skala besar ke
masyarakat,”terangnya lagi.
Untuk mencapai program
tersebut tentu perlu dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah provinsi
Kalteng melalui gubernur.
“Program daging ayam
beku dinilai cukup bagus, dan diharapkan dapat memberikan dampak pilihan
alternatif terhadap masyarakat untuk membeli daging ayam beku yang sehat dan
higienis,”harapnya.
Dengan demikian
pedagang tentu akan mempertimbangkan dalam melakukan kenaikann harga ayam
dipasaran.
Berdasarkan laporan tim
TPID Provinsi Kalteng, pada Bulan Juli ini Kalteng mengalami deflasi sebesar
0,25 persen lebih rendah dari Juni 2019 yang mengalami inflasi sebesar 0,14
persen. Capaian ini berada dibawah rata-rata historis 3 tahun belakangan pada
periode yang sama yaitu inflasi 0,08 persen.
Capaian inflasi di
Kalteng juga lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang mengalami inflasi
sebesar 0,31 persen. Pada bulan juli, sebagian besar kota sampel inflasi di
Pulau Kalimantan mengalami deflasi. Kota Sampit dan Palangka Raya mengalami
deflasi yang relative tinggi se-regional.
Secara tahunan inflasi
di Palangka Raya tercatat lebih rendahdibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar
2,67 persen. Sedangkan inflasi di Sampit
lebih rendah dibandingkan tahun 2018 sebesar 3,95 persen.
Berdasarkan survei yang
dilakukan Kalteng Pos ke sejumlah pasar yang ada di Kota Palangka Raya,
komoditas cabai mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Seperti di Pasar
Kahayan untuk cabai rawit dan cabai merah di harga Rp85 ribu perkilogramnya.
“Harganya saat ini Rp85
ribu perkilogramnya dari harga sebelumnya diangka Rp60 ribu. Dan untuk harga
cabai hijau Rp35 ribu,†ujar salah satu pedagang yang enggan disebutkan
namanya.
Dijelaskan, kenaikan
harga cabai ini sudah terjadi kurang lebih satu minggu dengan pasokan dari
wilayah lain luar Kota Cantik pun relatif sedikit. Sehingga mengakibatkan harga
menjadi naik.
“Rata-rata kami ambil
dari luar kota ini, karena biaya dari sana sudah tinggi maka dijual sampai
sinipun juga sudah tinggi,†terangnya.
Hal juga sama di Pasar
Besar untuk cabaipun mengalami kenaikan dengan kisaran harga Rp70 ribu sampai
Rp75 ribu perkilonya. Dengan alasan kenaikan disebabkan karena faktor cuaca
yang mengalami musik kemarau.
“Sehingga produksi
cabai di kota ini tidak bisa mencukupi kebutuhan kota, ditambah didatangkan
dari luar daerahpun dengan harga yang sudah mahal,†terang Tresno saat
dibincangi di bak mobilnya.
Dirinyapun
memperdiksikan harga cabai ini akan naik beberapa hari kedepan. Karena pasokan
yang sedikit namun permintaan banyak. Sehingga lajunya harga ini tidak bisa
ditekan lagi. “Kemungkinan akan naik lagi mbak, kalau pasokan dari daerah lain
juga sedikit ke sininya,†pungkas Tresno. (ari/nue/ala)