29.2 C
Jakarta
Saturday, May 4, 2024

QRIS dan EDC BRI Ternyata Bisa Layani Pembelian dengan Uang Receh

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Dwi Putri Novianita (30) masih mengingat pengalaman yang melekat saat melayani pembeli di Toko Apotek Kurnia miliknya dengan menggunakan Elektronic Data Center (EDC) Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Pembelian obat dengan harga yang terbilang receh dengan nominal Rp 4 ribu dengan EDC di Apotek Toko Kurnia menjadi ingatan yang masih berkesan ketika toko yang beralamat di Jalan Yos Sudarso Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan Raya melayani pembeli.

Alat EDC BRI yang juga bisa menyediakan kode batang Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) tertata rapi di kasir Apotek Kurnia.

Toko apotek yang memiliki luas 4 x 20 meter menjual berbagai macam obat-obatan. Obat-obatan yang dijual tersusun rapi dengan berbagai macam warnanya di lemari maupun etalase. Berbagai harga obat pun dijual bervariasi dari murah hingga mahal.

Pemilik Toko Apotek Kurnia, Dwi Putri Novianita menceritakan, pembeli yang menggunakan transaksi QRIS ataupun EDC BRI ini bervariatif dalam jumlah uangnya. Ada yang dari harga Rp 4 ribu hingga Rp 1 juta.

Ia pun enggan membatasi minimal transaksi dalam pembelian obat di tokonya jika menggunakan EDC ataupun QRIS.

”Tidak pakai minimal, kadang-kadang ada obat gak harus mahal.  Ada juga yang harga obatnya Rp 4 ribu kalau mereka beli satu kadang-kadang juga pakai EDC,” katanya, Senin (22/4).

”Kalau di tempat lain minimal Rp 50 ribu, pakai EDC, kami tetap bisa aja pakai EDC tanpa minimal,” sambungnya.

Dwi menceritakan, toko apotek ini sudah berjalan 2,5 tahun sejak tahun 2022. Dwi menceritakan, ide apotek ini muncul saat pengalaman kerja di salah satu perusahaan farmasi selama kurang lebih 7 tahun.  Berlatar belakang lulusan bidan, ia pun memiliki keinginan untuk membuka praktek bidan.

Baca Juga :  Semakin Mudah! Kini Bisa Bayar Pakai QRIS BRImo di Singapura

”Awalnya ingin membuka praktek bidan namun gak ada waktu saat itu sambil kerja di perusahaan. Akhirnya karena punya jaringan banyak di distribusi obat dan kawan-kawan akhirnya membuka apotek,” ujarnya.

Dwi menuturkan, pembeli di Toko Apotek Kurnia yang menggunakan EDC ataupun QRIS BRI sejumlah 10 hingga 15 kali transaksi dalam seharinya. Meskipun demikian, pembeli juga banyak menggunakan transaksi tunai untuk membeli obat-obatan miliknya.

Bagi Dwi, kehadiran EDC dan QRIS BRI ini mempermudah dalam penjualannya. Sehingga, penerapan sistem transaksi digital dalam penjualan obat-obatan berjalan.

”Kadang-kadang ada orang yang belanja tidak membawa uang cash, misalkan belanja banyak cuman bawa 100 ribu, ternyata belanjaanya lebih dari itu menggunakan uang cashnya, jadi mereka menggunakan itu (EDC),” bebernya.

Wanita asal Muara Teweh ini mengakui, kebanyakan pembeli di toko apoteknya ini menggunakan QRIS ataupun mesin EDC BRI.

”QRIS dan EDC ini mempermudah untuk sistem penjualan,” imbuhnya.

Pemimpin Cabang BRI Palangkaraya Sari Wahono mengatakan, penggunaan QRIS BRI di Palangkaraya mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

”Beberapa perkembangan seperti peningkatan jumlah transaksi. Jumlah transaksi menggunakan QRIS terus meningkat dari waktu ke waktu, menunjukkan adopsi yang semakin luas dari masyarakat Palangkaraya,” ujarnya dalam keterangannya.

Dia menyebut, perkembangan ekspansi jaringan penerima saat ini semakin banyak merchant, baik skala besar maupun kecil.

”Yang mulai menerima pembayaran melalui QRIS, termasuk restoran, warung makan, toko kelontong, mal, dan pedagang kaki lima,” imbuhnya.

Sari menyebut, saat ini pemerintah daerah telah aktif mendukung pengembangan QRIS sebagai bagian dari upaya untuk mendorong pembayaran digital dan inklusi keuangan. Langkah-langkah seperti regulasi yang mendukung dan kampanye edukasi telah diterapkan.

