34 C
Jakarta
Thursday, October 16, 2025

Empat Nyawa Melayang, Kasus DBD di Kalteng Tembus 661

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalimantan Tengah terus menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Hingga Agustus 2025, sebanyak 661 kasus DBD tercatat terjadi di seluruh Kalteng, empat di antaranya berakhir tragis dengan meninggalnya warga akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Empat korban jiwa itu tersebar di tiga daerah, masing-masing dua orang di Kabupaten Seruyan, satu di Barito Utara, dan satu di Kota Palangka Raya. Meski jumlah kasus meningkat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng memastikan belum ada wilayah yang masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Total kasus DBD sampai Agustus 2025 ada 661, dengan empat di antaranya meninggal. Namun daerah-daerah tersebut tidak sampai mendeklarasikan KLB,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kalteng, dr. Riza Syahputra dilansir dari Kalteng Pos.

Riza menegaskan, situasi DBD di Kalteng masih dalam pengawasan dan terkendali. Upaya pencegahan terus dilakukan, terutama menjelang musim hujan yang biasanya memicu peningkatan populasi nyamuk. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak bergantung pada fogging semata, melainkan fokus pada pemberantasan sarang nyamuk di sekitar rumah.

“Langkah paling efektif mencegah DBD tetap gerakan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Selain itu, gunakan lotion antinyamuk, pasang kawat kasa di ventilasi rumah, dan biasakan memakai pakaian lengan panjang,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Momen Demo, Pedagang Es Dawet Ini Coba Raup Untung

Riza juga menekankan pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai benteng utama menekan penyebaran penyakit.

“Kalau lingkungan bersih, risiko penularan pasti berkurang. Jadi peran masyarakat sangat penting untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya DBD,” tambahnya.

Dinkes Kalteng terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk memperkuat sistem surveilans, pelayanan kesehatan, dan edukasi masyarakat. Upaya promotif dan preventif seperti sosialisasi bahaya DBD dan pentingnya menjaga kebersihan juga terus digalakkan.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kalteng dr. Suyuti Syamsul menegaskan, hingga kini vaksin DBD belum masuk program imunisasi wajib pemerintah. Karena itu, vaksin belum tersedia secara massal di fasilitas kesehatan milik Pemprov Kalteng.

“Kita belum punya program imunisasi DBD karena belum termasuk program imunisasi wajib nasional,” ujarnya.

Meski demikian, masyarakat tetap bisa mengakses vaksin DBD melalui jalur swasta. Sejumlah klinik dan praktik dokter mandiri sudah menyediakan layanan vaksin bagi warga yang ingin melakukan pencegahan tambahan. “Vaksin bisa membantu mengurangi risiko terkena DBD. Silakan konsultasi ke dokter yang kompeten,” kata Suyuti.

Baca Juga :  Dinkes Kalteng Tingkatkan Kualitas Puskesmas Lewat Bimbingan BLUD

Ia menjelaskan, vaksinasi DBD umumnya dilakukan dua kali, namun teknis pemberiannya termasuk usia dan jarak waktu antar dosis sebaiknya dikonsultasikan langsung dengan tenaga medis. Meski begitu, Suyuti menegaskan pencegahan utama tetap melalui kebersihan lingkungan.

“Vaksin boleh jadi pilihan, tapi pemberantasan sarang nyamuk tetap yang utama,” tegasnya.

Dari data Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya, sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat 12 kasus DBD, termasuk lima kasus baru pada September. Kepala Puskesmas Helyana menyebut setiap laporan kasus langsung ditindaklanjuti petugas surveilans dengan pengecekan ke rumah dan lingkungan pasien.

“Kalau ada laporan, petugas langsung turun ke lapangan, memeriksa rumah, lingkungan, bahkan tempat kerja atau sekolah pasien,” jelasnya.

Ia menambahkan, fogging tidak otomatis dilakukan pada setiap kasus DBD.

“Fogging hanya dilakukan jika ada kasus kematian atau lebih dari satu kasus di lokasi yang sama. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya tetap hidup,” kata Helyana.

Ia mengingatkan warga tetap waspada, terutama memasuki musim hujan yang rawan DBD.

