PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO โ Duka mendalam menyelimuti kediaman Naโim Rozikah di Jalan Pelatuk IV, Palangka Raya, setelah putra tercintanya, Luqman Hidayat, seorang driver ojol, tewas akibat balapan liar. Raut wajah Naโim memancarkan luka mendalam, sorot matanya yang bengkak dan merah, meskipun ia berusaha tegar.
โBukan kuat, tapi berusaha tegar,โ ungkapnya. Saat menceritakan Luqman, kenangan indah tak terbendung, air mata pun kembali mengalir.
Ia mengenang Luqman sebagai sosok yang berprestasi dan sedikit pemalu, namun memiliki kepribadian berbeda saat bersama teman kampusnya.
Luqman dibesarkan dengan penuh kasih sayang, meskipun kehilangan ayah kandungnya di usia empat tahun. Ia hidup akur dan damai bersama ibu serta ayah tirinya.
Menurut Naโim, Luqman adalah anak penurut dan pintar. Sejak SD, ia gemar mata pelajaran berhitung seperti matematika dan fisika, bakat yang diturunkan dari ayah kandungnya yang seorang guru.
Kegemaran ini berlanjut hingga ia menjadi mahasiswa Kimia Murni di Universitas Palangka Raya angkatan 2021. Luqman selalu masuk tiga besar di kelas dan sering mengikuti olimpiade sains di berbagai tingkatan.
Di kalangan teman kuliah dan organisasi, ia dikenal supel dan ceria, berbeda dengan kepribadiannya di rumah yang pemalu. โKalau di rumah, bicara sama keluarga saja jarang sekali kalau tidak orang tua lebih dulu yang menanyakan,โ ujar Naโim.
Luqman adalah sosok yang suka membantu dan tidak ingin membebani orang lain. Ia sering membantu orang tuanya menyiapkan dagangan kantin sekolah dan membantu saudara-saudaranya mengerjakan tugas.
Ia memilih menjadi driver ojol sejak akhir tahun 2024, setelah sebelumnya menjadi kurir selama setahun, sebagai cara untuk mencari kesibukan bermanfaat dan menabung. Meskipun orang tuanya memintanya fokus pada pendidikan, Luqman bersikeras.
Semangat dan kegigihan Luqman selalu didukung ibunya. Tak disangka, kepergiannya pada malam kejadian, setelah pamit untuk menghadiri pengajian dan kemudian bekerja, menjadi perpisahan terakhir.
Naโim sempat cemas saat Luqman tak kunjung pulang hingga pukul sebelas malam, hingga akhirnya ia menerima kabar bahwa putranya dilarikan ke IGD Bhayangkara dan telah tiada. Semua mimpi kini tinggal kenangan, menyisakan kisah bagi keluarga dan teman-temannya. (*afa/ram/kpg)