30.6 C
Jakarta
Thursday, July 17, 2025

SPPG BGN Kalteng Tekankan Kualitas Gizi Anak, Ini Standar Porsi Makanan yang Tepat

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Kalimantan Tengah, Elisa Agustino, menekankan pentingnya pemenuhan gizi sesuai standar berdasarkan usia dan jenjang pendidikan anak-anak.

Ia menjelaskan, kebutuhan gizi setiap anak bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat pendidikan mereka.

Elisa mengungkapkan, anak-anak di jenjang TK hingga kelas 3 SD memerlukan asupan sekitar 400 gram gizi.

Sementara itu, kebutuhan gizi anak SMP hingga SMA jauh lebih besar, seiring dengan bertambahnya usia dan tingkat aktivitas mereka.

“Anak-anak di TK dan SD kelas 3 membutuhkan sekitar 400 gram gizi, sedangkan anak SMA membutuhkan porsi yang lebih besar karena kebutuhan gizinya semakin meningkat,” ujar Elisa, dalam wawancara dengan Prokalteng.co di sela kegiatan, Rabu (22/1/2025).

Elisa menambahkan bahwa penyusunan menu gizi telah diatur dengan detail, mencakup karbohidrat, protein nabati dan hewani, serta sayur dan buah, yang semuanya dipantau oleh ahli gizi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Baca Juga :  Ditemukan Motor Tanpa Pemilik Nyemplung di Selokan

“Karbohidrat bisa diperoleh dari nasi, sementara protein bisa didapat dari daging atau telur. Semua takaran dan komposisi harus mengikuti SOP yang ketat,” tambahnya.

Pengawasan ketat tidak hanya dilakukan pada menu gizi, tetapi juga pada rantai pasok makanan untuk memastikan bahan yang digunakan memenuhi standar higienis.

Hal ini sangat penting, terutama bagi anak-anak di TK dan SD yang termasuk kelompok rentan.

“Jika bahan makanan tidak higienis, bukan manfaat yang didapat, malah bisa membahayakan kesehatan,” kata Elisa.

Ia juga mengapresiasi peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang secara rutin mengambil sampel untuk memastikan keamanan pangan.

Meski demikian, Elisa mengakui tantangan dalam implementasi program ini, seperti kendala teknis dan keterlambatan pengantaran makanan.

“Supir kami harus familiar dengan medan yang dilalui. Namun, dengan evaluasi yang terus berjalan, distribusi kini lebih lancar,” ungkapnya.

Baca Juga :  Cek Ruang Tahanan, Kapolres Lamandau Beri Nasehat dan Motivasi Para Tahanan

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, turut menjadi motivasi bagi tim MBG untuk terus meningkatkan kualitas program ini.

“Pak wali kota dan jajarannya memantau langsung bagaimana respon anak-anak terhadap makanan yang disediakan. Hasilnya cukup baik dan memberikan semangat bagi kami untuk menjaga kualitas program,” ujarnya.

Elisa menegaskan bahwa program ini harus dijalankan dengan kehati-hatian, mengingat lebih dari 3.000 anak terlibat dalam penerimaannya. Keamanan pangan, menurutnya, adalah prioritas utama.

“Tidak ada alasan menggunakan bahan makanan yang tidak layak. Seleksi bahan harus dilakukan dengan ketat,” tegasnya.

Dengan evaluasi dan masukan dari berbagai pihak, Elisa yakin bahwa program MBG akan terus berkembang lebih baik ke depannya, sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan anak-anak.

“Kami akan terus berupaya menyesuaikan program dengan kondisi daerah, terutama terkait rantai suplai dan keamanan pangan, demi masa depan anak-anak kita,” pungkasnya. (ndo)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Badan Gizi Nasional (BGN) Provinsi Kalimantan Tengah, Elisa Agustino, menekankan pentingnya pemenuhan gizi sesuai standar berdasarkan usia dan jenjang pendidikan anak-anak.

Ia menjelaskan, kebutuhan gizi setiap anak bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat pendidikan mereka.

Elisa mengungkapkan, anak-anak di jenjang TK hingga kelas 3 SD memerlukan asupan sekitar 400 gram gizi.

Sementara itu, kebutuhan gizi anak SMP hingga SMA jauh lebih besar, seiring dengan bertambahnya usia dan tingkat aktivitas mereka.

“Anak-anak di TK dan SD kelas 3 membutuhkan sekitar 400 gram gizi, sedangkan anak SMA membutuhkan porsi yang lebih besar karena kebutuhan gizinya semakin meningkat,” ujar Elisa, dalam wawancara dengan Prokalteng.co di sela kegiatan, Rabu (22/1/2025).

Elisa menambahkan bahwa penyusunan menu gizi telah diatur dengan detail, mencakup karbohidrat, protein nabati dan hewani, serta sayur dan buah, yang semuanya dipantau oleh ahli gizi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Baca Juga :  Ditemukan Motor Tanpa Pemilik Nyemplung di Selokan

“Karbohidrat bisa diperoleh dari nasi, sementara protein bisa didapat dari daging atau telur. Semua takaran dan komposisi harus mengikuti SOP yang ketat,” tambahnya.

Pengawasan ketat tidak hanya dilakukan pada menu gizi, tetapi juga pada rantai pasok makanan untuk memastikan bahan yang digunakan memenuhi standar higienis.

Hal ini sangat penting, terutama bagi anak-anak di TK dan SD yang termasuk kelompok rentan.

“Jika bahan makanan tidak higienis, bukan manfaat yang didapat, malah bisa membahayakan kesehatan,” kata Elisa.

Ia juga mengapresiasi peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang secara rutin mengambil sampel untuk memastikan keamanan pangan.

Meski demikian, Elisa mengakui tantangan dalam implementasi program ini, seperti kendala teknis dan keterlambatan pengantaran makanan.

“Supir kami harus familiar dengan medan yang dilalui. Namun, dengan evaluasi yang terus berjalan, distribusi kini lebih lancar,” ungkapnya.

Baca Juga :  Cek Ruang Tahanan, Kapolres Lamandau Beri Nasehat dan Motivasi Para Tahanan

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, turut menjadi motivasi bagi tim MBG untuk terus meningkatkan kualitas program ini.

“Pak wali kota dan jajarannya memantau langsung bagaimana respon anak-anak terhadap makanan yang disediakan. Hasilnya cukup baik dan memberikan semangat bagi kami untuk menjaga kualitas program,” ujarnya.

Elisa menegaskan bahwa program ini harus dijalankan dengan kehati-hatian, mengingat lebih dari 3.000 anak terlibat dalam penerimaannya. Keamanan pangan, menurutnya, adalah prioritas utama.

“Tidak ada alasan menggunakan bahan makanan yang tidak layak. Seleksi bahan harus dilakukan dengan ketat,” tegasnya.

Dengan evaluasi dan masukan dari berbagai pihak, Elisa yakin bahwa program MBG akan terus berkembang lebih baik ke depannya, sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan anak-anak.

“Kami akan terus berupaya menyesuaikan program dengan kondisi daerah, terutama terkait rantai suplai dan keamanan pangan, demi masa depan anak-anak kita,” pungkasnya. (ndo)

Terpopuler

Artikel Terbaru