AWAL tahun 2025 datang dengan kabar baik. Hujan turun, membasahi lahan-lahan pertanian yang siap digarap. Namun kali ini bukan hanya air hujan yang menggembirakan petani. Ada yang lebih ditunggu: pupuk.
Tak ada lagi antrean panjang. Tak ada lagi wajah cemas para petani yang takut tak kebagian pupuk bersubsidi. Tahun ini berbeda. Pemerintah bertindak lebih cepat. Rabu, 1 Januari 2025, pupuk subsidi mulai disalurkan.
Kebijakan ini bukan sekadar bantuan bagi petani. Ini bagian dari strategi besar swasembada pangan. Stok pupuk yang cukup akan membuat produksi pertanian lebih stabil.
Dalam beberapa tahun terakhir, petani sering mengeluh soal pupuk. Musim tanam datang, pupuk malah kosong. Harga melambung, petani merugi. Hasil panen pun tak maksimal.
Pemerintah belajar dari pengalaman itu. Tahun ini, mereka bergerak lebih cepat. Tak ingin ada lagi cerita pupuk langka di awal musim tanam.
Kementerian Pertanian menggandeng PT Pupuk Indonesia untuk memastikan distribusi berjalan lancar. Tak main-main, 1,4 juta ton pupuk subsidi dan non-subsidi sudah disiapkan sejak akhir tahun lalu.
Khoirul Anwar, Asisten Eksekutif PT Pupuk Indonesia Wilayah Kalimantan Tengah, memastikan semuanya sudah siap.
“Kami pastikan pupuk bisa ditebus sejak 1 Januari 2025,” katanya.
Tak ada lagi kendala administrasi. Seluruh kios di Kalimantan Tengah sudah menyelesaikan SPJB dengan distributor. Petani tinggal membawa KTP atau Kartu Tani, sesuai E-RDKK yang sudah terbit.
“Terima kasih kepada Dinas Pertanian Provinsi Kalteng dan Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau. SK alokasi terbit lebih awal, sehingga pupuk bisa langsung disalurkan di hari pertama tahun ini,” tambahnya.
Di Kecamatan Maliku, Desa Tahai Baru, Masruhan, Ketua Kelompok Tani Tri Sampurno, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya.
“Baru kali ini pupuk bisa ditebus di awal tahun. Biasanya harus menunggu Februari atau Maret,” katanya.
Ia ingat betul bagaimana tahun lalu petani harus bersabar menunggu pupuk. Harga pupuk nonsubsidi melonjak, sementara pupuk subsidi sulit didapat.
“Kalau telat pupuk, tanaman bisa kurang subur. Panen pun jadi tidak maksimal,” ujarnya.
Kini, ia dan para petani di desanya bisa bernapas lega. Tak perlu lagi cemas soal pupuk. Mereka bisa langsung fokus ke ladang, memastikan hasil panen tahun ini lebih baik.
Di Pulang Pisau, Muhammad Sukron Ansori Siregar, Asisten Account Eksekutif PT Pupuk Indonesia, memastikan semua berjalan sesuai arahan Menko Pangan dan Menteri Pertanian.
“Kami turun langsung ke lapangan. Stok di kios cukup, distribusi lancar, semua sesuai aturan,” tegasnya.
Bukan hanya Pulang Pisau. Palangka Raya, Sukamara, Kotawaringin Barat, semua sudah mulai penyaluran pupuk sejak 1 Januari 2025.
Awal tahun ini berbeda. Petani tak perlu lagi menunggu berbulan-bulan. Pupuk sudah ada. Tinggal tanam.
Kenapa Distribusi Pupuk Sering Terlambat?
Tahun ini pupuk datang tepat waktu. Tapi di tahun-tahun sebelumnya, ceritanya berbeda. Ada banyak faktor yang membuat pupuk sering telat tiba di tangan petani.
Pertama, masalah birokrasi. Penyaluran pupuk bersubsidi harus melalui berbagai tahapan administrasi. Dari pemerintah pusat ke daerah, lalu ke distributor, hingga akhirnya sampai ke petani. Jika ada satu tahap saja yang tersendat, distribusi bisa mundur berbulan-bulan.
