25.2 C
Jakarta
Friday, November 28, 2025

Prabowo Siap Kirim 500 Ribu PMI Terampil, Mukhtarudin Bidik Kalteng Jadi Lumbung Talenta Global

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah mulai tancap gas menjalankan program Quick Win Presiden Prabowo Subianto. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin, menegaskan target besar mengirim 500.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) terampil ke berbagai negara pada 2026. Komitmen itu ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja tingkat provinsi di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (27/11/25).

Mukhtarudin menjelaskan bahwa dari setengah juta kuota tersebut, sekitar 300.000 akan diprioritaskan bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui program “SMK Go Global”. Langkah ini disiapkan untuk mengurangi pengangguran vokasi sekaligus mengisi peluang kerja internasional yang terbuka lebar.

Berdasarkan Data Sistem Informasi dan Aplikasi Pelayanan Ketenagakerjaan (SIAP Kerja) P2MI, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 19 persen dari kebutuhan pasar kerja global.

“Permintaan tenaga kerja sangat tinggi, tapi kesiapan kita belum sebanding. Karena itu kita harus siapkan SDM dengan kompetensi berstandar internasional,” kata Mukhtarudin di hadapan Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo dan Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin.

Baca Juga :  Pilkada Lamandau: Dua Paslon Cabup-Cawabup Sampaikan Visi Misi

Sektor kesehatan masih menjadi primadona dengan tingginya kebutuhan perawat (nurse) dan pengasuh lansia (caregiver) di Jepang, Jerman, hingga Timur Tengah. Selain itu, sektor manufaktur, welder, dan hospitality juga terus mencari tenaga profesional dari Indonesia.

Untuk mengejar target tersebut, Kementerian P2MI menekankan pentingnya strategi link and match antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri luar negeri. Pemerintah pusat membuka jalur diplomasi dan regulasi, sementara pemerintah daerah serta lembaga pendidikan menyiapkan SDM yang memenuhi standar.

Mukhtarudin mengajak Pemprov Kalteng ikut memastikan anak-anak daerah memiliki daya saing global.

Electronic money exchangers listing

“Kami siap memfasilitasi penempatan. Pemerintah daerah perlu aktif menyiapkan pelatihan bahasa dan keterampilan teknis bagi putra-putri Kalteng,” ujarnya.

Ia menegaskan, langkah ini adalah bentuk kehadiran negara untuk memberi akses kerja luar negeri tanpa membebani masyarakat dengan biaya pelatihan yang tinggi.

Baca Juga :  Di Palangkaraya, Kasus KDRT Didominasi Faktor Ekonomi

Kepada para mahasiswa Poltekkes, Mukhtarudin berpesan bahwa kecerdasan akademik saja tidak cukup. Penguasaan soft skill, integritas, mental kuat, dan sikap kerja yang baik menjadi kunci bertahan di dunia kerja global.

“Anak-anak harus berani keluar dari zona nyaman. Tidak ada sukses yang instan, semua butuh ilmu, keterampilan, dan mental baja,” tegasnya.

Ia juga menyoroti kemampuan bahasa asing sebagai hambatan terbesar calon tenaga kerja Indonesia. Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, hingga Jerman menurutnya wajib diprioritaskan, karena persaingan global menilai kompetensi, bukan asal daerah.

Di akhir pemaparan, Mukhtarudin optimistis Kalteng bisa menjadi penyumbang tenaga kerja profesional ke luar negeri jika pemerintah pusat, daerah, dan lembaga pendidikan bergerak bersama. Ia mengingatkan bahwa peluang bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak berubah menjadi bencana demografi. (*her)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah mulai tancap gas menjalankan program Quick Win Presiden Prabowo Subianto. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin, menegaskan target besar mengirim 500.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) terampil ke berbagai negara pada 2026. Komitmen itu ia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja tingkat provinsi di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (27/11/25).

Mukhtarudin menjelaskan bahwa dari setengah juta kuota tersebut, sekitar 300.000 akan diprioritaskan bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui program “SMK Go Global”. Langkah ini disiapkan untuk mengurangi pengangguran vokasi sekaligus mengisi peluang kerja internasional yang terbuka lebar.

Berdasarkan Data Sistem Informasi dan Aplikasi Pelayanan Ketenagakerjaan (SIAP Kerja) P2MI, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 19 persen dari kebutuhan pasar kerja global.

Electronic money exchangers listing

“Permintaan tenaga kerja sangat tinggi, tapi kesiapan kita belum sebanding. Karena itu kita harus siapkan SDM dengan kompetensi berstandar internasional,” kata Mukhtarudin di hadapan Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo dan Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin.

Baca Juga :  Pilkada Lamandau: Dua Paslon Cabup-Cawabup Sampaikan Visi Misi

Sektor kesehatan masih menjadi primadona dengan tingginya kebutuhan perawat (nurse) dan pengasuh lansia (caregiver) di Jepang, Jerman, hingga Timur Tengah. Selain itu, sektor manufaktur, welder, dan hospitality juga terus mencari tenaga profesional dari Indonesia.

Untuk mengejar target tersebut, Kementerian P2MI menekankan pentingnya strategi link and match antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri luar negeri. Pemerintah pusat membuka jalur diplomasi dan regulasi, sementara pemerintah daerah serta lembaga pendidikan menyiapkan SDM yang memenuhi standar.

Mukhtarudin mengajak Pemprov Kalteng ikut memastikan anak-anak daerah memiliki daya saing global.

“Kami siap memfasilitasi penempatan. Pemerintah daerah perlu aktif menyiapkan pelatihan bahasa dan keterampilan teknis bagi putra-putri Kalteng,” ujarnya.

Ia menegaskan, langkah ini adalah bentuk kehadiran negara untuk memberi akses kerja luar negeri tanpa membebani masyarakat dengan biaya pelatihan yang tinggi.

Baca Juga :  Di Palangkaraya, Kasus KDRT Didominasi Faktor Ekonomi

Kepada para mahasiswa Poltekkes, Mukhtarudin berpesan bahwa kecerdasan akademik saja tidak cukup. Penguasaan soft skill, integritas, mental kuat, dan sikap kerja yang baik menjadi kunci bertahan di dunia kerja global.

“Anak-anak harus berani keluar dari zona nyaman. Tidak ada sukses yang instan, semua butuh ilmu, keterampilan, dan mental baja,” tegasnya.

Ia juga menyoroti kemampuan bahasa asing sebagai hambatan terbesar calon tenaga kerja Indonesia. Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, hingga Jerman menurutnya wajib diprioritaskan, karena persaingan global menilai kompetensi, bukan asal daerah.

Di akhir pemaparan, Mukhtarudin optimistis Kalteng bisa menjadi penyumbang tenaga kerja profesional ke luar negeri jika pemerintah pusat, daerah, dan lembaga pendidikan bergerak bersama. Ia mengingatkan bahwa peluang bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak berubah menjadi bencana demografi. (*her)

Terpopuler

Artikel Terbaru