“Kalau muncul gejala demam tinggi, jangan tunggu parah. Segera periksa ke fasilitas kesehatan,” pesannya. (zia/*rif/ala/jpg)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kalimantan Tengah terus menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Hingga Agustus 2025, sebanyak 661 kasus DBD tercatat terjadi di seluruh Kalteng, empat di antaranya berakhir tragis dengan meninggalnya warga akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Empat korban jiwa itu tersebar di tiga daerah, masing-masing dua orang di Kabupaten Seruyan, satu di Barito Utara, dan satu di Kota Palangka Raya. Meski jumlah kasus meningkat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng memastikan belum ada wilayah yang masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Total kasus DBD sampai Agustus 2025 ada 661, dengan empat di antaranya meninggal. Namun daerah-daerah tersebut tidak sampai mendeklarasikan KLB,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kalteng, dr. Riza Syahputra dilansir dari Kalteng Pos.

Riza menegaskan, situasi DBD di Kalteng masih dalam pengawasan dan terkendali. Upaya pencegahan terus dilakukan, terutama menjelang musim hujan yang biasanya memicu peningkatan populasi nyamuk. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak bergantung pada fogging semata, melainkan fokus pada pemberantasan sarang nyamuk di sekitar rumah.

“Langkah paling efektif mencegah DBD tetap gerakan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Selain itu, gunakan lotion antinyamuk, pasang kawat kasa di ventilasi rumah, dan biasakan memakai pakaian lengan panjang,” jelasnya.

Baca Juga :  Manfaatkan Momen Demo, Pedagang Es Dawet Ini Coba Raup Untung

Riza juga menekankan pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai benteng utama menekan penyebaran penyakit.

“Kalau lingkungan bersih, risiko penularan pasti berkurang. Jadi peran masyarakat sangat penting untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya DBD,” tambahnya.

Dinkes Kalteng terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk memperkuat sistem surveilans, pelayanan kesehatan, dan edukasi masyarakat. Upaya promotif dan preventif seperti sosialisasi bahaya DBD dan pentingnya menjaga kebersihan juga terus digalakkan.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kalteng dr. Suyuti Syamsul menegaskan, hingga kini vaksin DBD belum masuk program imunisasi wajib pemerintah. Karena itu, vaksin belum tersedia secara massal di fasilitas kesehatan milik Pemprov Kalteng.

“Kita belum punya program imunisasi DBD karena belum termasuk program imunisasi wajib nasional,” ujarnya.

Meski demikian, masyarakat tetap bisa mengakses vaksin DBD melalui jalur swasta. Sejumlah klinik dan praktik dokter mandiri sudah menyediakan layanan vaksin bagi warga yang ingin melakukan pencegahan tambahan. “Vaksin bisa membantu mengurangi risiko terkena DBD. Silakan konsultasi ke dokter yang kompeten,” kata Suyuti.

Baca Juga :  Dinkes Kalteng Tingkatkan Kualitas Puskesmas Lewat Bimbingan BLUD

Ia menjelaskan, vaksinasi DBD umumnya dilakukan dua kali, namun teknis pemberiannya termasuk usia dan jarak waktu antar dosis sebaiknya dikonsultasikan langsung dengan tenaga medis. Meski begitu, Suyuti menegaskan pencegahan utama tetap melalui kebersihan lingkungan.

“Vaksin boleh jadi pilihan, tapi pemberantasan sarang nyamuk tetap yang utama,” tegasnya.

Dari data Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya, sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat 12 kasus DBD, termasuk lima kasus baru pada September. Kepala Puskesmas Helyana menyebut setiap laporan kasus langsung ditindaklanjuti petugas surveilans dengan pengecekan ke rumah dan lingkungan pasien.

“Kalau ada laporan, petugas langsung turun ke lapangan, memeriksa rumah, lingkungan, bahkan tempat kerja atau sekolah pasien,” jelasnya.

Ia menambahkan, fogging tidak otomatis dilakukan pada setiap kasus DBD.

“Fogging hanya dilakukan jika ada kasus kematian atau lebih dari satu kasus di lokasi yang sama. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya tetap hidup,” kata Helyana.

Ia mengingatkan warga tetap waspada, terutama memasuki musim hujan yang rawan DBD.

“Kalau muncul gejala demam tinggi, jangan tunggu parah. Segera periksa ke fasilitas kesehatan,” pesannya. (zia/*rif/ala/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/