26.7 C
Jakarta
Tuesday, December 3, 2024

Budayawan Kalteng Mengajak untuk Menjaga Eksistensi Bahasa Daerah

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO-Eksistensi penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai terancam punah. Saat ini, masyarakat terutama kalangan anak-anak tak sedikit justru beralih menggunakan bahasa Indonesia, sebagai bahasa komunikasi  sehari-hari.

Budayawan asal Kalimantan Tengah, Hendrik Tarung mengatakan hilangnya eksistensi penggunaan bahasa daerah termasuk bahasa Dayak, disebabkan karena sikap malu untuk menuturkannya.

Untuk itu, Hendrik menyarankan kepada para orang tua untuk dapat menanamkan pola pikir tidak malu menuturkan bahasa daerah kepada anak-anaknya. Khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini guna menjaga kelestarian dan eksistensi bahasa tersebut.

“Sekarang ini, kalau kita lihat, banyak anak-anak yang malu untuk menuturkan bahasa daerah. Padahal bahasa daerah ini adalah warisan budaya yang diwariskan kepada kita semua,” ujarnya kepada Prokalteng.Co, Jumat (17/2/2023) malam.

Baca Juga :  DPMD: Kelola DD dan ADD sesuai Aturan

Menurutnya, pemerintah daerah baik tingkat provinsi, kabupaten, dan kota perlu melakukan upaya penguatan pengetahuan, serta pemahaman generasi anak-anak terhadap penggunaan bahasa daerah. Ini bisa melalui dinas terkait.

“Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan perlu melakukan penguatan seperti metode pembelajaran muatan lokal kepada siswa di sekolah. Tanamkan agar mereka anak didik tidak malu untuk menuturkan bahasa daerah,” jelasnya.

Penguatan mata pelajaran muatan lokal pada tingkat sekolah, baik dari tingkat PAUD, hingga perguruan tinggi, lanjut Hendrik sangat perlu untuk dijadikan perhatian.

”Untuk menjaga eksistensi, serta penggunaan bahasa daerah Kalimantan Tengah tidak kehilangan salah satu warisan budaya nenek moyangnya,”tambahnya.






Reporter: Marini

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO-Eksistensi penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai terancam punah. Saat ini, masyarakat terutama kalangan anak-anak tak sedikit justru beralih menggunakan bahasa Indonesia, sebagai bahasa komunikasi  sehari-hari.

Budayawan asal Kalimantan Tengah, Hendrik Tarung mengatakan hilangnya eksistensi penggunaan bahasa daerah termasuk bahasa Dayak, disebabkan karena sikap malu untuk menuturkannya.

Untuk itu, Hendrik menyarankan kepada para orang tua untuk dapat menanamkan pola pikir tidak malu menuturkan bahasa daerah kepada anak-anaknya. Khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini guna menjaga kelestarian dan eksistensi bahasa tersebut.

“Sekarang ini, kalau kita lihat, banyak anak-anak yang malu untuk menuturkan bahasa daerah. Padahal bahasa daerah ini adalah warisan budaya yang diwariskan kepada kita semua,” ujarnya kepada Prokalteng.Co, Jumat (17/2/2023) malam.

Baca Juga :  DPMD: Kelola DD dan ADD sesuai Aturan

Menurutnya, pemerintah daerah baik tingkat provinsi, kabupaten, dan kota perlu melakukan upaya penguatan pengetahuan, serta pemahaman generasi anak-anak terhadap penggunaan bahasa daerah. Ini bisa melalui dinas terkait.

“Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan perlu melakukan penguatan seperti metode pembelajaran muatan lokal kepada siswa di sekolah. Tanamkan agar mereka anak didik tidak malu untuk menuturkan bahasa daerah,” jelasnya.

Penguatan mata pelajaran muatan lokal pada tingkat sekolah, baik dari tingkat PAUD, hingga perguruan tinggi, lanjut Hendrik sangat perlu untuk dijadikan perhatian.

”Untuk menjaga eksistensi, serta penggunaan bahasa daerah Kalimantan Tengah tidak kehilangan salah satu warisan budaya nenek moyangnya,”tambahnya.






Reporter: Marini

Terpopuler

Artikel Terbaru