Baca Juga :  Maret 2024, Indeks Harga Konsumen di Kalteng Sebesar 105,96

Selain itu, dia menjelaskan kesadaran masyarakat tentang keuntungan dan kemudahan menggunakan QRIS juga meningkat. Terutama dengan adanya kampanye edukasi dari pemerintah, lembaga keuangan, dan penyedia layanan pembayaran.

”Terdapat inovasi teknologi yang terus berkembang dalam hal QRIS, seperti penggunaan QRIS untuk pembayaran di sektor transportasi, pemesanan makanan, pembayaran tagihan, dan sektor lainnya,” terangnya.

Sari menuturkan, kolaborasi antara lembaga keuangan, penyedia layanan pembayaran, merchant, dan lembaga pemerintah telah membantu memperluas jaringan penerima QRIS dan meningkatkan penetrasi pembayaran digital.

”Banyak perusahaan teknologi keuangan atau fintech yang juga aktif memperluas layanan pembayaran QRIS mereka, menambahkan fitur-fitur baru dan meningkatkan pengalaman pengguna,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Sari menjelaskan perkembangan penggunaan QRIS ini menunjukkan bahwa QRIS telah menjadi bagian penting dari ekosistem pembayaran digital di Palangkaraya dan potensinya untuk terus tumbuh dalam waktu yang akan datang sangat besar.

Dia juga menyebut, jumlah EDC Merchant yang ada di Palangkaraya kurang lebih 700 EDC Merchant yang tersebar diseluruh pusat-pusat ekonomi maupun di tempat-tempat usaha baik perdagangan, jasa, dan di instansi atau lembaga pelayanan masyarakat.

Sari mengungkapkan, penerapan EDC adalah proses menggunakan perangkat elektronik untuk menerima pembayaran atau transaksi non-tunai, seperti kartu kredit atau debit. EDC BRI ini memudahkan pembayaran bagi pelanggan dan meningkatkan efisiensi bagi pedagang.

”Dengan EDC, pedagang dapat langsung memproses transaksi pembayaran secara elektronik, mengurangi risiko dan meningkatkan akurasi serta mengurangi pengelolaan fisik uang secara langsung,” ungkapnya. (hfz)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Dwi Putri Novianita (30) masih mengingat pengalaman yang melekat saat melayani pembeli di Toko Apotek Kurnia miliknya dengan menggunakan Elektronic Data Center (EDC) Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Pembelian obat dengan harga yang terbilang receh dengan nominal Rp 4 ribu dengan EDC di Apotek Toko Kurnia menjadi ingatan yang masih berkesan ketika toko yang beralamat di Jalan Yos Sudarso Kelurahan Menteng Kecamatan Jekan Raya melayani pembeli.

Alat EDC BRI yang juga bisa menyediakan kode batang Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) tertata rapi di kasir Apotek Kurnia.

Toko apotek yang memiliki luas 4 x 20 meter menjual berbagai macam obat-obatan. Obat-obatan yang dijual tersusun rapi dengan berbagai macam warnanya di lemari maupun etalase. Berbagai harga obat pun dijual bervariasi dari murah hingga mahal.

Pemilik Toko Apotek Kurnia, Dwi Putri Novianita menceritakan, pembeli yang menggunakan transaksi QRIS ataupun EDC BRI ini bervariatif dalam jumlah uangnya. Ada yang dari harga Rp 4 ribu hingga Rp 1 juta.

Ia pun enggan membatasi minimal transaksi dalam pembelian obat di tokonya jika menggunakan EDC ataupun QRIS.

”Tidak pakai minimal, kadang-kadang ada obat gak harus mahal.  Ada juga yang harga obatnya Rp 4 ribu kalau mereka beli satu kadang-kadang juga pakai EDC,” katanya, Senin (22/4).

”Kalau di tempat lain minimal Rp 50 ribu, pakai EDC, kami tetap bisa aja pakai EDC tanpa minimal,” sambungnya.

Dwi menceritakan, toko apotek ini sudah berjalan 2,5 tahun sejak tahun 2022. Dwi menceritakan, ide apotek ini muncul saat pengalaman kerja di salah satu perusahaan farmasi selama kurang lebih 7 tahun.  Berlatar belakang lulusan bidan, ia pun memiliki keinginan untuk membuka praktek bidan.