Kedua, faktor cuaca. Indonesia adalah negara agraris, tapi juga negara dengan cuaca yang sulit diprediksi. Hujan deras atau banjir bisa menghambat distribusi pupuk, terutama di daerah terpencil.
Ketiga, masalah spekulan. Tak bisa dipungkiri, ada saja oknum yang memanfaatkan kelangkaan pupuk untuk mencari keuntungan. Mereka menimbun pupuk, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. Akibatnya, petani kecil yang seharusnya mendapatkan pupuk dengan harga subsidi malah kesulitan.
Keempat, data penerima pupuk yang belum selalu akurat. Ada petani yang terdaftar tapi sudah tidak aktif, sementara petani baru belum masuk dalam sistem. Hal ini membuat distribusi pupuk kadang tidak tepat sasaran.
Namun tahun ini, semua itu coba diperbaiki. Pemerintah mempersiapkan sistem yang lebih baik. Data petani diperbarui. Distribusi dipercepat. Pengawasan diperketat. Hasilnya? 1 Januari 2025, pupuk sudah ada di kios-kios.
Mengapa Pupuk Begitu Penting?
Bagi petani, pupuk bukan sekadar bahan tambahan. Pupuk adalah nyawa bagi tanaman. Tanpa pupuk, hasil panen bisa turun drastis.
Misalnya, padi yang tidak dipupuk dengan baik bisa kehilangan setengah dari hasil panennya. Jagung bisa tumbuh kerdil. Sayuran bisa layu sebelum dipanen.
Itulah sebabnya, pupuk menjadi faktor utama dalam produksi pangan. Dan ketika pupuk langka, dampaknya bisa berantai.
Harga beras naik karena produksi menurun. Petani rugi karena biaya produksi lebih tinggi dari hasil yang didapat. Konsumen pun ikut terdampak karena harga pangan melonjak. Itulah mengapa distribusi pupuk menjadi perhatian utama pemerintah.
Pupuk Subsidi: Siapa yang Berhak?
Tidak semua petani bisa mendapatkan pupuk subsidi. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.
Pertama, petani harus terdaftar dalam sistem e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Ini adalah data yang berisi informasi petani dan kebutuhan pupuknya.
Kedua, petani harus memiliki KTP atau Kartu Tani yang sudah diverifikasi. Ini untuk memastikan pupuk subsidi benar-benar diberikan kepada petani yang berhak.
Ketiga, jumlah pupuk yang bisa ditebus juga dibatasi. Setiap petani hanya bisa membeli sesuai kuota yang telah ditentukan. Tujuannya agar pupuk bisa merata ke semua petani.
Dengan sistem ini, diharapkan tak ada lagi penyalahgunaan pupuk subsidi. Semua benar-benar sampai ke tangan petani yang membutuhkan.
Tantangan ke Depan
Tahun ini distribusi pupuk berjalan lancar. Tapi tantangan ke depan masih ada.
Pertama, bagaimana memastikan stok pupuk tetap terjaga sepanjang tahun? Jangan sampai awal tahun lancar, tapi pertengahan tahun mulai seret.
Kedua, bagaimana meningkatkan efektivitas pupuk? Pupuk yang diberikan harus sesuai kebutuhan lahan. Jangan sampai ada petani yang mendapat terlalu banyak, sementara yang lain kekurangan.
Ketiga, bagaimana menjaga agar pupuk tidak disalahgunakan? Masih ada potensi kebocoran di lapangan. Ada saja oknum yang mencoba mencari celah untuk menyelewengkan pupuk subsidi.
Keempat, bagaimana memastikan harga pupuk non-subsidi tetap terjangkau? Karena tidak semua petani mendapat jatah pupuk subsidi, harga pupuk nonsubsidi juga perlu dikendalikan agar tidak melonjak terlalu tinggi.
Ini tugas besar pemerintah ke depan. Tapi setidaknya, awal tahun ini dimulai dengan baik.
Pupuk sudah ada. Petani bisa langsung bekerja. Sawah siap digarap. Tanaman siap tumbuh subur.
Tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Dan semuanya dimulai dari sini: pupuk yang datang tepat waktu. (pri-eko supriadi)