NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Saat suara Dayak Tomun menggema di Gedung Lantang Torang, Lamandau seolah kembali membuka lembaran lamanya. Di sana, dalam suasana penuh harap dan khidmat, Mubes I Majelis Dayak Tomun resmi dibuka, Selasa (29/7). Sejarah tak hanya dikenang, tapi dihidupkan.
Salah satu penggerak sejarah itu hadir langsung, H. Tomy. Sosok penting dalam proses terbentuknya Kabupaten Lamandau itu tak sekadar menyaksikan. Ia bicara lantang, menekankan harapan besar atas lahirnya Majelis ini agar tak ada lagi ruang bagi ketimpangan, dan masyarakat Dayak Tomun bisa berdiri sejajar di tanah yang mereka perjuangkan.
“Apa yang kami harapkan melalui Mubes I Majelis Dayak Tomun ini adalah agar kita betul-betul sejajar dan ada keadilan, kesamarataan. Karena selama ini, saya jujur, pelan-pelan ada yang menggerus keberadaan Dayak Tomun. Kami berharap dengan adanya majelis yang sudah terbentuk ini, hal itu tidak terjadi,” ungkap H. Tomy dengan nada penuh harap.
Ucapan itu bukan keluhan. Tapi alarm. Ia melihat ada yang pelan-pelan memudar. Eksistensi yang terpinggirkan, nilai-nilai yang dilupakan. Maka, Majelis ini bukan sekadar simbol. Tapi pagar hidup yang harus dijaga.
Lebih dari sekadar refleksi masa lalu, H. Tomy menegaskan bahwa kelahiran Kabupaten Lamandau bukan hadiah dari langit. Ada peluh dan perjuangan, yang dilakukan bersama, antara Dayak Tomun dan Melayu.
“Karena kita sudah tunjukkan dari awal, karena pembentukan Kabupaten Lamandau ini diperjuangkan oleh tokoh-tokoh Dayak Tomun dan Melayu yang ada di Kabupaten Lamandau,” jelasnya.
Itu sebabnya, ia kembali menyerukan pentingnya menjaga harmoni. Karena sejarah Lamandau dibangun atas dasar kolaborasi. Bukan dominasi satu pihak atas yang lain.
Mubes I ini diharapkan tak hanya berhenti di ruang sidang. Ia harus melahirkan arah baru. Strategi yang konkret, dan langkah nyata untuk memperkuat hak adat, memperbaiki kesejahteraan, serta memperkokoh nilai-nilai budaya yang mulai terkikis zaman.
Harapan besar itu terpatri di antara kata dan sikap. Jika berhasil, Mubes ini bisa jadi babak baru. Bukan hanya untuk Dayak Tomun, tapi juga untuk masa depan Lamandau yang adil dan bermartabat. (bib)