Baca Juga :  Semakin Mudah! Kini Bisa Bayar Pakai QRIS BRImo di Singapura

”Awalnya ingin membuka praktek bidan namun gak ada waktu saat itu sambil kerja di perusahaan. Akhirnya karena punya jaringan banyak di distribusi obat dan kawan-kawan akhirnya membuka apotek,” ujarnya.

Dwi menuturkan, pembeli di Toko Apotek Kurnia yang menggunakan EDC ataupun QRIS BRI sejumlah 10 hingga 15 kali transaksi dalam seharinya. Meskipun demikian, pembeli juga banyak menggunakan transaksi tunai untuk membeli obat-obatan miliknya.

Bagi Dwi, kehadiran EDC dan QRIS BRI ini mempermudah dalam penjualannya. Sehingga, penerapan sistem transaksi digital dalam penjualan obat-obatan berjalan.

”Kadang-kadang ada orang yang belanja tidak membawa uang cash, misalkan belanja banyak cuman bawa 100 ribu, ternyata belanjaanya lebih dari itu menggunakan uang cashnya, jadi mereka menggunakan itu (EDC),” bebernya.

Wanita asal Muara Teweh ini mengakui, kebanyakan pembeli di toko apoteknya ini menggunakan QRIS ataupun mesin EDC BRI.

”QRIS dan EDC ini mempermudah untuk sistem penjualan,” imbuhnya.

Pemimpin Cabang BRI Palangkaraya Sari Wahono mengatakan, penggunaan QRIS BRI di Palangkaraya mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

”Beberapa perkembangan seperti peningkatan jumlah transaksi. Jumlah transaksi menggunakan QRIS terus meningkat dari waktu ke waktu, menunjukkan adopsi yang semakin luas dari masyarakat Palangkaraya,” ujarnya dalam keterangannya.

Dia menyebut, perkembangan ekspansi jaringan penerima saat ini semakin banyak merchant, baik skala besar maupun kecil.

”Yang mulai menerima pembayaran melalui QRIS, termasuk restoran, warung makan, toko kelontong, mal, dan pedagang kaki lima,” imbuhnya.

Sari menyebut, saat ini pemerintah daerah telah aktif mendukung pengembangan QRIS sebagai bagian dari upaya untuk mendorong pembayaran digital dan inklusi keuangan. Langkah-langkah seperti regulasi yang mendukung dan kampanye edukasi telah diterapkan.

Baca Juga :  Maret 2024, Indeks Harga Konsumen di Kalteng Sebesar 105,96

Selain itu, dia menjelaskan kesadaran masyarakat tentang keuntungan dan kemudahan menggunakan QRIS juga meningkat. Terutama dengan adanya kampanye edukasi dari pemerintah, lembaga keuangan, dan penyedia layanan pembayaran.

”Terdapat inovasi teknologi yang terus berkembang dalam hal QRIS, seperti penggunaan QRIS untuk pembayaran di sektor transportasi, pemesanan makanan, pembayaran tagihan, dan sektor lainnya,” terangnya.

Sari menuturkan, kolaborasi antara lembaga keuangan, penyedia layanan pembayaran, merchant, dan lembaga pemerintah telah membantu memperluas jaringan penerima QRIS dan meningkatkan penetrasi pembayaran digital.

”Banyak perusahaan teknologi keuangan atau fintech yang juga aktif memperluas layanan pembayaran QRIS mereka, menambahkan fitur-fitur baru dan meningkatkan pengalaman pengguna,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Sari menjelaskan perkembangan penggunaan QRIS ini menunjukkan bahwa QRIS telah menjadi bagian penting dari ekosistem pembayaran digital di Palangkaraya dan potensinya untuk terus tumbuh dalam waktu yang akan datang sangat besar.

Dia juga menyebut, jumlah EDC Merchant yang ada di Palangkaraya kurang lebih 700 EDC Merchant yang tersebar diseluruh pusat-pusat ekonomi maupun di tempat-tempat usaha baik perdagangan, jasa, dan di instansi atau lembaga pelayanan masyarakat.

Sari mengungkapkan, penerapan EDC adalah proses menggunakan perangkat elektronik untuk menerima pembayaran atau transaksi non-tunai, seperti kartu kredit atau debit. EDC BRI ini memudahkan pembayaran bagi pelanggan dan meningkatkan efisiensi bagi pedagang.

”Dengan EDC, pedagang dapat langsung memproses transaksi pembayaran secara elektronik, mengurangi risiko dan meningkatkan akurasi serta mengurangi pengelolaan fisik uang secara langsung,” ungkapnya. (hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru