PROKALTENG.CO-Keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah Putra Banjarbaru dirundung duka. Mereka harus kehilangan tiga santri dalam tragedi terbaliknya perahu di Sungai Aluh-Aluh Besar, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, pada Minggu (27/10) petang lalu.
Mereka adalah M Risqi santri asal Sungai Lulut, M Hafi Mubarak santri asal Tanah Grogot Kaltim, dan M Safriyan santri asal Pelaihari. Ketiga santri ini ditemukan dalam kondisi meninggal dunia setelah Tim SAR Gabungan menyisir perairan Sungai Aluh-Aluh Besar.
Korban pertama ditemukan adalah M Risqi santri asal Sungai Lulut Kabupaten Banjar. Tubuh santri kelas III Aliyah ini ditemukan Tim SAR Gabungan di dasar sungai pada Senin (28/10) dini hari sekitar pukul 01.30 Wita. Jarak dari titik nol tenggelam sekitar 200 meter.
Setelah itu, giliran jasad M Hafi Mubarak yang ditemukan Tim SAR Gabungan. Santri asal Tanah Grogot Kaltim ini ditemukan tertelungkup di permukaan sungai pada Senin (28/10) sekitar pukul 23.00 Wita. Jarak dari titik nol tenggelam sekitar 500 meter.
Terakhir adalah tubuh milik M Safriyan, santri asal Pelaihari ini ditemukan pada Selasa (29/10) sekitar pukul 02.15 Wita. Jarak dari titik nol tenggelam sekitar 500 meter, tidak jauh dari lokasi penemuan jasad M Hafi Mubarak.
Ketiga jenazah korban tenggelam ini langsung dibawa ke Pondok Pesantren Al-Falah di Landasan Ulin Banjar untuk menjalani pemulasaraan sekaligus disalatkan. Setelah itu, mereka diserahkan kepada keluarga masing-masing untuk dimakamkan.
Mudir Ma’had Al Falah Putra, KH Syamsunie menyampaikan bahwa tragedi ini tentu meninggalkan duka bagi keluarga besar Ponpes Al-Falah. “Semoga Allah menerima segala amal dan kebaikan mereka,” ungkapnya, Selasa siang.
Pihak pondok, kata Syamsunie, sangat berterima kasih kepada seluruh relawan dan masyarakat yang terlibat dalam proses pencarian jasad ketiga anak didiknya tersebut. “Semoga para relawan yang membantu menemukan santri kami tenggelam di Sungai Aluh-Aluh selalu diberikan kesehatan. Hanya Allah yang mampu membalas semua kebaikan mereka,” ungkapnya.
Tragedi di Sungai Aluh-Aluh ini juga meninggalkan duka bagi para alumni di pondok pesantren tersebut. Salah satunya adalah Dony Saputra. Guru honor di salah satu SD Negeri di Kota Banjarmasin ini mengakui bahwa ketiga santri yang jadi korban tenggelam itu adalah santri terbaik. Misalnya, almarhum Hafi Mubaraq.
Ia menceritakan bahwa santri asal Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur ini adalah siswa terbaik ke 2 penghafal hadis pada gelaran MTQ Nasional. “Dia punya hafalan lebih dari 2.000 bait matan dan terbaik ke 5 penghafal 1.250 hadis,” ungkap Dony.
Almarhum Hafi, lanjut Dony, terakhir menjadi pengajar sekaligus kakak asrama di Darul Mutun Ponpes Al-Falah Putra Banjarbaru.
“Kemarin malam, dia ditemukan posisi seperti sedang salat. pakaiannya pun juga masih rapi lengkap dengan sarung yang terpasang di tubuhnya. Masya Allah surga menantimu dik,” kata Dony.
Dengan ditemukannya tiga jasad santri tersebut, Basarnas Banjarmasin resmi menutup proses pencarian korban tenggelam di Sungai Aluh-Aluh Besar.
Penemuan jasad Safriyan berawal dari laporan salah satu nelayan dari Desa Simpang Warga, bernama Hendy yang ikut membantu pencarian. “Alhamdulillah, kami menemukan korban terakhir ini tidak jauh dari posisi korban kedua. Hanya belasan meter,” banding Hendy.
Koordinator Lapangan Basarnas Banjarmasin, Zulkifli menyatakan penutupan posko pencarian dilakukan segera setelah penemuan Safriyan.
“Dengan ditemukan korban terakhir, operasi pencarian resmi kami tutup. Terima kasih kepada warga dan relawan yang sudah bekerja sama dalam operasi ini,” tutupnya.(jpg)